Erick Thohir Blak-blakan soal Kerja Sama dengan Tiongkok untuk Pengadaan Vaksin Covid-19

Kamis, 27 Agustus 2020 – 15:42 WIB
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Jakarta, Kamis (27/8). Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir buka-bukaan soal perkembangan kerja sama pengembangan vaksin Covid-19.

Ia sudah melakukan kontak dengan dua negara yakni Tiongkok dan Uni Emirat Arab (UAE).

BACA JUGA: Erick Thohir: Gas dan Rem Diutamakan

Erick menjelaskan PT Bio Farma dan Sinovac Biotech Ltd dari Tiongkok sudah menjalin komitmen untuk pengadaan 20 juta dosis vaksin pada akhir 2020. Adapun sisanya sebanyak 250 juta dosis vaksin untuk 2021.  

Erick lantas menjelaskan secara teknis saat ini ada dua macam jenis vaksin, yaitu vaksin yang dimatikan atau dinonaktifkan. Namun, vaksin dengan teknik baru memang memerlukan hak paten.

BACA JUGA: Bu Mufida Ingatkan Pak Jokowi Tak Umbar Harapan Palsu soal Vaksin Covid-19

“Untuk vaksin yang dinonaktifkan tidak perlu paten karena ini merupakan teknologi yang sudah berjalan dari 1970,” kata dia saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (27/8).

Erick menekankan kepada Sinovac bahwa dalam kerja sama itu pihaknya juga menginginkan komitmen transfer teknologi untuk penggunaan atau produksi vaksin Covid-19.

BACA JUGA: Indonesia Buat Kesepakatan Awal Dengan Tiongkok Soal Pasokan Vaksin COVID-19

Sebab, ujar dia, PT Bio Farma selama ini sudah punya kemampuan memproduksi vaksin, meskipun kebanyakan yang generik.

Bio Farma bisa memproduksi 15 jenis vaksin dengan kapasitas produksi yang mencapai dua miliar dosis.

Menurut Erick, produksi vaksin di Bio Farma sudah ditingkatkan sebanyak 250 juta khusus untuk vaksin Covid-19.

"Karena itu, sistem dengan Sinovac ini kami punya capability untuk memproduksinya,” kata dia.  

Erick menambahkan total produksi Sinovac saat ini adalah 600 juta per tahun, dan akan ditingkatkan 1,2 miliar pada 2021.

Menurut dia, yang melakukan uji klinis bersama Sinovac bukan saja Indonesia, tetapi ada negara lain seperti Arab Saudi, Bangladesh, Turki, Chili, dan sebagainya.

Sisi lain, Erick mengungkap kerja sama yang dilakukan PT Kimia Farma dengan G42 Healthcare Holdings dari UAE.

Menurutnya, G42 sudah melakukan uji klinis di UAE melibatkan 45 ribu relawan dari 85 suku bangsa.

Karena itu, pihaknya kemarin memutuskan harus ada tim ke UAE sebagai reviewer.

Erick melanjutkan, Kepala BPOM Penny Lukito, juga sudah berangkat ke UAE untuk mensinkronisasikan BPOM Indonesia dan UAE, apakah sistem uji klinis ini bisa disamakan persepsinya.

“Kemarin, saya dapat laporan dari Bu Penny, sistemnya berjalan dengan baik. Sepertinya BPOM bisa menerima uji klinis yang berjalan di UAE,” papar Erick.  

Ia menjelaskan, kapasitas dari G42 ada 220 juta, tetapi komitmen hari ini untuk 2020 adalah 10 juta vaksin dan 2021 sebanyak 50 juta vaksin.

Erick menegaskan, dari dua kerja sama dengan Tiongkok dan UAE ini, Indonesia akan mendapatkan 30 juta vaksin di 2020. Menurutnya, kalau satu orang memerlukan dua dosis, maka kurang lebih 15 juta orang yang akan bisa divaksin di akhir 2020.

“Tentu kalau uji klinisnya yang berjalan baik. Sementara untuk 2021, total komitmen ini tentu kami masih me-arrange. Ada yang 290 juta sampai 340 juta,” kata dia.

Namun, Erick menjelaskan baik Sinovac maupun G42, konsep vaksinasinya nanti adalah sebanyak dua kali.

“Dan kembali ditekankan ini ada dua kali dosis dalam penyuntikan dengan jeda waktu dua minggu,” papar dia. 

Erick menjelaskan pihaknya juga sudah bertemu dengan perusahaan vaksin Tiongkok, Can sino Biologics.

Namun, kata Erick, perusahaan ini memiliki pendekatan teknis berbeda dengan Sinovac dan G42.

“Makanya memerlukan paten, tetapi kalau ditanya apakah ada komitmen transfer teknologi, belum ada. Kapasitas juga belum dapat dari Can Sino dan mereka saat ini sedang juga uji tahap ketiga Brasil, Chili dan Saudi Arabia,” kata dia.

Lebih jauh Erick memastikan pihaknya tidak berhenti pada Tiongkok dan UAE. Pihaknya juga mengontak atau menjajaki kerja sama dengan negara lain yang selama ini sudah kerja sama dengan Bio Farma.

Seperti AstraZaneca di Eropa, maupun Melinda Bill Gates Foundations yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.

“Ini tetap kami lakukan,” tegasnya. (boy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler