Elon Musk dan Herry Wirawan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 11 Desember 2021 – 11:49 WIB
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Elon Musk adalah jenis manusia galau yang selalu berpikir mengenai masa depan bumi dan manusia yang menghuninya.

Menurut Musk, pada suatu ketika nanti bumi akan hancur atau lenyap ditelan kekuatan jagat raya dan umat manusia sebagai spesies bumi ikut punah akibat kehancuran planet.

BACA JUGA: Catat! Kebejatan Herry Wirawan Bukanlah Keseharian Pesantren

Musk, manusia paling kaya di atas bumi, sudah merancang proyek revolusioner untuk menyelamatkan masa depan manusia dengan merancang roket khusus yang bisa membawa manusia melakukan emigrasi ke Planet Mars.

Dengan roket berkapasitas penumpang besar Elon Musk akan mengangkuti umat manusia untuk menjadi transmigran di Mars. Dengan demikian Musk akan menyelamatkan spesies umat manusia ketika bumi kelak hancur.

BACA JUGA: Herry Wirawan Perkosa 12 Santriwati, Kiai Maman: Saya Tidak Ingin Menyebut Dia Ustaz

Manusia beriman menyebut kehancuran bumi itu sebagai kiamat. Musk menyebutkannya sebagai kepunahan akibat disrupsi besar tata jagat raya. Pada hari kiamat itu kekuatan solar matahari akan menelan bumi dan menghancurkannya. Kiamat versi Musk diprediksi akan terjadi miliaran tahun ke depan.

Kiamat masih sangat jauh, tetapi Musk sudah galau memikirkannya sekarang. Musk ingin menyelamatkan bumi dan kehancuran total dan kehancuran gradual akibat kerusakan lingkungan yang jika dibiarkan akan mempercepat kehancuran bumi.

BACA JUGA: Pesan Bamsoet untuk Rosan Roeslani, Muluskan Rencana Investasi Elon Musk di Indonesia

Musk menciptakan mobil listrik yang akan dijadikan moda transportasi masa depan manusia sebagai upaya untuk menghindari kehancuran bumi akibat penggunaan bahan bakar fosil yang membawa kerusakan bumi secara pelan, tetapi pasti.

Musk bukan hanya galau mengenai masa depan umat manusia yang bakal punah karena bencana lingkungan dan ekologi. Musk mengungkapkan ancaman baru yang bakal menjadikan kepunahan umat manusia makin cepat. Ancaman baru itu oleh Musk disebut sebagai resesi seks.

Sebagaimana resesi ekonomi yang mengakibatkan penurunan produktivitas tenaga kerja, resesi seks akan mengakibatkan penurunan produktivitas manusia dalam melahirkan bayi-bayi baru yang bakal meneruskan generasi umat manusia masa depan.

Jumlah penduduk dunia yang sekarang hampir mencapai 8 miliar kepala oleh Musk dinilai tidak cukup banyak untuk bisa menyelamatkan planet bumi.

Jumlah pertumbuhan manusia makin menurun dan pada titik tertentu di masa depan nanti manusia akan punah karena proses regenerasi berhenti setelah manusia tidak mau lagi melahirkan anak.

Ia menginginkan agar manusia memiliki lebih banyak bayi lagi. Ia menganggap saat ini jumlahnya tidak cukup.

Tidak cukup banyak orang di bumi. Begitu kata Musk. Ia khawatir tingkat kelahiran yang rendah dan menurun dengan cepat akan menjadi salah satu risiko terbesar bagi peradaban.

Kegalauan Musk muncul karena makin banyak orang memutuskan untuk tidak memiliki anak, dengan alasan kekhawatiran seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan.

Berbeda dengan cara pikir kebanyakan orang bahwa populasi manusia di bumi tumbuh di luar kendali Musk justru berpikir agar semua orang memiliki lebih banyak anak lagi.

Musk mempraktikkan apa yang dia khotbahkan. Dia sekarang punya enam anak. Salah satunya dari hasil perkawinannya dengan bintang penyanyi pop Grimes.

Anak Musk diberi nama unik X Æ A-12 Musk dan mengundang komentar banyak netizen. Entah apa arti nama anak itu. Mungkin itulah identitas manusia masa depan yang akan tinggal di Planet Mars.

Nama anak Musk ini dianggap paling unik di dunia dan bikin heboh. Namun, nama itu masih kalah heboh dari anak pasangan suami istri di Tuban, Jawa Timur yang memberi nama anaknya ‘’Rangga Madhipa Sutra Jiwa Cordosega Akre Ashkala Mughal Ilkhanat Akbar Sahara Pi-Thariq Ziyad Syaifudin Quthuz Koshala Sura Talenta’’.

Dispenduk Tuban menolak memberi akta anak itu karena namanya tidak bisa masuk ke sistem kependudukan Tuban. Tidak ada kabar bahwa anak Elon Musk ditolak oleh dispenduk setempat karena tidak bisa masuk di sistem dukcapil setempat.

Tren pasangan tanpa anak sudah menjadi sebuah gerakan di kalangan generasi sekarang. Menurut Musk, selain itu ada faktor lain yang berpengaruh yaitu tingkat kesuburan yang makin menurun akibat kondisi bumi yang makin buruk akibat perubahan iklim.

Sebuah penelitian di Amerika yang didukung oleh data Google menunjukkan perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung mempercepat penurunan tingkat kesuburan.

Jumlah kelahiran di Amerika turun dalam sembilan bulan setelah peristiwa panas yang ekstrem. Sebuah penelitian lain terhadap 18.000 pasangan di China menunjukkan bahwa perubahan iklim, dan polusi partikulat secara khusus, dikaitkan dengan peningkatan 20 persen kemungkinan kemandulan.

Angka kelahiran secara global turun dari rata-rata 3,2 kelahiran per wanita pada 1990 menjadi 2,3 pada 2020. Jumlah penduduk dunia saat ini mencapai 7,8 miliar, diperkirakan mencapai puncaknya sekitar 9,7 miliar pada 2050.

Namun, populasi dunia menurun menjadi 8,8 miliar pada 2021.

Di Amerika Serikat angka kelahiran turun selama enam tahun terakhir, dengan 1.637 kelahiran per 1.000 wanita. Sensus 2020 menunjukkan populasi naik hanya tujuh persen dari 2010 menjadi 331 juta orang.

Negara lain yang sedang dilanda resesi seks adalah China. Angka kelahiran turun hingga di titik terendah sejak 1978 dengan hanya 8,52 kelahiran per 1.000 orang.

Rendahnya angka kelahiran akibat anak muda lebih jarang melakukan hubungan seks dibandingan era sebelumnya.

Penelitian menunjukkan antara 2008 dan 2021, jumlah orang dewasa muda yang ogah berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat dari 8 persen menjadi 21 persen.

Menurut penelitian tersebut, lebih banyak perempuan di rentang usia 18-35 tahun tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir. Peningkatan ini juga didorong oleh pernikahan yang tertunda imbas pandemi Covid-19.

Resesi seks cenderung dialami oleh kaum milenial dengan rentang usia 20-an sampai 40-an.

Data dari Survei Sosial Umum menyebutkan, pada 2018 ada 23 persen orang dewasa yang mengaku tidak melakukan hubungan seks dalam setahun. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.

Di belahan dunia sana orang pada bingung karena resesi seks dan mendorong orang untuk lebih banyak melakukan hubungan seks supaya punya keturunan.

Di Indonesia yang terjadi sebaliknya. Orang lagi heboh karena bermunculan para predator seks yang harus dihentikan tindakannya dengan berbagai cara.

Di Bandung, seorang guru agama bernama Herry Wirawan ditangkap polisi karena menjadi predator seks yang menggauli paksa belasan santri perempuan di bawah umur. Beberapa di antara santri itu hamil dan melahirkan anak.

Di Mojokerto, Jawa Timur, seorang anggota polisi bernama Randy Bagus menggauli dengan paksa seorang mahasiswa, Novia Widyasari, sampai hamil dua kali.

Sang polisi lalu memaksa perempuan itu menggugurkan kandungannya. Perempuan yang tertekan itu kemudian melakukan bunuh diri meminum racun sianida. Ia ditemukan meninggal di makam ayahnya yang baru meninggal enam bulan sebelumnya.

Predator seks juga dikabarkan banyak bermunculan di kampus-kampus. Di Riau seorang dosen dikabarkan melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah mahasiswa.

Hal ini memicu munculnya peraturan menteri mengenai perlindungan korban pelecehan seksual di kampus. Alih-alih menyelesaikan masalah aturan ini malah menimbulkan reaksi keras karena dianggap melegalkan seks bebas di kampus.

Kasus Herry Wirawan memunculkan gagasan untuk memberlakukan hukuman kebiri kimia terhadap predator seks.

Terlepas dari pro dan kontra, kalau hukuman kebiri ini diberlakukan seharusnya polisi Randy Bagus juga pantas dijatuhi hukuman kebiri. Dua orang itu sama-sama menjadi penjahat seksual yang melakukan tindakan di luar batas.

Krisis seksual terjadi di sana dan di sini. Elon Musk mengeluh karena orang tidak cukup melakukan hubungan seksual. Di sini orang mengeluh karena ada orang-orang yang berlebihan dalam melakukan aktivitas seksual, sehingga menjadi kejahatan yang harus dihentikan. (*)


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler