jpnn.com, TANGGAMUS - Yayasan Erick Thohir terus bergerak membantu kebutuhan perbaikan sarana dan prasarana desa-desa terpencil dan sulit terjangkau di Provinsi Lampung.
Salah satunya, musala di RT 03 RW OI di Desa Sudimoro Induk, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
BACA JUGA: Isu Mafia PCR Tak Akan Mengganggu Kinerja Erick Thohir
Musala saat ini terlihat rapi, layak dan bersih. Tidak seperti dulu becek dan dan ukurannya yang kecil, hanya sekitar 4 meter luasnya.
Ketiadaan fasilitas WC juga menjadi kendala utama, terutama untuk anak-anak.
BACA JUGA: Ketua Pemuda MES Duga Mafia Dalangi Serangan terhadap Erick Thohir
Akibatnya, setiap hari warga harus terbiasa mencium bau pesing disekitar musala.
“Kalau sudah hujan, becek jalan dan sekitar musala, enggak layaklah untuk ngaji,” ujar Gito Rolis, salah satu warga yang rumahnya tidak jauh dari musala.
BACA JUGA: Luhut dan Erick Thohir Dilaporkan ke KPK soal Harga PCR
Gito mengatakan buruknya fasilitas musala berdaya tampung 150 anak ini, sudah berlangsung sekian tahun.
Warga, kata pria yang sehari-hari menjadi petani ini, bukannya tidak ingin memperbaiki musala yang sehari-hari menjadi balai pertemuan itu.
Desanya memiliki tradisi tarik iuran pascapanen seiklasnya secara bergantian.
Misalnya, saat ada yang butuh perbaikan, pihak musala akan mendatangi masyarakat desa yang sedang panen.
Hasil sekali tarik bisa mencapai 5 juta rupiah. Ironisnya, jumlah masjid dan musala yang butuh perbaikan cukup banyak.
Terkadang sekali tarik iuran bisa dilakukan oleh empat musala.
“Musala kami butuh WC dan tempat wudu, tapi saat menarik iuran itu gak pernah kebagian giliran, keduluan masjid lain, jadi kami ini mengalah dulu. Kan kasihan (petani) kalau sudah ditarik, kami minta lagi,” katanya dengan haru.
Karena itu, lanjut Rolis, saat tim Yayasan Erick Tohir datang dan menawarkan bantuan material, warga menyambut antusias.
Warga juga tidak keberatan dengan permintaan yayasan untuk mengerjakan pembangunan itu sendiri secara gotong royong.
“Hari itu kumpul 60 warga untuk langsung mengerjakan sampai selesai,” ucapnya semangat.
Samijo (56), pemilik tanah waqaf yang sekaligus jadi pengurus Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) di musala tersebut mengungkapkan bahwa institusinya saat ini menampung 70 siswa yang berasal dari dua desa.
Karena berbagai keterbatasan, musala ini belum bisa menyediakan fasilitas yang layak bagi jemaah maupun bagi siswa TPA terutama toilet dan tempat wudu.
“Saya sebenarnya sudah berencana membuat proposal dan datang mengetuk pintu warga agar menyisihkan hasil penjualan panen mereka untuk membantu pembangunan musala dan fasilitas wudu. Tetapi belum sempat jalan dari pintu ke pintu, tiba-tiba datang uluran tangan dari anak-anak muda yang mengaku dikirim oleh Yayasan Erick Thohir,” jelas Samijo.
Berkat gotong royong seluruh warga desa, termasuk ibu-ibu di dapur umum, bahan material yang dikirimkan oleh Yayasan Erick Thohir menjelma menjadi MCK, tempat wudu, serta paving blok halaman musala hanya dalam waktu lima hari.
Hasilnya bisa langsung dinikmati oleh jamaan maupun siswa-siwi TPA.
“Sekarang jemaah dan siswa TPA tidak perlu numpang wudu atau ke toilet di rumah saya lagi. Lingkungan sekitar musala juga tidak bau pesing lagi, sebab sudah ada toilet yang bagus dan bersih. Warga juga lebih bersemagat beribadah karena sudah tersedia fasilitas tempat wudu,” jelas Samijo yang rumahnya berbatasan langsung dengan musala dan sering ditumpangi oleh jemaah untuk keperluan MCK dan wudu.
Musala At Ataqwa ini merupakan salah satu objek dari 520 program social healing yang dilaksanakan oleh Yayasan Erick Thohir di Sumatera.
Desa Sudimoro Induk sendiri adalah desa ke 49 dari seluruh rangkaian kegiatan sosial tersebut.
Erick Thohir mengatakan bahwa program social healing ini diharapkan dapat menjadi api kecil yang menyalakan semangat gotong royong royong warga untuk memiliki fasilitas publik yang lebih baik. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil