jpnn.com, JAKARTA - Pionir musik progresif di Indonesia, Discus akhirnya bangkit dari mati suri.
Kebangkitan Discus ditandai dengan peluncuran box set berisi 3 CD yang diedarkan oleh Disk Union Jepang.
BACA JUGA: Putus Cinta, NIKI Ciptakan Lagu Blue Moon
Sejak dirilis, box set itu langsung duduk di No. 4 best seller di Disk Union Japan's All Genre international chart. Sebuah prestasi yang cukup mengagumkan untuk musisi Indonesia.
Meski kurang dikenal di negeri sendiri, Discus cukup populer di kancah musik mancanegara.
BACA JUGA: Bernadya Makin Memesona Lewat Album Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan
Band progresif rock yang berdiri sejak 1996 itu dianggap mempunyai ciri khas unik yakni mengandung elemen rock, jazz, klasik avant-garde, dan etnik Indonesia.
Discus sudah sering tampil di luar negeri, antara lain dalam 'Expose Concert Series' di Menlo Park, California, 'Knitting Factory' di New York, dan 'ProgDay' di North Carolina. Semua konser digelar di Amerika Serikat pada 2000.
BACA JUGA: Kembali ke Eropa, Burgerkill Gelar Euro Rampage Tour 2024
Selain itu, Discus juga tampil dalam 'BajaProg' di Baja, Meksiko (2001), 'Progsol" di Pratteln, Swiss (2005), 'FreakShow' di Wurzburg, Jerman (2005), serta 'Festival Zappanale' di Bad Doberan, Jerman (2009).
Discus sempat meraih dua piala AMI Awards 2004, yaitu untuk kategori Karya Musik Rock Progresif Terbaik, dan Produksi Karya Musik Rock Progresif Terbaik.
Album pertama Discus dengan judul 1st diedarkan oleh label Italia Mellow Records pada 1999 dan di Indonesia diedarkan oleh Chico & Ira Productions.
Sementara itu, album kedua Discus yakni ...Tot Licht! diedarkan 2004 oleh Musea Records Perancis dan Gohan Records Jepang, serta Sony PRS di Indonesia.
Dua album tersebut mendapat respons luar biasa dari para penggemar musik progresif di seluruh dunia.
Bahkan pada 1999, sebuah majalah musik Amerika Serikat Expose menjuluki band ini, 'best of the year stuff, this one gets our highest recommendation'.
Tidak hanya Expose yang sering mengulas perjalanan Discus, tetapi juga majalah-majalah terbitan negara lainnya seperti Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, Argentina, Brazil, Uzbekistan, Jerman dan Amerika Serikat.
Di Indonesia, pengamat musik Denny Sakrie mencatat album Discus 1st sebagai salah satu album jazz terpenting Indonesia sepanjang sejarah di majalah Rolling Stone.
Tahun 2004, majalah musik MTV Trax edisi lokal menyebut Discus sebagai salah 25 musisi paling berpengaruh di Indonesia bersama tokoh-tokoh lainnya seperti Titiek Puspa dan Koes Plus.
Di Jepang, album ...Tot Licht! sempat menduduki posisi chart no.1 best seller all genre di amazon.co.jp selama beberapa waktu pada 2011.
Discus juga menjadi satu-satunya band Indonesia yang disebut dalam buku The Progressive Rock Handbook (Jerry Lucky, CG Publishing, 2008, ISBN 978-18949-59766).
Untuk box set yang baru diedarkan ini, Discus mengeluarkan album live yang direkam di Progsol, Swiss.
Adapun 3 album tersebut menjadi satu box set, dua album pertama dilakukan re-mastering untuk meningkatkan kualitas audio album tersebut.
Box set terdiri dari 3 CD yakni album 1st remastered dengan bonus track Contrasts live at World Music Festival GKJ 2005 feat I G Kompiang Raka.
Selanjutnya CD album '...Tot licht!' dengan bonus track 'System Manipulation' live at Zappanale Festival Jerman 2009 feat Andien dan I G Kompiang Raka.
CD ketiga yakni album Live in Switzerland, the official bootleg berisi rekaman konser Discus di ProgSol Festival Switzerland 2005.
Konser tersebut direkam oleh Jurg Naegeli, mantan bassist band metal Krokus yang pada saat itu telah menjadi salah satu sound engineer terbaik Switzerland.
Box set ini menjadi momentum DIscus kembali bermusik setelah ditinggalkan oleh 3 personel yang telah berpulang yaitu Anto Praboe, Kiki Caloh, dan terakhir Eko Partitur.
Melihat sambutan publik terhadap box set Discus, Iwan Hasan sebagai leader dari langsung mencanangkan untuk membuat single baru dan album baru yang sebagian besar musik sudah diciptakan sejak 2007.
Discus pernah diperkuat Iwan Hasan (lead vocals, guitar, 21-string harpguitar, keyboards), Fadhil Indra (lead vocals, keyboards, electronic percussion, rindik, ethnic percussion), Anto Praboe (clarinet, flute, saxophones, pui-pui, suling, growls, vocals), Kiki Caloh (bass, lead vocals), Eko Partitur (violin, vocals), Krisna Prameswara keyboard), Hayunaji (drum), Nonie Cindy (lead vocals 1996-2004, 2023), Yuyun (lead vocals, ethnic vocals, percussion (2004-sekarang).
(ded/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Yondra