jpnn.com, GUAYAQUIL - Pemandangan mengerikan terlihat di Guayaquil, sebuah kota di Ekuador. Wabah virus corona (COVID-19) membuat mayat-mayat bergelimpangan di kota pelabuhan itu.
Setidaknya 150 mayat ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan ataupun disimpan di rumah. Warga yang ditinggalkan pun putus asa menunggu pertolongan dari pihak berwenang yang kewalahan menangani pandemi global itu.
BACA JUGA: Kewalahan, Pemerintah Ekuador Simpan Jenazah Korban Virus Corona di Kulkas Raksasa
Alih-alih menerima bantuan, warga malah diminta menyediakan kardus untuk peti mati. Laman worldometer pada Selasa (7/4) menunjukkan kasus COVID-19 di Ekuador mencapai 3.747 dan menyebabkan lebih dari 190 kematian.
BACA JUGA: Bungkam Aspirasi Rakyat, Presiden Ekuador Berlakukan Jam Malam
Satu mayat yang tergeletak di Guayaquil baru bisa ditangani setelah tiga hari akibat banyaknya warga yang meninggal. Bau menyengat pun menyebar ke berbagai penjuru kota yang menghadap Samudra Pasifik itu.
Wakil Presiden Otto Sonnenholzner sampai meminta maaf setelah warganya memperlihatkan foto-foto mayat yang bergelimpangan itu di media sosial. “Kami telah melihat gambar-gambar yang seharusnya ak pernah terjadi dan sebagai pelayan masyarakat Anda, saya meminta maaf,” ujarnya.
BACA JUGA: Mayat Korban Corona Diangkat dengan Forklif, Dimasukkan ke Truk Refrigerator
Ekuador merupakan negeri tropis di Amerika Latin. Nama Ekuador merujuk pada ekuator atau garis khatulistiwa.
Seorang pengusaha bernama Santiago Olivares yang memiliki rumah duka di Guayaquil mengaku kewalahan melayani permintaan. Menurutnya, pemberlakuan jam malam di Guayaquil mengakibatkan kelangkaan bahan untuk membuat peti mati.
“Saya menjual 40 yang saya miliki di cabang tengah kota, dan 40 lainnya dari kantor pusat. Saya harus memesan sepuluh lagi pada akhir pekan dan mereka kehabisan,” katanya.(dailymail/ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni