jpnn.com, SURABAYA - Guru yang diduga melakukan pencabulan terhadap 65 anak didiknya, M. Saebatul Hamdi, mengaku perbuatan bejatnya itu didasarkan naluri.
Datangnya tiba-tiba, tak disadarinya. Pria asal Sukabumi, Jabar, itu menyatakan, keinginan mencabuli muridnya tersebut juga disebabkan ada kesempatan.
BACA JUGA: Bejat! Ustaz Hamdi Cabuli 65 Siswa
''Karena setiap hari saya dekat dengan anak-anak,'' jelasnya.
Hamdi mengatakan, selain terhadap lawan jenis, dia tertarik dengan sesama jenis.
BACA JUGA: Oknum Guru Cabuli 9 Murid
Namun, tidak semua orang disukai. Hanya perempuan dewasa, anak perempuan, dan anak laki-laki yang bisa meningkatkan libidonya.
Dia pun berani menggaransi bahwa dirinya tidak pernah melakukan tindakan asusila itu terhadap laki-laki dewasa. Apalagi sampai ikut ke dalam komunitas gay.
BACA JUGA: Cabuli 5 Murid SD di Kelas, Oknum Guru Resmi Ditahan Polisi
Anak laki-laki yang dipilih menjadi korban pun tidak sembarangan.
Ada bentuk wajah dan dari keturunan tertentu. Jika memenuhi kriterianya, anak tersebut adalah yang paling sering dicabuli.
Dengan gamblang, dia mengaku sangat tertarik dengan enam anak didiknya. Namun, dia menolak menyebutkan satu per satu.
Mengenai perbuatannya yang dilakukan di depan anak didik yang lain, Hamdi menyatakan bahwa dirinya tidak pernah punya niat itu.
Sebetulnya, dia melakukan sembunyi-sembunyi. ''Ternyata anak-anak yang lain sudah menjadikan masalah ini sebagai bahan obrolan mereka,'' akunya.
Kenapa kasus tersebut bisa terjadi bertahun-tahun? Sebab, Hamdi bisa melokalisasi perbuatan bejatnya itu menjadi isu dalam kelas saja.
Dia selalu berpesan kepada anak didiknya. Di beberapa kesempatan, dia mewanti-wanti agar perbuatannya tidak diceritakan ke orang tua.
Pada 2014, setahun setelah mulai gemar melakukan cabul kepada muridnya, Hamdi memutuskan untuk menikah.
Tujuannya, istrinya bisa menolong dirinya. Membuatnya berhenti. Selain itu, dia ingin istrinya menjadi tempat curhat.
Namun, ternyata dia malah ketakutan. Takut istrinya tidak bisa menerima keadaannya.
Tak pelak, kondisi itu malah membuatnya semakin liar. Hamdi semakin tidak bisa mengendalikan diri sendiri.
Padahal, dia mengaku tidak ada masalah dengan hubungan suami istri.
Membuat istri tidak pernah memendam curiga. Dari pernikahan itu pula, dia dikaruniai dua buah hati.
Sebelum sampai ke polisi, sebetulnya kasus itu terkuak beberapa bulan lalu di tingkat sekolah.
Pria 28 tahun itu sempat meminta maaf secara terbuka di depan kelas. Juga kepada guru lain dan ketua yayasan.
Setelah disidang pihak sekolah, dia dikeluarkan sejak Desember 2017. Namun, tidak lari ke mana-mana.
Dia masih bekerja di sebuah biro perjalanan umrah di daerah Jambangan. ''Saat di travel, tidak pernah terjadi. Karena tidak pernah ada kesempatan,'' akunya.
Melihat dampak yang dihasilkan, tim penyidik bergerak cepat. Sampai kemarin, total ada 42 korban yang dibawa ke Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) RS Bhayangkara Polda Jatim.
Tim dokter dan psikolog melakukan observasi terhadap para korban. Hasilnya, enam korban dinyatakan mengalami trauma berat.
''Hal ini dikarenakan mereka yang paling sering bersentuhan dengan pelaku,'' tutur Kasubdit IV Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Rama S. Putra.
Sementara itu, 29 orang lainnya tergolong kelompok trauma sedang. Sisanya mengaku hanya melihat dan mendengar.
Pihaknya menyayangkan sikap sekolah yang kurang kooperatif. Sebab, sampai saat ini, masih ada 23 anak lain yang belum diajak untuk diperiksa.
Padahal, setelah ini, pihaknya sudah merencanakan penanganan untuk pemulihan. ''Ini tidak boleh dipukul rata karena anak satu dan yang lain berbeda,'' tegasnya. (aji/c19/ayi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Pencabul Murid SD Itu Akhirnya Diusir Kepala Sekolah
Redaktur & Reporter : Natalia