jpnn.com - JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia menunjukkan angka yang menggembirakan. Pada Juni lalu, neraca perdagangan ternyata surplus hingga USD 900,2 juta.
Nilai tersebut lebih tinggi daripada surplus bulan sebelumnya USD 250,6 juta. Secara akumulatif, surplus perdagangan mencapai USD 3,59 miliar.
BACA JUGA: Deklarasi Kepemilikan Efek Bisa Sampai Rp 400 Triliun
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menyatakan, kinerja ekspor pada semester pertama tahun ini mencapai USD 69,51 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu, terjadi penurunan 11,3 persen.
Dari 13 negara tujuan utama ekspor Indonesia, relasi dengan Taiwan, India, Italia, dan Belanda mencatat penurunan paling besar. Bukan hanya itu, ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara juga mengalami penurunan nyaris satu persen yang menjadi USD 13,71 miliar.
BACA JUGA: Tambah Kapasitas, Semen Indonesia Targetkan 2 Pabrik Baru Segera Rampung
Ada empat sektor komoditas yang nilai ekspornya menurun. Yakni, manufaktur atau pengolahan, pertanian, pertambangan, serta minyak dan gas bumi (migas). Ekspor manufaktur tercatat turun 4,73 persen ke USD 53,73 miliar. Demikian pula dengan pertambangan, nilainya turun dari USD 10,33 miliar menjadi USD 7,88 miliar.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai, surplus neraca perdagangan disebabkan peningkatan harga komoditas ekspor utama Indonesia.
BACA JUGA: PNBP Minerba Hanya Sentuh Rp 10,5 Triliun
Utamanya, harga komoditas unggulan seperti kelapa sawit, batu bara, dan karet mengalami kenaikan selama sembilan bulan terakhir.
”Year to date, berarti dari Januari sampai ke kinerja terakhir yang ada, memang naik, gitu ya,” ujar Mirza di Jakarta kemarin (15/7).
Harga komoditas pada kuartal kedua tahun ini sebenarnya sedikit menurun dibanding kuartal pertama. Karena itu, Mirza menilai, komoditas pertambangan, perkebunan, dan migas pulih dari pelemahan harga sepanjang tahun lalu.
Salah satunya terlihat dari penurunan harga crude palm oil (CPO) sebesar 20 persen dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, capaian kinerja impor sepanjang Juni masih rendah.
Hal tersebut mengakibatkan neraca perdagangan mengalami surplus USD 900,2 juta. Surplus neraca perdagangan dipastikan membantu kinerja defisit neraca berjalan (current account deficit). (dee/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BUMN ini, Siap Amankan Musim Tanam
Redaktur : Tim Redaksi