jpnn.com, SUMENEP - BNI Syariah yang mengembangkan BNI Griya Swakarya iB Hasanah di Sumenep, Madura.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menyatakan, konsep pembiayaan perumahan tersebut relatif baru.
BACA JUGA: BNI Syariah Realisasikan Sindikasi Pembangunan Tol Pemalang Batang
BNI Syariah membeli aset properti untuk menjadi inventory bank. Setelah itu, properti tersebut baru dijual kepada end user.
’’Bentuknya sama dengan murabahah, tapi rumah tersebut kami beli dulu. Harapannya, harga bisa lebih kompetitif,’’ kata Firman, Sabtu (9/7).
BACA JUGA: BNI Syariah Perkuat Modal Proyek di Atas Rp 200 Miliar
Selain harga pokok, harga properti yang dibeli end user memang sudah ditambah margin untuk developer dan bank.
Dengan model tersebut, pembeli cukup membayar harga pokok dan margin pembiayaan yang disepakati antara pembeli dan bank.
BACA JUGA: Genjot Ekspansi, BNI Suntik BNI Syariah Rp 1 Triliun
Sebelum Madura, BNI Syariah mengembangkan produk serupa di Bogor.
Konsep tersebut akan diperluas ke berbagai daerah. Terutama Jawa Tengah dan Kalimantan.
Produk tersebut juga bisa memfasilitasi kebutuhan institusi tertentu.
’’Kami membidik segmen yang punya basis syariah. Selain memberikan solusi keuangan dan sosial, juga solusi spiritual,’’ ujar Firman.
Di Sumenep, BNI Syariah menargetkan pembiayaan Rp 7 miliar untuk dua proyek di lokasi yang berbeda. Yakni, 12 unit ruko dan 14 unit rumah.
Secara nasional, BNI Syariah menargetkan pembiayaan Griya Swakarya iB Hasanah hingga Rp 50 miliar tahun ini.
Hingga Juni 2017, pembiayaan BNI Syariah di wilayah Surabaya dan Sumenep untuk kredit konsumer sudah mencapai Rp 862,66 miliar.
Alokasinya meliputi kredit griya, multiguna, fleksi, dan lain-lain. Adapun kredit komersial sebesar Rp 306,08 miliar.
Tahun depan, BNI Syariah menargetkan naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) III sejalan dengan penambahan modal.
Rencananya, tahun ini ada suntikan dari perusahaan induk, PT Bank BNI (BBNI), Rp 1 triliun.
Dengan demikian, modal inti BNI Syariah bertambah empat persen.
’’Bukan hanya modal yang bertambah, tapi terutama bisa meningkatkan ekspansi dari bisnis komersial,’’ ungkap Firman.
Tidak hanya mengandalkan suntikan internal, BNI Syariah juga membidik penambahan modal secara anorganik pada 2018.
Langkah itu tentu semakin memperluas bisnis di luar negeri.
Misalnya, menggarap potensi dari transaksi trade finance, transaksi remittence, serta ekspor-impor.
’’Kebutuhan bank syariah di luar negeri besar karena banyak pekerja Indonesia yang tinggal di sana,’’ tuturnya. (res/c15/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BNI Syariah Salurkan Dana Rp 200 miliar untuk PT Brantas Abipraya
Redaktur & Reporter : Ragil