jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) tetap konsisten dan terus menggenjot produksi dan ekspor komoditas perkebunan, khususnya produk turunan kelapa utamanya coconut charcoal di tengah pandemi corona.
Hal ini dilakukan dalam akselerasi Gerakan Peningkatan Ekspor 3 kali lipat (Gratieks) hingga 2024.
BACA JUGA: Kementan Pastikan Beras Wilayah Banten Aman Hingga Agustus 2020
“Coconut charcoal banyak dimanfaatkan selain untuk bahan obat dan farmasi, juga digunakan sebagai bahan bakar shisha/hookah atau rokok arab di Kawasan timur tengah, sedangkan di Kawasan Eropa digunakan sebagai bahan bakar BBQ/ barbaque,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan.
Kasdi menambahkan, potensi kelapa Indonesia sebagai produsen nomer 1 dunia perlu dimanfaatkan dengan memperkuat hilirisasi dalam menghasilkan produk-produk turunan kelapa yang dapat memberikan nilai tambah langsung ke petani serta memperluas akses pasarnya.
BACA JUGA: Jurus Kementan Genjot Produksi Pertanian dengan Irigasi Perpipaan
Sebagaimana data BPS yang diolah Ditjen. Perkebunan pada 2019 bahwa ekspor arang kelapa Indonesia termasuk didalamnya coconut charcoal sebesar 188,05 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai USD 145,09 juta.
“Produk arang kelapa Indonesia paling banyak diekspor ke negara China, Brazil, Jerman, Lebanon, Malaysia, Belanda, Rusia, Saudi Arabia, Srilangka dan Vietnam,” tambahnya.
BACA JUGA: Cerita Uya Kuya Tentang Glenn Fredly yang Menolak Dibayar Usai Tampil
Salah satu pelaku usaha atau industri pengolahan coconut charcoal, PT. Tom Cococha Indonesia yang berlokasi di Tujurhalang, Bogor, pada Maret hingga April 2020 tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar Eropa dan Timur Tengah.
Saat ini menurut Asep Jembar Mulyana, Direktur Utama PT. Tom Cococha Indonesia, supply bahan baku masih lancar dan sebagian besar didapat dari petani kelapa di daerah Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
“Bahan baku terus dikirim dengan jumlah 2-3 truk per hari untuk memenuhi order ekspor beberapa bulan ke depan. Sejauh ini volume ekspor mencapai 500 ton/bulan dan akan ditingkatkan menjadi 1.000 ton/ bulan”, katanya.
Selanjutnya, diketahui dari Asep Jembar, bahwa pada 6 April 2020 dilakukan stuffing container ekspor ke Belgia dengan volume 18 ton, pada 7 April 2020 dilakukan stuffing untuk pasar ekspor Irak dan sejumlah negara di Eropa dengan volume sebesar 45 ton, sedangkan pada 8 April 2020 dilakukan stuffing container ekspor ke Valencia, Spanyol sebesar 18 ton.
“Kebutuhan arang kelapa atau briket sangat prospektif dan berpotensi dilakukannya perluasan pasar, karena sampai saat ini produk briket dunia terutama BBQ masih dikuasai arang kayu, dan negara-negara maju yang merupakan konsumen terbesar akan produk ini sadar betul berapa besar kerusakan hutan atau pohon-pohon yang ditebang untuk keperluan arang briket. Sehingga kedepan, potensi Coconut Charcoal ini dapat menjadi produk substitusi dari arang kayu yang dimana tidak merusak alam dan aman lingkungan,” kata Kasdi.
Kasdi menyatakan bahwa perlunya memperluas akses pasar untuk ekspor arang kelapa dan produk turunan kelapa lainnya dengan nilai tambah yang tinggi tetapi belum banyak di kembangkan di Indonesia seperti VCO, Dessicated Coconut, sabut kelapa, Asap cair, isotonic water, CCO dan minyak goreng kelapa karena selama ini Indonesia lebih banyak mengekspor mentah atau setengah jadi seperti kopra, kemudian proses nilai tambah.(ILK/JPNN)
Redaktur & Reporter : Yessy