jpnn.com, SURABAYA - Para pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya terharu melepas pimpinan mereka, Eri Cahyadi yang telah meneken surat pengunduran diri sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Eri mundur lantaran berani maju sebagai calon wali kota Surabaya dari PDI Perjuangan.
BACA JUGA: Eri Cahyadi-Armuji Bukti Mega dan Risma Satu Frekuensi
Eri pun mengemasi barang-barangnya. “Waktu kami dengar nama bapak disebut dalam pengumuman rekomendasi. Kami terus terang kaget. Bahagia, tetapi juga sedih. Itu berarti bapak harus meninggalkan kami,” kata salah seorang ASN di Bappeko.
Eri mengemasi barang-barangnya langsung setelah menghadiri konferensi pers pencalonan dirinya oleh PDI Perjuangan di Taman Harmoni.
BACA JUGA: Ikut Nasihat Para Kiai, 527 Majelis Taklim Dukung Eri Cahyadi jadi Wali Kota Surabaya
Dari tempat pembuangan akhir (TPA) yang disulap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi taman kota terbesar di Surabaya itu, Eri menuju Bappeko malam harinya.
Dia mengemasi barang-barangnya berupa buku-buku, dokumen, hingga sejumlah merchandise.
BACA JUGA: Dipilih untuk Bertarung di Pilwakot Surabaya, Armuji Menangis
“Saya harus komitmen karena sudah mundur dari ASN, maka secepatnya saya harus menanggalkan semua fasilitas negara yang saya pakai. Makin cepat makin baik karena saya tak ingin dianggap menggunakan fasilitas rakyat untuk kepentingan politik,” kata Eri.
Birokrat yang menjadi pelopor sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Pemkot Surabaya dan direplikasi ke daerah-daerah lain tersebut lantas melanjutkan membereskan barang-barangnya Kamis (3/9) pagi tadi.
Mantan Kepala Dinas Cipta Karya dan Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) itu membereskan ruang kerjanya di lantai dua gedung Bappeko.
Momen Eri beres-beres ruang kerja tak ayal membuat para pegawai Bappeko bersedih.
Mereka harus ditinggal kepala badan yang sudah memimpin mereka selama dua tahun terakhir.
“Pak Eri ini selalu memotivasi pegawai untuk terus berkembang. Beliau juga mengelola pekerjaan-pekerjaan perencanaan dengan sangat modern. Dia selalu ingin agar semua program selalu ada impact-nya ke masyarakat kecil. Jangan cuma program kelihatan bagus, tetapi wong cilik cuma jadi penonton,” kata salah seorang ASN.
Usai mengemasi barangnya, Eri berjalan membawa koper dan container box berisi buku-buku bacaannya.
Beberapa di antaranya buku berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia tulisan Cindy Adams yang terlihat senyum Bung Karno pada sampulnya.
Kemudian Pengantar Analisis Kebijakan Publik tulisan William N. Dunn terbitan UGM, Indeks Drainase dan Banjir Perkotaan, dan Pembangunan Inklusif.
Saat melintasi lorong tengah ruang para pegawai, dia diantarkan dengan tepuk tangan oleh para pegawai.
Beberapa dari pegawai terlihat menitikkan air mata.
“Bismillah. Aku titip kantor yo, rek! Tulung jogoen kantor ini dengan kinerja yang baik. Nek koen gak genah kerjone, seng soro warga-warga yang tidak mampu karena mereka adalah kelompok paling rentan,” katanya. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek