jpnn.com, JAKARTA - Volume ekspor minyak sawit Indonesia tercatat hanya 15,3 juta sepanjang Januari hingga Juni 2018.
Jumlah itu menurun dua persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 15,62 persen.
BACA JUGA: Membedah Peran Kelapa Sawit Bagi Pertumbuhan Ekonomi
Khusus untuk volume ekspor crude palm oil (CPO), PKO, dan turunannya selain oleochemical dan biodiesel, pada semester pertama 2018, angkanya tercatat menurun enam persen.
Yakni, dari 15,04 juta ton pada semester pertama 2017 menjadi 14,16 juta ton pada periode yang sama 2018.
BACA JUGA: Harga Kelapa Sawit Turun, Penjualan Tetap Bagus
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono menjelaskan, kinerja yang kurang menggembirakan tersebut terutama di pasar India.
Ekspor semester pertama ke India menurun cukup signifikan, yaitu sebesar 34 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA: Mahathir Ajak Jokowi Melawan Kampanye Hitam Eropa
Secara terperinci, angkanya dari 3,74 juta ton menjadi 2,50 juta ton.
”Tergerusnya pasar India terutama disebabkan tingginya bea masuk yang diterapkan India untuk minyak sawit dengan alasan untuk melindungi industri refinery di dalam negeri,” jelas Mukti, Jumat (27/7).
Isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis pangan oleh parlemen Eropa sedikit banyak memengaruhi pasar minyak sawit Indonesia di Uni Eropa.
Di sisi lain, lanjut Mukti, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia pada semester pertama 2018 mencatatkan kenaikan volume impor CPO dan produk turunannya.
Salah satunya Tiongkok. Kenaikannya tercatat sebesar 343,31 ribu ton atau setara dengan 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
”Kenaikan volume impor minyak sawit Tiongkok karena adanya penurunan pajak pertambahan nilai untuk minyak nabati dari 11 persen menjadi 10 persen yang efektif berlaku sejak 1 Mei 2018,” beber Mukti. (agf/c17/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Dorong Pembentukan Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit
Redaktur & Reporter : Ragil