jpnn.com - CILACAP - Kemungkinan pelaksanaan eksekusi terhadap 10 terpidana mati diundur, tidak jadi minggu ini. Salah satu pertimbangannya masih adanya sejumlah proses hukum yang tengah dilakukan terpidana mati.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan eksekusi pasti akan dilaksanakan namun menunggu seluruh persiapan tuntas. Menurut dia, saat ini seluruh persiapan sudah 90 persen. Hanya hal-hal teknis yang masih belum fixed.
BACA JUGA: Jokowi Resmi Berkantor di Bogor
Hal teknis yang dimaksud Tedjo misalnya masih adanya proses hukum yang belum clear pada salah satu terpidana mati. "Semuanya harus clear, jangan sampai ada yang terlewat dan bisa menimbulkan masalah di kemudian hari," ujar Tedjo di Kantor Kementerian Hukum dan HAM.
Sampai sekarang memang masih ada upaya hukum yang ditempuh para terpidana mati. Salah satunya, pengajuan peninjauan kembali (PK) yang ditempuh Mary Jane Fiesta Veloso, terpidana mati asal Filipina.
BACA JUGA: Kubu Ical Minta Situasi Panas jangan Dibawa ke Daerah
Tak hanya itu, saat ini lembaga internasional juga tengah mempermasalahkan rencana hukum mati terhadap Rodrigo Gularte yang disebut mengindap schizophrenia.
Tedjo mengatakan dalam rapat koordinasi yang telah digelar, tidak bisa dipastikan eksekusi akan dilakukan dalam minggu ini. Menurut dia, Presiden juga tak memberi tenggat waktu.
BACA JUGA: Tangkap Kapal Asing, 6 WNI Ikut Diamankan
"Perintahnya tetap dilaksanakan hanya saja persiapan semuanya harus selesai," terangnya.
Jaksa Agung HM. Prasetyo juga mengatakan bahwa eksekusi mati bukan sesuatu yang membahagiakan. Sehingga segala persiapan perlu dilakukan termasuk pemenuhan hak-hak terpidana mati. "Bukan takut atau ragu, namun perlu kehati-hatian," katanya.
Belum jelasnya pelaksanaan eksekusi juga tergambar dari kebiasaan yang terjadi selama ini.
Seperti misalnya pendampingan oleh rohaniawan yang biasa dilakukan terhadap para narapidana mati. Salah seorang rohaniawan, Hasan Makarim mengatakan sampai saat ini belum ada permintaan pendampingan dari Lapas.
"Biasanya satu minggu sebelum eksekusi ada pendampingan," papar pria yang pernah melakukan pendampingan rohani pada Amrozi Cs itu.
Setiap mendekati eksekusi mati, terpidana mati akan didampingi oleh rohaniawan. Mereka akan dibimbing agar ikhlas dan tidak melawan menjelang penembakan mati.
Hasan kemarin sebenarnya sempat berkunjung ke Nusakambangan. Namun pria yang juga menjabat Ketua MUI Cilacap itu membantah jika kunjungan itu terkait persiapan eksekusi mati.
Menurut dia, kunjungan itu bersifat rutin. Yakni melihat acara pesantren di lapas Nuskambangan."Hanya melihat kegiatan keagamaan di lapas. Itu saja," terang ketua pondok pesantren se Nusakambangan itu.
Sementara itu pantauan yang sangat ketat mulai diterapkan di Nusakambangan. Dari pantauan Jawa Pos, sekitar satu kompi polisi sudah berjaga di depan pintu dermaga, sejak Rabu (4/3).
Para polisi itu berasal dari Polres Purwokerto dan Cilacap. Petugas yang dilengkapi dengan senjata lengkap itu berjaga 24 jam.
Setiap warga yang ingin masuk ke dermaga harus bisa memberikan keterangan jelas. Apa tujuan mereka ke Nusakambangan. Jika alasan mereka hanya berkunjung, maka tidak diperkenankan. "Hanya sipir yang boleh keluar masuk," ujar salah satu petugas yang namanya tidak mau ditulis di media.
Meskipun pengamanan berangsur ketat, namun sampai saat ini masih belum diketahui kapan pelaksanaan eksekusi mati tahap dua itu dilakukan.
Dari data yang dihimpun, eksekusi masih menunggu lapas menyelesaikan pembangunan tempat pemulasaran jenazah. Tempat itu diperkirakan berada di dekat pos polisi Nusakambangan, Limus Buntu.
Saat ini, proses pembangunan sudah berjalan sekitar 90 persen. Tak hanya warga yang dilarang masuk ke dermaga. Nelayan pun kini tidak bisa beraktivitas. Pihak lapas dan polisi melarang aktivitas memancing dan mencari ikan mendekati prosesi eksekusi mati.
Hingga petang kemarin, suasana dermaga Wijayapura kian ramai dikunjungi warga yang penasaran setelah melihat banyaknya peliputan di media massa. Mereka hanya sekedar datang dan melihat awak media yang tengah bekerja, meliput pemindahan dan eksekusi mati.
Seorang warga, Any Kusuma, warga Cilacap mengaku, kedatangannya ke dermaga karena penasaran dengan berita berita yang kerap muncul di televisi akhir akhir ini. "Ya sekalian jalan jalan sore, sambil lihat aktivitas di sini," ujarnya.
Tak sekedar warga biasa, bahkan keramaian di Dermaga Wijayapura juga dimanfaatkan oleh sejumlah pedagang batu akik, yang sengaja membuka lapak di dermaga. Para pedagang ini memanfaatkan Nusakambangan sebagai promosi menjual batu akik khas Nusakambangan.(aph/far/gun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Suara Beragam Politisi Senayan soal Luhut Panjaitan
Redaktur : Tim Redaksi