Ethereum Diprediksi Jadi Ekosistem Menjanjikan di Masa Depan

Minggu, 04 Agustus 2024 – 03:07 WIB
Ilustrasi - Aset kripto Ethereum. Foto: antara

jpnn.com, JAKARTA - CTO INDODAX, William Sutanto yang juga aktif dalam advokasi industri Web3 mengomentari keunggulan Ethereum sebagai blockchain dengan validator terbanyak, mengalahkan Solana.

Berdasarkan laporan dari ConsenSys, Ethereum terus menunjukkan perkembangan dalam adopsi teknologi blockchain di berbagai sektor.

BACA JUGA: PINTU Jadi Pedagang Kripto Pertama di Indonesia yang Dapat Lisensi Penuh

“Ethereum mampu memfasilitasi inovasi baru di dunia keuangan, seperti DeFi yang mengubah cara kita melakukan saving dan lending secara transparan tanpa campur tangan organisasi manapun,” jelas William di event ETH Genesis Block : The Dawn of Ethereum.

Ethereum, sebagai salah satu platform blockchain terbesar di dunia, telah mengalami perubahan signifikan setelah upgrade terbaru.

BACA JUGA: Pupuk Indonesia Perluas Program Kartini Tani Hingga ke Banyuwangi

Peningkatan ini mencerminkan komitmen Ethereum untuk terus berinovasi dan mengatasi tantangan dalam lanskap blockchain dan cryptocurrency yang dinamis.

Selain itu, dalam dunia blockchain. Ethereum juga dikenal karena kemampuannya mendukung smart contracts dan aplikasi terdesentralisasi (DApps).

BACA JUGA: Industri Kripto Sumbang Pajak Rp798,84 Miliar untuk Pembangunan Ekonomi Digital

Membedakannya dari blockchain lain seperti Bitcoin, di mana Ethereum lebih fokus pada transaksi mata uang digital.

“Visinya ETH itu salah satunya adalah fokus ke DApps, artikulasi DApss sendiri lagi di-push bersama-sama untuk terus dikembangkan, sementara untuk jaringan sudah cepat dan murah," kata Mario, founder komunitas Web3 Parallax.

Dalam konteks yang serupa, kita bisa melihat semangat para pengembang jaringan Ethereum didorong oleh sifat desentralisasi, di mana mereka menyatakan pembangunan aplikasi di Ethereum bisa menjadi tanpa batas.

Berbeda dengan membangun aplikasi di tingkat lokal yang target pasarnya lebih terbatas, dengan teknologi Web3 pengembang dapat menargetkan pasar global yang memiliki potensi lebih besar.

Prediksi terhadap ETF Ethereum juga menunjukkan tanda-tanda positif. ETF Ethereum diperkirakan akan mengalami kenaikan, didorong oleh likuiditas baru yang terus masuk, terutama dari pasar Amerika Serikat. Hal ini akan memudahkan akses ke Ethereum dan mendukung stabilitas harga, yang merupakan berita baik bagi investor dan developer di Indonesia.

Investor dari Amerika Serikat, baik institusi maupun ritel, kini lebih mudah untuk membeli kripto seperti Ethereum karena adanya likuiditas baru yang masuk ke pasar keuangan.

Namun, ada kendala terkait dengan ETF Ethereum. ETF ini tidak menggunakan Ethereum yang di-staking, yang menjadi masalah bagi investor, terutama institusi.

Mereka tidak hanya mencari capital gain dari investasi di Ethereum, tetapi juga ingin mendapatkan yield tambahan dari staking Ethereum.

Mendapatkan keuntungan tambahan dari Ethereum bisa kita dapatkan melalui teknik Dollar Cost Averaging (DCA).

Melakukan teknik DCA di fitur investasi rutin INDODAX dapat mengurangi risiko volatilitas pasar.

Dengan cara ini, investor membeli lebih banyak unit saat harga rendah dan lebih sedikit unit saat harga tinggi, yang dapat membantu menurunkan biaya rata-rata per unit dari waktu ke waktu.

Tidak hanya itu, INDODAX juga menawarkan fitur ‘Earn’ yang akan memberikan pengguna keuntungan dari staking.

Staking Ethereum di INDODAX akan memungkinkan pengguna untuk mengunci Ethereum dalam platform INDODAX.

Penguncian aset berjalan untuk jangka waktu tertentu, dan akan mendapatkan imbalan berupa Staking Rewards.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indodax Masuk Peringkat 13 Dunia dalam Keamanan Siber


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler