jpnn.com, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akhirnya memberlakukan lockdown total setelah gagal membendung laju penularan COVID-19. Dalam tiga minggu terakhir, jumlah kematian akibat virus corona di Turki telah meingkat hingga lebih dari dua kali lipat.
Pada Sabtu (5/12), Turki melaporkan 156 kematian, rekor tertinggi sejak wabah COVID-19 menyerang negara tersebut. Kini jumlah total kematian akibat COVID-19 di Turki menjadi 14.705.
BACA JUGA: Bersih-Bersih Oposisi, Rezim Erdogan Sikat 82 Personel Militer Turki
Politisi oposisi telah menyatakan keraguannya tentang apakah jumlah kematian resmi mencerminkan gambaran sebenarnya di negara berpenduduk 83 juta orang itu.
Mereka mempertanyakan bagaimana angka-angka di Istanbul bisa hampir setinggi yang dilaporkan untuk seluruh negara.
BACA JUGA: Berusaha Gulingkan Erdogan, 337 Warga Turki Dijatuhi Hukuman Penjara Seumur Hidup
Pada Sabtu, Turki mencatat 31.896 kasus baru, turun dari 32.736 kasus pada hari sebelumnya, jumlah harian tertinggi yang dilaporkan oleh Ankara sejak awal pandemi pada Maret.
Selama empat bulan, Turki hanya melaporkan kasus gejala harian, tetapi telah melaporkan semua kasus sejak 25 November. Data historis untuk semua kasus positif dan total kumulatif masih belum tersedia.
BACA JUGA: Erdogan Terus Bikin Masalah, Uni Eropa Sudah Sangat Gerah
Televisi Turki menunjukkan sebagian besar alun-alun dan jalan-jalan kosong pada hari Sabtu di kota terbesar Istanbul, ibu kota Ankara dan kota terbesar ketiga Izmir, dengan hanya sedikit orang dan kendaraan yang keluar-masuk.
Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu seperti dikutip oleh kantor berita milik negara Anadolu bahwa kebanyakan orang mematuhi aturan lockdown.
Turki sekarang menempati peringkat keempat untuk jumlah kasus baru per hari, di belakang Amerika Serikat, India, dan Brazil. Semua negara itu memiliki populasi yang jauh lebih besar ketimbang Turki.
Turki terakhir kali memberlakukan lockdown total di kota-kota besar pada Mei lalu. Bulan lalu, pemerintah sudah menerapkan jam malam di kota-kota yang paling parah terdampak wabah. Namun, langkah-langkah itu gagal menghentikan peningkatan kasus baru dan kematian.
Presiden Erdogan pada Senin (30/11) lalu mengumumkan pemberlakuan lockdown total untuk akhir pekan. Sedangkan di hari kerja hanya diberlakukan jam malam.
Dia mengatakan langkah-langkah melawan virus corona telah diambil dengan hati-hati untuk meminimalkan dampak terhadap ekonomi.
Karantina wilayah dan jam malam mengecualikan beberapa sektor, termasuk rantai pasokan dan produksi.
Ekonomi Turki mengalami kontraksi 9,9 persen tahun-ke-tahun pada kuartal kedua karena pembatasan virus corona. Ekonomi Turki kembali pulih pada kuartal ketiga, tumbuh 6,7 persen setelah pembatasan dicabut.
Para ekonom memperkirakan langkah-langkah baru memiliki dampak yang lebih kecil pada pertumbuhan di kuartal terakhir daripada yang mereka lakukan di kuartal kedua.
Turki telah menandatangani kontrak untuk membeli 50 juta dosis vaksin COVID-19 dari China Sinovac Biotech Ltd. Diharapkan untuk memulai vaksinasi bulan ini, dengan memprioritaskan petugas kesehatan. (ant/dil/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Adil