Ekspor Perhiasan Indonesia Terancam Digulung Singapura

Selasa, 28 Februari 2017 – 13:28 WIB
Ilustrasi. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Kelesuan pasar global ternyata tak memengaruhi ekpor industri perhiasan sepanjang tahun lalu.

Meski begitu, hambatan tarif di sejumlah negara tujuan ekspor mulai mengancam kinerja industri perhiasan.

BACA JUGA: Peritel Fashion Anak Gencar Ekspansi

Menurut Direktur Utama PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) Eddy Susanto Yahya, salah satu potensi kendala adalah kenaikan bea masuk di Dubai (Uni Emirat Arab).

Bea masuk naik dari 0,03 persen menjadi 5,7 persen sejak 1 Januari 2017.

BACA JUGA: Satan Java Sukses Sukses Besar di Melbourne

Kenaikan bea masuk itu membuat komoditas perhiasan Indonesia terancam kalah bersaing dengan Singapura.

Pasalnya, Singapura memiliki perjanjian kerja sama dengan Dubai.

BACA JUGA: Logam Impor Lebih Murah, Industri Lokal Menjerit

”Turki dan Malaysia saat ini juga sedang mengupayakan pembebasan bea masuk,’’ kata Eddy, Senin (27/2).

Posisi Dubai sangat strategis karena bukan hanya pasar bagi industri perhiasan Indonesia.

Dubai merupakan pintu masuk untuk ekspor ke Eropa, Rusia, maupun India.

Selain Uni Emirat Arab, negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia adalah Swiss, Jepang, dan Hongkong.

Sepanjang periode 2011 hingga 2016, ekspor produk perhiasan Indonesia tumbuh 126 persen.

Nominalnya dari USD 2,59 miliar pada 2011 menjadi USD 5,34 miliar tahun lalu. Jawa Timur menyumbang kontribusi 64,42 persen dari total ekspor perhiasan Indonesia atau USD 3,44 miliar.

Selain menjalin kerja sama perdagangan dengan Uni Emirat Arab, industri perhiasan meminta pemerintah memperpanjang fasilitas generalized system of preferences (GSP) dengan Amerika Serikat yang berakhir pada Desember 2017.

Dengan demikian, industri perhiasan tetap memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk ekspor ke pasar Amerika Serikat.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Iskandar Husain menambahkan, pasar perhiasan secara global turun 20 persen. Penyebabnya adalah kelesuan ekonomi di Eropa, terutama pasar Italia.

Meski secara umum terjadi perlambatan, pasar global masih mencari perhiasan asal Indonesia karena kualitas dan harganya bersaing.

Meski demikian, Iskandar meminta kehati-hatian ditingkatkan karena Malaysia dan Vietnam menempel ketat Indonesia. (vir/c7/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SMF Patok Salurkan Pinjaman Rp 5,7 Triliun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
perhiasan  

Terpopuler