Eks Gafatar: Orang Dayak Justru Melindungi Kami

Minggu, 24 Januari 2016 – 09:16 WIB
Seorang anggota Polri berjaga di pintu masuk bus yang akan mengangkut 400 orang warga eks anggota Gafatar yang dipulangkan dari Pontianak, Kalbar, dan ditampung di Asrama Transito Disnakertransduk Jatim, di Margorejo, Surabaya (23/1). Pemulangan warga asal Jatim tersebut difasilitasi pemerintah dengan menumpang 2 unit pesawat Lion Air. Foto: ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA

jpnn.com - PARA pengungsi eks Gafatar asal Jawa Timur sudah tiba di Surabaya, kemarin. Sebagian besar dari mereka kini tidak punya rumah untuk pulang.

Rumah mereka di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dibakar habis beserta harta benda. Sedang rumah mereka di Jawa telah dijual untuk pindah ke Kalimantan.

BACA JUGA: Kami Usir dan Jika Perlu Kami Bunuh

Eks Gafatar Asal Gresik, Fathul Khoir Ham mengaku sudah tidak memiliki harta benda. Dia mengungsi bersama istri dan anaknya yang baru berusia 3 bulan. Tidak ada harta tersisa. Hanya tas ransel berisi baju dan uang tunai senilai Rp 17 ribu.

“Harta di Gresik sudah kami jual untuk biaya pindah kesana. Kami tidak tahu setelah ini akan kemana. Kami menggantungkan harapan ke pemerintah,” ujar sarjana S1 Tarbiah IAII Ibrahimi Situbondo ini.

BACA JUGA: Sang Gubernur Ikut Kepincut Karya ‘Manusia Robot’

Fathhul membenarkan bila dirinya berangkat ke Kalimantan dengan bergabung Gafatar. Namun dia menegaskan bila Gafatar telah dibubarkan sejak Agustus 2015. Dia menganggap pandangan masyarakat keliru terhadap Gafatar.

“Gafatar itu sebenarnya tidak ada kaitannya dengan agama. Karena kami tidak hanya beragama Islam. Ada yang Kristen, Hindu atau Budha,” kata mantan pegawai leasing ini.

BACA JUGA: Tokoh Agama Serukan Tahun 2016 Menjadi Tahun Pertobatan

Menurutnya masyarakat telah termakan opini media yang banyak menyebutkan Gafatar tidak melakukan solat dan puasa. Ataupun Gafatar merupakan aliran yang dipimpin oleh Ahmad Musadeq yang mengaku sebagai nabi baru.

”Memang Musadeq menjadi guru spiritual kami. Tapi dia kan sudah tobat dan jangan mengungkit masa lalu. Kalau ada yang bilang kami tidak solat, buat apa dibangun Musholah di sana. Bahkan tidak ada seorang dari kami yang merokok,” katanya.

Fathul mengaku tertarik bergabung Gafatar karena melihat masyarakat sekarang sudah rusak. Orientasi kebahagiaan didasarkan kepada materi. Banyak korupsi terjadi, pencurian, perzinahan, hingga ayah memperkosa anak kandungnya sendiri.

Hal tersebut lah yang membuat dia dan kelompoknya melakukan Hijrah ke Kalimantan. Alasan pertama karena harga tanah di sana relatif murah. Satu hektare tanah dihargai Rp 7,5 juta. ”Akhirnya kami memutuskan untuk membeli tanah seluas 43 hektare dan mendirikan Kelompok Tani Manunggal Sejati,” ungkapnya.

Tanah tersebut dibeli oleh 9 anggota yang menginvestasikan uangnya untuk membeli tanah. Salah satunya pengungsi asal Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Sukardi, 47.

”Saya menjual rumah dan harta di Madiun hingga terkumpul  Rp 300 juta. Sebagian saya saya sumbangkan untuk membeli tanah,” kata mantan PNS ini.

Sedangkan anggota kelompok yang kurang mampu, bertugas menggarap tanah tersebut. Dari situ dihasilkan sayur-sayuran seberti timun, sawi, kacang panjang hingga kacang tanah. Sedangkan disisi peternakan, mereka membudidayakan lele, bebek, ayam dan sapi.

Dinas pertanian setempat pernah berkunjung ke tempat eks Gafatar. Mereka pesimis tanah gambut yang tidak subur dapat menghasilkan. Namun mereka membuktikannya dengan berhasil menjadikan pertanian sebagai penghasilan utama. “Bahkan kami menanam 5.000 nanas. Tapi sayangnya belum sempat panen kami sudah diusir,” tutur Sukardi.

Sukardi menceritakan bila yang membakar kampungnya bukanlah orang pribumi atau orang dayak. Orang dayak justru melindungi mereka.

”Kepala Suku Dayak setempat bernama Andi. Dia berjanji akan melindungi kami bila ada yang menyakiti kaum ibu dan anak-anak kami. Tapi untungnya hanya harta benda kami yang hilang, tidak ada yang tersakiti dan tidak terjadi pertikaian,” ungkap Sukardi.

Sukardi menaruh curiga, ada oknum-oknum yang memanfaatkan momen fitnah Gafatar di media nasional untuk mengusir mereka. Sebab tanah yang dibeli merupakan daerah sengketa.

”Kami sering mendapat intimidasi dari salah seorang yang punya kuasa di sana. Dia pernah menipu kami untuk membeli tanah 43 hektare tersebut padahal itu bukan tanah dia. Namun kami akhirnya membeli tanah tersebut secara sah dan bersertifikat dari pemilik asli,” paparnya.

Terdapat 80 motor dan 3 Mobil yang kini diamankan Polda Kalbar. Sedangkan hewan ternak dan hasil tani dijarah oknum tak bertanggung jawab.

Merasa masih memiliki hak, Sukardi meminta pemerintah bersikap adil. Dia tidak menuntut seluruh kerugian dikembalikan. ”Berikan kami tempat baru. Kami mau bertani lagi dan hidup damai,” tandasnya. (sal/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Brigadir Mustakim Puasa, Putra Malut yang Menjadi Anggota Pasukan Perdamaian PBB


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler