Empu Sungkowo Harum Brojo benar-benar seorang empu keris tulenDia membuat keris dengan jiwa-raganya
BACA JUGA: Mengunjungi Naypyitaw, Ibu Kota Myanmar yang Misterius
Keris dibikin satu per satu dengan laku khusus, diracik dengan batu meteor pada sebuah tungku sederhanaBACA JUGA: Ironi Kehidupan Meno-Meno Pendulang Emas Liar di Timika, Papua
Langka.------------------------------------------------------------
KARDONO SETYORAKHMADI, Jogjakarta
-----------------------------------------------------------
SUNGKOWO Harum Brojo memang punya gen empu yang sudah kawak (lama)
BACA JUGA: Karutan Brimob Kelapa Dua Iwan Siswanto di Mata Tetangga
Ya, Sungkowo adalah keturunan ke-17 pembuat keris Sengkelat yang legendaris pada zaman Majapahit itu.Kebanggaan tentang silsilah tersebut tergambar jelas pada pohon silsilah keluarga yang digantung di tembok ruang tamunyaNah, darah empu yang menetes paling dekat ke tubuh pria 56 tahun tersebut berasal dari ayahnya, Empu Djeno Harum Brojo.
Tak heran, setelah Empu Djeno wafat pada 2005, Empu Sungkowo langsung melanjutkan garis silsilah pembuat keris ituTongkat estafet per-empu-an itu memang tak salah jalurSejak dua dekade lalu, Sungkowo sudah rajin membantu bapaknya membuat keris.
Setidaknya, dua kerabat Keraton Jogjakarta mengakui keandalan keris karya SungkowoYang pertama adalah Bupati Puralaya Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Hastono Nagoro"Sangat bagus buatannyaDi Jogja, saya rasa, dia (Sungkowo, Red) adalah satu-satunya yang bagus kualitas kerisnya," ucap pria yang juga kolektor keris pusaka tersebut.
Pujian juga datang dari Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo"Dia termasuk salah seorang empu keraton," tutur pengageng (petinggi) Keraton Jogjakarta yang juga adik Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut.
Selain pengakuan dari dua orang itu, daftar pesanan yang nyaris tak pernah berhenti menunjukkan kualitas Empu SungkowoYang pesan pun bukan sembaranganMulai mantan Dirjen Otda Ryaas Rasyid, sejumlah kepala daerah, pihak keraton, hingga orang asing pun pesan keris kepada dia.
Karena itu, daftar pesanan Sungkowo begitu panjangKalau Anda pesan sekarang, keris baru jadi pada 2013"Soalnya, sampai 2012 sudah penuh," ungkap bapak tiga anak ituSebab, membuat keris memang tak instanTak ada alat cetak besi untuk keris, misalnya"Paling cepet, saya buat 40 hari," tutur Sungkowo.
Maklum, sebagai seorang empu, Sungkowo tak pernah membuat keris secara masalSatu bilah adalah satu karya spesialSatu keris dibuat dengan jiwa dan raga secara totalItu tak berlebihanKepada seorang pemesan keris, Sungkowo pasti tanya banyak halWawancaraMisalnya, tanya weton (hari kelahiran)Itu akan disesuaikan dengan dapur (motif) keris yang akan dibuat.
Pemesan juga ditanya tentang tujuannyaApakah keris itu nanti digunakan untuk membantu meraih cita-cita, dijadikan piandel (pendorong psikologis) untuk memakmurkan daerah, atau dimanfaatkan supaya hasil panen lebih banyakMemang banyak yang percaya bahwa keris dengan dapur tertentu punya daya piandel yang cespleng untuk sebuah maksudItu berlaku untuk yang percaya"Keris niku dhewe-dhewe (Keris itu punya daya sendiri-sendiri, Red)," ungkapnyaBiasanya, keris yang pas untuk membantu meraih cita-cita panjang dan hanya punya tiga luk (lekuk)Maknanya, agar keinginan pemilik lekas tercapai.
Sungkowo menjelaskan, dalam pembuatan keris beneran, mutlak keris harus custom, sesuai dengan pemesanUntuk itu, Sungkowo menyatakan harus melakukan penjiwaan terhadap keris pesanan tersebut"Setelah mengumpulkan bahan-bahan, saya berpuasa tiga hari," terang diaPuasa itu dilakukan agar batinnya bersih dan bisa menjiwai pembuatan keris.
Sebelum membuat keris, Sungkowo memanjatkan doa awalApa doanya? Empu Sungkowo tak mau menyebutkannya"Yang jelas, campuran bacaan Jawa dan bahasa Arab," ujar diaDoa tersebut adalah langkah awal di antara 53 langkah lain sebelum keris itu jadi dan diserahkan kepada pemesan.
Setelah berpuasa tiga hari, dia memasuki ruang tempaRuang tersebut berada di sisi paling barat rumah SungkowoRuang itu berukuran 4 x 6 meterTak ada perubahan berarti sejak Empu Djeno, ayah Sungkowo, berkarya di ruang tempa tersebut.
Ruang itu memang tak bisa meninggalkan kesan tradisionalAda tungku di situSederhanaSeperti luweng (tungku masak) orang desaMeski begitu, tungku tradisional itu bisa menghasilkan panas hingga 1.300 derajat CelsiusBatu meteor pun luruhSaat dijumpai Jawa Pos kali pertama, Sungkowo menempa batu meteorBahan mineral luar angkasa tersebut memang salah satu unsur penting dalam racikan bahan kerisMeteor adalah salah satu bahan yang berperan menentukan pamor kerisKarena itu, meteor atau watu lintang (batu bintang) juga kerap disebut watu pamor (batu pamor).
Pamor adalah tekstur di badan kerisWarnanya, biasanya, kontras hitam-putihPun, corak itulah yang akhirnya punya nama tertentuAda yang disebut Ngulit Semangka (seperti motif kulit semangka), Banyu Mili (seperti air mengalir), dan Beras Wutah (bak beras tumpah)Sebagian orang percaya bahwa pamor itu menentukan khasiat kerisYang berpamor Banyu Mili dianggap punya tuah melancarkan rezeki.
Pamor tersebut sejatinya tercipta karena perbedaan titik lebur mineral-mineral pembuat kerisSejumlah literatur mencatat, keris setidaknya terdiri atas tujuh macam bahanYaitu, besi, baja, nikel, titanium, klorin, karbon, dan meteor.
Guratan itu lahir dari teknik yang sangat rumitBahan dicampur, dileburkan, ditempa, ditekuk, ditempa lagi, dilapisi, ditekuk lagi, begitu seterusnyaPamor bisa muncul tanpa direkayasa (pamor tiban), juga bisa direncanakan (pamor rekan).
Selain ditentukan oleh dapur dan pamor, tingkat kesulitan pembuatan dipengaruhi tangguh (spesifikasi atau gaya pembuatan) kerisMisalnya, ada tangguh Majapahit yang terdiri atas 2.048 lapisArtinya, besi ditempa dan ditekuk hingga lebih dari dua ribu kaliYang paling banyak adalah tangguh gaya Sendang SedayuYakni, 4.096 lapis"Kalau keris jenis itu, untuk pamor saja dibutuhkan besi 16 kilogram," terang dia.
Bayangkan, besi dan campuran bahan lain yang kadang mencapai berat 30 kilogram tersebut digunakan untuk membuat keris yang panjangnya tak sampai 40 sentimeter dengan berat kadang tak sampai 1 kilogramDalam mengerjakan keris, Sungkowo punya sejumlah pantanganMelakukan hal-hal yang tidak baik akan bisa mengeruhkan batin dalam membuat kerisSelain itu, ada hari-hari tertentu yang dianggap sebagai pantanganYakni, Kamis Wage, Jumat Kliwon, Sabtu Legi, dan Rabu PonBila melanggar, ada saja halangannya"Misalnya, keris yang sudah hampir jadi tiba-tiba patah menjadi dua atau menempa tapi tidak bisa panas-panasPokokmen, eneng-eneng wae (Pokoknya, ada-ada saja, Red)," terangnya.
Meski proses panjang sudah dilalui dan keris jadi secara fisik, tidak berarti prosesnya usaiAda satu tahap finishing yang hanya bisa dilakukan oleh empu kerisYakni, "merasakan" keris tersebutBentuk, luk, simetris tidaknya keris, semuanya diperiksaKalaupun secara estetis sudah oke, bila si empu kurang sreg, tetap saja keris itu diamati terus"Kalau perlu, saya tempa lagi untuk mencari apa yang kurang," ucapnyaBaru setelah sreg, dia memandikan keris tersebut dan menyiapkan warangka
Berapa ongkos pembuatan satu keris" Untuk yang satu itu, Sungkowo tak bisa memberikan jawaban lugasPenyebabnya, selain itu dia anggap sebagai rahasia dapur, juga tidak ada standar pasti"Bergantung habis berapa banyak bahannya, tingkat kesulitannya, dan bahan warangkanya," ucapnya
Soal gagang dan warangka keris, harganya variatif, mempertimbangkan bahanAda yang berasal dari kayu murahan berharga ratusan ribu rupiah hingga kayu tertentu yang berharga belasan juta rupiah"Itu murni bergantung pemesanMau cari bahan yang bagus atau tidak," imbuhnyaKendati tak mengungkap secara resmi, bisik-bisik pencinta keris Jogja menyebutkan bahwa tidak ada di antara keris-keris buatan Empu Sungkowo yang murahanSelain modal sabar (karena menunggu bertahun-tahun bila pesan sekarang), pemesan harus punya modal uang cukup banyakKabarnya, banderol untuk setiap keris bagus Rp 40 jutaKetika dikonfirmasi, Sungkowo selalu mengelak.
Namun, apa pun itu, yang jelas, di dusunnya di Godean, rumah Sungkowo termasuk yang paling besarMenjadi empu keris full-time, tampaknya, cukup memberikan kesejahteraan kepadanyaRumah asri berukuran lebih dari 200 meter persegi kini menjadi kediamannya sehari-hari"Yang penting cukup," ujar Sungkowo
Meski menjadi empu keris papan atas, Sungkowo tak mengarahkan anak-anaknya menjadi empu juga"Membuat keris tak bisa dipaksakanSebab, lebih menggunakan rasaYen ora remen, yo ra iso (Kalau tidak cinta, ya tidak bakal bisa, Red)," terang diaNamun, Sungkowo tak perlu khawatirSebab, putra keduanya yang masih duduk di bangku SMP, tampaknya, tertarik dengan seni membuat keris.
Karena rasa dan cinta itu, Sungkowo mengatakan bahwa menjadi empu lebih merupakan panggilanDia pun merasa tak perlu mengisi kata "empu" di blangko KTP untuk keterangan profesiTak takut nanti ada pemesan kurang ajar yang merampas keris setengah jadi dan menusukkannya seperti cerita Ken Arok" Empu Sungkowo tergelak"Wis ra ono kuwiKeris sekarang lebih berfungsi sebagai pemberi sugesti, bukan senjata," tegas dia(*/c11/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana
Redaktur : Tim Redaksi