jpnn.com - SURABAYA – Ekspor perhiasan dan permata pada periode Januari hingga September tahun ini menunjukkan penguatan.
Nilainya mencapai USD 5,35 miliar. Artinya, terjadi pertumbuhan 15,8 persen jika dibandingkan dengan USD 4,62 miliar pada tahun lalu.
BACA JUGA: Anggaran Defisit, Fokus Bayar Utang
Pertumbuhan ekspor perhiasan dan permata ditopang tingginya permintaan importer di Dubai dan Hongkong.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Emas & Permata Indonesia (APEPI) Iskandar Husin mengakui, pasar Dubai sangat penting bagi Indonesia.
BACA JUGA: Kementerian PUPR Minta Pemda Data Aset Tanah
Pasalnya, ibu kota Uni Emirat Arab tersebut adalah pintu masuk ke pasar Eropa, Rusia, dan India.
’’Untuk langsung masuk ke pasar-pasar itu, selama ini kita masih terkendala sejumlah aturan,’’ kata Iskandar setelah pembukaan Surabaya Jewelry Festival 2016.
BACA JUGA: Yakin Aksi 4 November Tak Ganggu Iklim Dunia Usaha
Iskandar menilai, sejumlah negara memang mencatatkan penurunan permintaan perhiasan dan permata karena kondisi ekonomi global maupun persoalan politik.
Namun, permintaan dari pasar-pasar strategis seperti Malaysia, Singapura, dan Hongkong justru meningkat. ’’Rata-rata pertumbuhannya sepuluh persen per tahun,’’ ujarnya.
Pertumbuhan ekspor tidak bisa dipacu lantaran terkendala larangan ekspor secara hand-carry.
Sejak tahun lalu, ekspor perhiasan hanya boleh menggunakan kargo sehingga pengiriman barang kurang efisien.
’’Ada masalah waktu dan biaya. Ekspor menggunakan kargo kan ada waktu tunggu pengiriman dan harus membayar asuransi,’’ jelas Iskandar.
Selain itu, industri perhiasan Indonesia masih terkendala ketergantungan impor bahan baku.
Sebab, harga bahan baku emas maupun permata di dalam negeri cukup mahal. ’’Jika harga gas industri turun, hal itu bisa berdampak positif bagi industri perhiasan karena harga baku di pengolahan emas ikut turun,’’ terangnya. (vir/c14/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saham Bukit Asam Perkasa, Summarecon tak Berdaya
Redaktur : Tim Redaksi