jpnn.com, JAKARTA - Hasil survei Center for Indonesia Strategic Actions (CISA) menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto sebagai kandidat capres di Pilpres 2024 mengalami penurunan signifikan.
Survei yang dilakukan pada 27-31 Agustus 2021 itu menempatkan Ganjar Pranowo sebagai kandidat capres dengan elektabilitas tertinggi (16,92 persen). Sementara elektabilitas Prabowo Subianto hanya 10,8 persen.
BACA JUGA: Jamiluddin Mengulas Peluang Ganjar Pranowo di Pilpres 2024, Bakal Seru nih
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai elektabilitas Prabowo Subianto akan terus tergerus jika dia melakukan lebih banyak lagi blunder.
"Kalau Prabowo membuat langkah-langkah blunder dan tidak bisa merangkul PA 212 atau kelompok kekuatan islam konservatif itu, saya yakin sulit untuk Gerindra dan Prabowo untuk memenangi Pilpres 2024," kata Asrinaldi kepada JPNN.com, Senin (9/8)
BACA JUGA: Prabowo: Saya Hormat Sama Bapak, Saya Lihat, Saya Saksi
Dia menilai Prabowo tidak perlu untuk menggandeng Wakil Sekjen PA 212 Novel Bamukmin yang berniat menjadi cawapres pada Pilpres 2024, untuk mendapatkan dukungan dari loyalis Gerindra pada Pemilu 2019 yang lalu.
"Saya pikir massa 212 ini juga tidak signifikan yang mengeklaim umat islam karena umat islam itu sendiri juga kalau kita bisa bicara politik aliran itu banyak sekali alirannya," lanjutnya.
BACA JUGA: Arie Kriting: Boro-boro Beli Narkoba, Buat Bertahan Hidup Sampai Jual Gorengan ini
Menurut Asrinaldi, massa PA 212 yang berkisar 1 juta hingga 2 juta orang itu masih belum cukup untuk memberikan perubahan yang signifikan dalam kontestasi orang nomor satu di Indonesia itu.
"Kalaupun ada 1 juta atau 2 juta massa PA 212, sementara yang puluhan juta yang lain bagaimana?" tuturnya.
Menurut Asrinaldi, Islam yang dianut oleh warga Indonesia merupakan Islam yang moderat, sehingga kelompok konservatif hanya merupakan bagian kecil dalam aliran politik di Indonesia.
"Kalau Islam kita ini konservatif, saya yakin PKS itu pasti menang, tapi nyatanya kalah dengan PDI Perjuangan," jelasnya.
Meskipun begitu, dosen ilmu politik itu tidak memungkiri bahwa PA 212 memiliki suara di perpolitikan Indonesia, tetapi jumlahnya tidak signifikan.
"Tidak semua umat Islam juga itu bersimpati dengan PA 212. Jadi memang harus sadar juga Gerindra dan Prabowo untuk memilih wakilnya jika ingin maju," tuturnya.
Justru, tukas Asrinaldi, Prabowo harusnya tidak memikirkan satu aliran saja dan harus bisa merangkul semua segmen pemilih di Indonesia. Merangkul massa PA 212 perlu, tetapi jangan berharap suara dari satu kelompok itu saja.
"Pemilih milenial misalnya itu jumlahnya signifikan juga. Nah, kalau (hanya) memikirkan PA 212, dia (Prabowo, red) akan kalah," pungkas Asrinaldi. (mcr8/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Soetomo
Reporter : Kenny Kurnia Putra