Pemerintah Indonesia tengah mencari solusi untuk menstabilkan harga daging sapi dan menanggapi aksi mogok yang dilakukan pedagang daging sapi di Jabodetabek, salah satunya mengimpor daging sapi dari Meksiko. Penjual daging di Jakarta dan sekitarnya sempat mogok berjualan, akibat harga yang terlalu naik Pemerintah Indonesia membidik Meksiko sebagai salah satu sumber impor baru daging sapi Indonesia telah menjalin hubungan dagang daging sapi dengan Australia selama 30 tahun

 

BACA JUGA: Kasus COVID-19 di Indonesia Capai Satu Juta, Semua Pihak Diminta Bekerja Keras

Sekretaris Jendral Kementerian Perdagangan, Suhanto mengatakan Meksiko dipilih sebagai salah satu sumber impor baru saat harga pasokan daging sapi dari Australia naik.

"Dalam jangka panjang juga kami mencoba terobosan strategi baru dengan mencari sumber-sumber dari negara lain. Contohnya yang sekarang kita lakukan adalah mencoba importasi sapi dari Meksiko," ujarnya, seperti dikutip dari Kompas TV.

BACA JUGA: Anak-anak Migran Asal Indonesia Ikut Membentuk Wajah Australia di Masa Depan

Penetapan harga daging sapi menjadi bagian upaya untuk menekan biaya bahan makanan pokok lainnya, terutama di tengah pandemi COVID-19 dan menjelang Ramadan dan Idul Fitri 2021.

Selama tiga hari pada pekan lalu, para penjual daging sapi di Jakarta dan sekitarnya mengosongkan kios mereka dan tidak berjualan, sebagai bentuk protes akibat tak bisa menaikkan harga lebih tinggi dari batas yang ditetapkan Pemerintah.

BACA JUGA: Dorong PEN, Bea Cukai Asistensi Ekspor Langsung dari Daerah

Harga daging saat itu pernah mencapai Rp130.000 per kilogram. Australia tetap hormati kemitraan dengan Indonesia

Direktur Eksekutif dari Dewan Pengekspor Hewan Ternak di Australia, Mark Harvey-Sutton mengatakan dia belum menerima kabar resmi dari Pemerintah Indonesia soal izin mengimpor sapi Meksiko.

"Kami memahami hal itu berpotensi terjadi, dan ini adalah situasi yang kami pantau dengan sangat cermat, tetapi dari apa yang saya pahami ini didorong oleh harga tinggi di Indonesia saat ini," kata Mark.

"Yang perlu kami ingat adalah ini kejadian langka di mana sapi Meksiko dapat bersaing dengan sapi Australia dan penyebabkan karena harga tinggi daging sapi yang kami alami di Australia."

"Pada akhirnya, ini semua adalah soal kekuatan pasar dan kami perlu bekerja keras untuk memastikan hal ini dikomunikasikan. Dan kami menghormati kemitraan yang kami miliki dengan Indonesia."

Mark mengatakan eksportir sapi di Australia masih menerima pesanan dari Indonesia, meskipun keadaannya sulit.

"Dari apa yang dikatakan eksportir kepada saya, pesanan itu masih masuk karena pada akhirnya masih ada permintaan itu.

"Ya, ini adalah pasar yang menantang tetapi kebutuhan tersebut masih ada dan sejauh menyangkut anggota kami, kami masih melakukannya seperti biasa. Adanya keluhan merugi Photo: Suasana kios penjual daging sapi di Jakarta saat mereka melakukan mogok menjual selama tiga kali akibat harga daging dari Australia terus naik. (Foto: CNBC Indonesia)

 

Robi Agustiar, konsultan industri sapi Indonesia mengatakan belum jelas berapa banyak sapi Meksiko yang diizinkan Pemerintah Indonesia.

"Mereka belum menetapkan kebijakan, mereka hanya berusaha mencari sumber ternak hidup lain dari negara lain selain Australia," ujarnya.

Robi menjelaskan saat ini tempat penggemukan sapi Indonesia sedang mengalami kesulitan.

"Saat ini harga feedlot Rp 48.000 per kilogram, tapi [feedlot] sudah membeli sapi dari Australia seharga Rp 56.000," ujarnya.

"Jadi mereka merugi."

Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gaspupindo) Didiek Purwanto mengatakan saat ini kapasitas feedlot di Indonesia sekitar 40 persen.

"Sejak kuartal terakhir, feedlot hanya berusaha bertahan agar bisa mempertahankan pelanggannya, tidak memikirkan untung."

"Dengan harapan di masa depan, jika kondisinya membaik, pelanggan mereka akan tetap ada dan bisa terus beroperasi," kata Didiek.

"Namun, harga sapi hidup asal Australia sudah mencapai [tingkat harga] yang tidak memungkinkan lagi feedlot melanjutkan operasinya."

Hal ini pula yang membuat Pemerintah Indonesia meminta 'feedlot' untuk mencari sumber ternak alternatif, karena Australia semakin tidak bisa memberikan kepastian pasokan.

Kondisi ini sangat disayangkan mengingat hubungan industri sapi potong yang sudah terjalin selama 30 tahun antara Indonesia dan Australia.

Sejak November 2020, hewan sapi dari Darwin telah dijual dengan harga sekitar $4 per kilogram, atau lebih dari Rp40.000 dengan jenis sapi tertentu dijual hingga $4,10 per kilogram.

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporannya dalam bahasa Inggris.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Australia Terancam Hidup Tanpa Layanan Google Search

Berita Terkait