jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, banyak partai politik (parpol) poros tengah yang enggan berkoalisi dengan Partai Golkar.
Keengganan itu, kata Siti, diakibatkan rendahnya elektabilitas bakal calon presiden Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical).
BACA JUGA: Tersangka: Yang Berkarat Hanya 14 Transjakarta
"Partai-partai menengah justru tidak ingin dilamar Golkar. Padahal, partai dengan perolehan suara kecil sebelumnya selalu ingin mendekat ke partai besar," kata Siti dalam diskusi "Menakar Capres-Cawapres Golkar" di Jakarta, Senin (12/5).
Siti membandingkan perolehan suara Partai Gerindra yang lebih rendah daripada Golkar pada pemilu legislatif lalu, tetapi elektabiltas bakal calon presiden Gerindra, Prabowo Subianto, jauh lebih tinggi dibanding Ical. "Karena itu, parpol papan tengah berkoalisi dengan Gerindra, seperti PPP dan PAN," ujarnya.
BACA JUGA: Unggul di Jatim VI, Venna Melinda Optimis Lolos ke Senayan
Faktor lain, lanjut Siti, Golkar terlalu terburu-buru mencalonkan Ical sebagai bakal capres. Pencapresan Ical sudah diputuskan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar tahun 2012. Ketika itu, Golkar menjadi parpol pertama yang mendeklarasikan bakal capresnya.
"Strategi dan taktik yang diambil Golkar ini adalah fenomena lama yang punya empati pas-pasan sehingga kurang membaca kebutuhan makro masyarakat," ujarnya.
BACA JUGA: Gelar Rapimnas, Golkar Agendakan Ical Cawapres
Ditambahkannya, perolehan suara Golkar pada pemilu legislatif 2014, tidak signifikan hingga membuat parpol papan tengah melakukan kalkulasi ulang untuk berkoalisi dengan Golkar.
"Golkar itu partai kader, tapi justru kadernya tidak cukup diminati sehingga itu yang membuat bargaining position Golkar tidak cukup," ujarnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kwik Kian Gie: Seharusnya Bank Century Tak Diselamatkan
Redaktur : Tim Redaksi