Ekspor dan Impor Topang Pertumbuhan Kredit Valas

Senin, 21 Agustus 2017 – 14:27 WIB
Uang dolar AS. Ilustrasi Foto: AFP

jpnn.com, JAKARTA - Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, kredit valuta asing pada semester pertama 2017 tumbuh 8,74 persen.

Kinerja itu lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit valas pada periode yang sama tahun lalu yang masih negatif 7,75 persen.

BACA JUGA: Tak Lagi Impor, Kebutuhan Bawang di Indonesia Capai 1,5 Juta Ton/Tahun

Pertumbuhan kredit valas tersebut bahkan melampaui capaian pertumbuhan kredit secara total, baik valas maupun nonvalas, yang semester pertama lalu hanya tumbuh 7,74 persen.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, membaiknya ekonomi global meningkatkan permintaan kredit valas.

BACA JUGA: Impor Bahan Baku dan Modal Melonjak, Neraca Dagang Juli Defisit

Naiknya harga komoditas membuat aktivitas ekspor dan impor lebih banyak dilakukan pengusaha.

’’Volume ekspor dan impor mulai meningkat juga, kan? Itu bukti bahwa perekonomian eksternal sudah bergerak dan ikut memengaruhi ekonomi domestik Indonesia,’’ katanya akhir pekan lalu.

BACA JUGA: Bank Mandiri Sediakan Layanan Online untuk Pembayaran Cukai

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pada Juli 2017 mencapai USD 9,65 miliar.

Secara year-on-year (yoy), angka itu naik 41,12 persen. Untuk impor, nilainya USD 13,89 miliar atau naik 54,02 persen (yoy).

Menurut Perry, pengusaha bisa saja meningkatkan permintaan kredit valas jika harga komoditas terus membaik.

Dengan catatan, kebijakan perdagangan global kondusif serta didukung situasi geopolitik yang aman dan stabil. 

CEO Citibank N.A. Indonesia Batara Sianturi menyebutkan, tren permintaan kredit valas di Citibank masih lebih rendah jika dibandingkan dengan permintaan kredit dalam bentuk rupiah.

Komposisi kredit valas baru mencapai 30 persen dari total penyaluran kredit di Citibank.

’’Saya rasa pengusaha punya banyak pilihan untuk mencari pendanaan bisnisnya. Bukan hanya kredit valas, tetapi juga global bond,’’ ujarnya.

Hal itu, lanjut dia, masih berhubungan dengan rating investment grade dari Standard & Poor’s (S&P) yang membuat korporasi lebih percaya untuk menerbitkan surat utang berdenominasi valas.

Batara menilai permintaan kredit rupiah lebih diminati daripada kredit valas.

’’Kalaupun korporasi itu butuh dana, lebih menarik bagi mereka untuk terbitkan bond,’’ tuturnya.

Dirut PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, pertumbuhan kredit valas baru bisa terlihat tahun ini.

’’Kan mungkin permintaannya tahun lalu, terus baru kelihatan tumbuh tahun ini. Kalau permintaannya tahun ini, kelihatan tumbuhnya di tahun depan,’’ terangnya.

Dia pun mengakui, permintaan kredit valas belum terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kredit dalam bentuk mata uang rupiah. (rin/c18/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekspor Udang Terus Turun, Ini Pemicunya


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler