JAKARTA - Bertepatan dengan peringatan tujuh tahun meninggalnya Munir, kemarin situs Wikileaks mengeluarkan bocoran kawat diplomatik Kedubes ASWikileaks mengungkapkan, Kapolri saat itu Jenderal Sutanto yakin ada orang Badan Intelijen Negara (BIN) terlibat pembunuhan aktivis Kontras itu, namun dia terhambat orang-orang lama di dalam BIN.
Wikileaks merilis sebuah kawat berkode 06JAKARTA9575 yang dibuat pada 28 Juli 2006 silam
BACA JUGA: Muhaimin Ancam Pecat Ali Mudhori dan Fauzi
Kawat itu mengungkapkan sebuah pertemuan makan siang pada 25 Juli 2006 antara Kapolri (Jenderal Sutanto) dan Dubes AS untuk Indonesia Lynn B PascoePertemuan mengobrolkan banyak hal
BACA JUGA: Di Depan Dewan, Muhaimin Tetap Berkelit
Namun, ada juga bahasan soal kasus pembunuhan MunirBACA JUGA: Swasta Enggan Fasilitasi Angkutan Balik
Menurut kawat itu, BIN seolah terbelah ke dalam dua kelompokKepala BIN saat itu, Syamsir Siregar malah simpatik dan bekerja sama dengan Polri terkait masalah MunirHambatan justru datang dari orang-orang lamaSutanto mengatakan Kepala BIN Syamsir Siregar bersimpati dan bekerja sama dengan Polri, walaupun pejabat BIN yang lama tidak demikian
Munir tewas diracun arsenik di atas pesawat Garuda rute Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004Hingga kini pembunuhnya masih bebas berkeliaranPilot Garuda Pollycarpus diganjar 20 tahun penjara karena terlibat pembunuhan berencana ituNamun 17 Agustus lalu dia mendapat remisi 9 bulan karena aktif Pramuka dan donor darahSedangkan Deputi BIN Muchdi Pr divonis bebas hingga tingkat kasasi.
Pada 31 Oktober 2006, Sutanto meminta bantuan teknis FBI melalui agen bernama Thomas FuentesSutanto meminta FBI untuk memulihkan kembali SMS yang dikirim dan diterima oleh empat ponsel yang diduga digunakan Pollycarpus Budihari Priyanto.
Selanjutnya, pada 4-9 Desember 2006, tim dari Polri pimpinan Anton Charliyan didampingi Atase Hukum Kedubes AS mengunjungi laboratorium FBI di Quantico, VirginiaKepada Pascoe, Charliyan mengkonfirmasi bahwa ada beberapa tersangka, termasuk kemungkinan mantan Kepala BIN Hendropriyono dan mantan Deputi V BIN Muchdi Pr
Charliyan ketika itu juga menegaskan Polri memperoleh dukungan penuh dari Sutanto termasuk dukungan politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengusut para pejabat BINKoordinator Kontras Haris Azhar menilai bocoran Wikileaks itu data yangs angat penting"Aparat kepolisian dan kejagung harusnya bisa pro aktif," katanya kemarin
Dari catatan Kontras, ada beberapa fakta penting yang tidak bisa diabaikan adalah; lemahnya dakwaan jaksa, subyektifnya hakim memilih fakta persidangan yang meringankan Muchdi dan hilangnya bukti penting berupa rekaman suara percakapan antara Pollycarpus dan Muchdi Pr.
Selain itu, Kejaksaan bersikap tidak profesional dan tidak menggunakan standar yang pantas dalam menghadapi Peninjauan Kembali (PK) di atas PK oleh PollycarpusKetidak profesionalan itu terlihat jelas dari hanya satu orang Jaksa yang menghadiri persidangan.
Hingga kini Kejaksaan Agung juga mengaku belum menerima salinan putusan Mahkamah Agung tentang pembebasan Muchdi Pr, Padahal putusan tersebut telah dikeluarkan sejak tahun 2009Atas dasar itu, Kejaksaan Agung mangkir untuk melakukan Peninjauan Kembali (PK).
Menurut Haris, pemberian remisi yang terus- menerus dan sangat besar kepada Pollycarpus terpidana 20 tahun pembunuh Munir dengan alasan yang sangat tidak jelas"Misalnya aktif di Pramuka," katanyaSelain itu, beberapa keterangan dari BIN yang diperlukan guna pengungkapan kasus Munir, tidak pernah diberikan oleh BIN secara institusi
Padahal jika Presiden mau, dia sebagai atasan langsung Kepala BIN (end user) bisa memerintahkannyaKadivhumas mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam menolak menanggapi Wikileaks soal pertemuan Sutanto dan Dubes AS"Tidak ada komentar karena memang belum jelas sumbernya," katanya(rdl/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saksi Ahli Sudutkan Jaksa Cirus
Redaktur : Tim Redaksi