Elektabilitas Prabowo Mumpuni, Tanda Bahaya Bagi PDIP?

Senin, 25 Juli 2022 – 16:50 WIB
Direktur Eksekutif Suara Politik Publik (SPP) Asrudin Azwar. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Hasil survei Suara Politik Publik (SPP) menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto berada di urutan pertama mengalahkan sejumlah tokoh lain yang mempunyai kedekatan politik dengan partai-partai yang ada.

Sebanyak 28,7 persen responden menyatakan akan memilih ketua umum DPP Partai Gerindra itu jika pemilihan presiden diadakan saat ini.

BACA JUGA: Survei PRC: Elektabilitas Ganjar Jauh Tinggalkan Anies hingga Prabowo

Urutan kedua ditempati Ganjar Pranowo (20,5 persen), Anies Baswedan (13,9 persen), Ridwan Kamil (5,75 persen), AHY (3,45 persen).

"Kemudian Sandiaga Uno (3,3 persen), Puan Maharani (2,44 persen), Erick Thohir (1,47 persen), Muhaimin Iskandar (1,2 persen), dan Airlangga Hartarto (0.47 persen), yang tidak tahu/tidak jawab/rahasia/belum menentukan (18,82 persen)," ujar Direktur Eksekutif Suara Politik Publik (SPP) Asrudin Azwar dalam keterangannya, Senin (25/7).

BACA JUGA: Elektabilitas 3 Tokoh Ini tak Tergoyahkan Sejak 1,5 Tahun Lalu

Menurut Asrudin, SPP juga mengukur elektabilitas kandidat presiden 2024 pada survei kali ini.

SPP mencari tahu kekuatan parpol-parpol dari sisi pilihan publik. Hasilnya, terdapat efek bola salju yang diterima oleh Gerindra ketika mengatakan akan mengusung Prabowo Subianto maju sebagai kandidat presiden.

BACA JUGA: Soal Gugatan Gerindra Jaktim, M Taufik Sarankan Prabowo Lakukan Ini

Efek bola salju adalah suatu situasi di mana makin tinggi elektabilitas kandidat yang diusung, makin banyak publisitas yang akan didapatkan oleh partainya, dan dengan begitu makin tinggi pula pilihan publik atas partai tersebut.

"Efek ini terlihat saat mengukur tingkat keterpilihan parpol. Hasilnya, Gerindra tetap menempati posisi kedua dengan terus membayangi PDIP," ucapnya.

Asrudin menyebut ketika dikomparasi dengan Pileg 2019 lalu, perolehan suara Gerindra grafiknya terbilang meningkat, sementara PDIP stagnan.

"Pada Pileg 2019 Gerindra memperoleh suara 12,57 persen. Saat ini (meski pileg belum dilangsungkan) suaranya meningkat menjadi 14.02 persen. Sementara suara PDIP menurun sedikit dari 19,33 persen pada 2019 menjadi 18.25 persen saat sekarang," katanya.

Asrudin menduga ada beberapa penyebab suara PDIP masih stagnan. Antara lain belum memiliki kandidat dengan magnet politik publik.

"Ini adalah alarm politik bagi PDIP. Saya kira jika di sisa waktu ini tidak ada perbaikan strategi politik, Gerindra akan terus mendekati suara PDIP dan bukan tidak mungkin elektabilitas Prabowo meningkat."

"Gerindra bisa saja melampaui PDIP dengan mendapatkan suara dari mereka yang belum menentukan pilihan sama sekali," katanya.

Survei SPP dilaksanakan pada 7 hingga 16 Juli 2024 di seluruh provinsi di Indonesia.

Survei dilakukan dengan menggunakan metode pencuplikan responden secara rambang berjenjang (multi-stage random sampling).

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka dengan responden.

Total sampel sebanyak 1200 responden dengan margin of error sebesar 2,8 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) 95 persen.(gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler