Kalau Ibrohim benar-benar terlibat jaringan Noordin MTop, mungkin dia baru bergabung sekitar 2005
BACA JUGA: Mereka yang Pernah Dipenjara dengan Tuduhan Terlibat Jaringan Noordin
Paling tidak, itulah yang terekam dari jejaknya di Perumahan Bumi Sawangan Indah, Depok, tempat dia pernah tinggal selama tiga tahun.AGUNG PUTU ISKANDAR, Depok
Rumah-rumah yang pernah ditinggali Ibrohim, salah seorang yang dicurigai ikut menjadi pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, memang meninggalkan petunjuk berbeda-beda atas aktivitas penghuninya sehari-hari
BACA JUGA: Sekuriti Tambah Herder, Kamar 1808 Sudah Bisa Dipesan
Di situ, jejak yang ditinggalkan pria 37 tahun tersebut jauh dari kesan seorang teroris.Rumah Ibrohim terletak di blok B3B nomor 38
BACA JUGA: Sempat Keluhkan Jerawat di Mukanya
Luas halaman depan sekitar 2 x 6 meterRumah tersebut kini dihuni pasangan suami istri Komaruddin dan Gunarti"Kami membelinya dengan sistem oper kredit dari Pak Ibrohim," ujar Gunarti kepada Jawa Pos (30/7)Gunarti lantas menunjukkan buku tabungan Bank Yudha Bakti, bank yang memberikan kredit rumah tersebutBuku bersampul biru gelap itu atas nama IbrohimBerdasar print out buku itu, Ibrohim masih meneruskan kredit hingga Juli 2005Selanjutnya, Gunarti yang meneruskan pembayaran hingga sekarang.
Dia menuturkan, rumah tersebut dia beli pada 2005Sebelumnya, Gunarti dan Komaruddin mengontrak rumah di kompleks Angkatan Darat di kawasan Tanah KusirMereka mengetahui rumah Ibrohim dijual dari Sirajuddin, kakak Komaruddin, yang rumahnya berhadapan dengan rumah Ibrohim di Sawangan
Ibrohim kepada Sirajuddin mengatakan ingin menjual rumahnya dan kembali ke rumah mertuanya di Kuningan, Jawa BaratSirajuddin kemudian menghubungkan Ibrohim dengan Komaruddin"Kami kemudian sepakat membeli rumah itu Rp 22 jutaKami teruskan kredit rumah ini Rp 474 ribu per bulan sampai 2012," kata Gunarti.
Gunarti menuturkan, Ibrohim yang saat itu bekerja sebagai florist di Hotel Mulia menempati rumah tersebut bersama istri dan ketiga anaknyaDia mencicil pembayaran rumah itu sejak 2001 bersama karyawan Hotel Mulia yang lainKredit rumah itu memang difasilitasi hotel tempat Ibrohim bekerjaBahkan, perjanjian kredit dilakukan serentak bersama sejumlah karyawan hotel lainnyaMereka juga tinggal berdekatan dengan rumah Ibrohim.
Kemudian, pada 2005, Ibrohim menjual rumah tersebut kepada KomaruddinSetelah itu, Ibrohim menitipkan anak dan istrinya kepada mertua di Kuningan, Jawa BaratSementara, dia tinggal bersama dua kakaknya di Cililitan Kecil, Kramat Jati, Jakarta TimurItu adalah rumah peninggalan orang tuanya "kedua orang tua Ibrohim telah meninggal.
Ada yang menduga, saat itulah Ibrohim mulai bersentuhan dengan jaringan Noordin MTopKetika itu pula, dia semakin intensif beraktivitasDia menitipkan istri dan anak-anaknya kepada mertua di Kuningan karena tidak ingin keluarganya ikut terlibatDia pun bisa lebih bebas bergerak.
Pada 2007, Ibrohim pindah tempat tinggalSaat itu perkampungan Cililitan Kecil dilanda banjir besarRumah peninggalan orang tuanya ditinggalkanIbrohim dan kedua kakaknya seakan tak punya rasa eman terhadap rumah warisan ituSaat warga Jakarta yang lain kesulitan mendapatkan tempat tinggal, Ibrohim justru meninggalkan begitu saja rumah dua lantai tersebutItu pula yang menguatkan dugaan bahwa Ibrohim terlibat lebih jauh dengan jaringan Noordin dan tak terlalu memikirkan harta benda.
Meninggalkan kampung Cililitan Kecil, Ibrohim malah tinggal di rumah petak di Jalan Eks AURI di kawasan Mega KuninganSetelah itu, dia pindah lagi ke Condet bersama kakaknya, Syukri, yang kini juga menghilang.
Jejak Ibrohim sebelum Juli 2005 sama sekali tak menandakan dia terlibat jaringan Islam garis kerasGunarti mengatakan saat itu tidak melihat hal-hal mencurigakan pada IbrohimMenurut dia, Ibrohim berpenampilan seperti orang kebanyakanDia adalah lelaki yang alim dan sering berpakaian baju kokoPenampilannya bersih dan tak banyak omong"Cenderung pendiam," katanya
Yang mengenal keluarga Ibrohim lebih lama lagi adalah Tri WahyuniRumah ibu dua anak itu tak jauh dari kediaman IbrohimHanya selisih dua rumahTri mulai bertempat tinggal di kawasan itu setahun sebelum Ibrohim datang"Saya tinggal di sini saat daerah sini masih sepi, nggak ada yang menempati," ujarnya.
Tri menuturkan, Ibrohim memang mulai mencicil rumah sejak 2001 dan baru menempati pada 2002Saat itu, Ibrohim dan Sucihani, istrinya, memiliki tiga anakYaitu, Sabrina, Misrina, dan IsmailMereka bertiga juga ikut tinggal di rumah tersebutAnak keempat Ibrohim lahir awal Maret silam
Menurut Tri, ketika itu hanya segelintir orang yang menempati blok tersebutKarena itu, hubungan Tri dengan Sucihani lumayan akrabApalagi, Sucihani tidak bekerjaTiap sore mereka biasanya ngobrol di sepanjang gang sembari mengasuh anak.
Sucihani, kata ibu dua anak itu, adalah wanita yang supelDia sering berkumpul dan berbincang dengan ibu-ibu yang lainJika ada kegiatan warga, Sucihani kerap ikutBegitu juga bila ada kesibukan ibu-ibu yang lain
Soal kecenderungan keagamaan, tidak ada yang menonjol pada SucihaniDia memang lebih sering mengenakan jilbab agak panjang dan cenderung mengenakan gamis dipadu rok ketimbang celanaNamun, itu tak banyak menjadi persoalanSebab, Sucihani tak pernah mengajak tetangganya berperilaku seperti dia.
Sucihani juga tak pernah mengajak warga ikut pengajian tertentuRumah Ibrohim juga tak pernah menjadi tempat pengajian atau tempat berkumpul orang-orang berpenampilan "aneh""Pokoknya, tingkahnya hampir sama dengan orang kebanyakanMakanya, saya juga heran kok bisa dia terlibat pengeboman," ujar wanita 29 tahun itu.
Kalaupun ada yang berbeda bila dibandingkan dengan warga kebanyakan, Ibrohim dikenal sebagai orang rumahanDia jarang keluar rumah, kecuali waktu salatDari perbincangannya dengan Sucihani, Tri mendapat kesan bahwa Ibrohim adalah bapak yang sangat sayang anak-anaknyaDia lebih suka di rumah, bercanda dengan ketiga anaknya, daripada keluar rumah bersosialisasi dengan tetangga
Pada kegiatan-kegiatan warga, Ibrohim juga tak banyak terlibatBahkan, pada acara Agustusan, saat hampir semua warga berkumpul untuk merayakan, Ibrohim tak pernah ikutPadahal, hampir semua warga, bapak-bapak dan ibu-ibu, ngumpulMereka ikut menjadi panitia teknis perlombaan untuk anak-anak
Tri menyatakan tidak tahu mengapa Ibrohim enggan bersosialisasiPadahal, setiap selesai kerja, dia selalu pulang ke rumah"Ya kalau dia ngekos di dekat tempat kerja terus nggak bisa pulangLha ini dia juga di rumahTapi, nggak keluarNgapain juga," ujar wanita berambut sebahu itu.
Hal senada juga diungkapkan Hotma ManikRumah ibu satu anak itu di samping rumah IbrohimHotma dan suaminya menempati rumah itu beberapa bulan setelah IbrohimSama dengan dua tetangganya, Hotma melihat Ibrohim jauh dari kesan terorisDia juga bukan orang yang supel dan suka bergaul dengan tetangga"Orangnya biasa bangetTidak ada yang aneh-aneh," katanya.
Hotma juga tidak pernah tahu Ibrohim sempat menjadi aktivis sebuah parpol Islam, seperti banyak terdapat dalam dokumen yang ditemukan di rumah Ibrohim di Cililitan Kecil, Kramat Jati, Jakarta Timur"Dia nggak pernah ngajakin milih siapaOrang ngomong sama orang saja kagak pernah, gimana mau kampanye," ujarnya
Yang Hotma ketahui, keluarga mereka banyak dibantu oleh keluarga SucihaniSalah seorang paman Sucihani sering menjenguk merekaBiasanya, dia datang dengan menggunakan mobilSejumlah tetangga mengatakan bahwa paman Sucihani itu anggota dewan"Saya lupa anggota dewan dari daerah manaYang jelas, dia sering ke sini pakai mobil," ujar guru di SMA 5 Depok itu.
Hotma sama sekali tak menyangka bahwa lelaki kalem di samping rumahnya itu terindikasi kuat terlibat pengeboman dua hotel kelas wahid di JakartaSebab, itu benar-benar jauh dari kesan yang dia dapat tentang Ibrohim selama ini"Begitu mendengar kabar itu di televisi, saya langsung merindingTernyata saya selama ini bertetangga dengan teroris," ujar wanita berambut ombak itu(nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivitas Jusuf Kalla (JK) selepas Kalah Pilpres
Redaktur : Tim Redaksi