Fadel Disarankan tak Ributkan Jabatan

Jumat, 28 Oktober 2011 – 01:29 WIB

JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, menyarankan agar Fadel Muhammad tidak lagi berpolemik soal pencopotan dirinya dari kabinetFadel disarankan tetap fokus bekerja untuk kepentingan ekonomi rakyat kecil

BACA JUGA: KPK Awasi Penanganan 18 Kasus Korupsi di Daerah

Jika Fadel terus-terusan bicara soal jabatan, Rhenald khawatir ikon pro rakyat yang sudah menempel pada sosol Fadel, bisa hilang.

Rhenald Kasali yakin, Fadel tetap bisa melakukan perubahan sosial dengan berpihak kepada rakyat kecil, tanpa harus menggunakan APBN dan jabatan sebagai menteri
Alasannya, karena kiprah Fadel memperjuangakn ekonomi kerakyatan sudah dilakukan jauh sebelum jad menteri

BACA JUGA: 80 Persen Honorer Titipan Pejabat

"Beliau kan juga seorang entrepreneur, saya kira kapabilitas itu ada di Pak Fadel,” ujar Rhenald kepada wartawan, kemarin.

Fadel, lanjutnya, harus terus membuat terobosan-terobosan guna membantu kaum miskin agar bisa mandiri
“Beliau mampu memerangi kemiskinan bukan hanya melalui jabatan menteri, tapi dengan hidup bersama-sama para nelayan, para petani, orang miskin, dengan memberikan alat sehingga mereka bisa mandiri

BACA JUGA: KAJS Curigai Politisasi BPJS Demi Pilres

Saya dengar dia akan mendirikan Yayasan Garam untuk rakyat,” tutur Rhenald.

Rhenald melihat Fadel berpotensi menjadi seorang Muhammad Yunus, bankir dari Bangladesh peraih Nobel Perdamaian (bersama dengan Grameen Bank), pada tahun 2006Nama Yunus kondang berkat konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umumYunus mengimplementasikan gagasan ini dengan mendirikan Grameen Bank

Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada 1974, Yunus terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkannyaIa yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidupKeberhasilan model Grameen Bank ini telah menginspirasikan model serupa dikembangkan di dunia berkembang lainnya, termasuk di negara maju seperti AS

“Muhammad Junus dulu pinjam uang ke Bank untuk membiayai orang miskin, tidak dikasih sama Bank sentralnya BangladeshDan sekarang Bank-nya lebih besar daripada bank pemerintah di sana,” ungkap Rhenald

Menurut Rhenald, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetalh kehilangan pembantu yang mampu menerjemahkan visi dan misi presiden, yakni pro poor, pro job, dan pro growth“Orang yang bisa menerjemahkan itu, salah satunya adalah Pak FadelJadi kalau Presiden melepaskan, seharusnya disertai ucapan terima kasih dan dengan penjelasan, sehingga tidak menimbulkan kontroversi seperti iniSaya kira kita sebagai masyarakat juga perlu tahu pertimbangannya apa, walaupun itu adalah haknya presidenMasyarakat menginginkan sesuatu yang real,” ujarnya.

Rhenald mengaku bisa memahami kekecewaan masyarakat atas pencopotan Fadel dari kabinet“Fadel itu adalah figur seorang yang bergerak, bukan cuma berbicaraNegeri ini butuh pendobrak, dan Pak Fadel memiliki kemampuan itu,” tandasnya.

Lebih jauh Rhenald, menuturkan, ketika Indonesia kehilangan Jusuf Kalla, ada harapan yang dibebankan kepada Fadel Mohammad, seorang entrepreneur yang sudah jadiNamun ketika kemudian Fadel dicopot, masyarakat jadi sakit hati

“Karena timbul teka teki, ini orang bagus malah digeser? Jadi saya melihat apa yang diucapkan oleh masyarakat lewat sosial media, komentar-komentar di bawah satu berita, itu semua adalah kekecewaanKekecewaan karena Pak Fadel justru sedang bergairah, sedang mendobrak, tiba tiba kemudian diganti dengan nuansa yang lebih politisItu sangat mengecewakan,” Rhenald menegaskan(sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Freeport Dituding Incar Emas di Nabire


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler