Fadel Muhammad Dicopot dari Posisi Wakil Ketua MPR, Ketua Pansus BLBI DPD RI Merespons

Rabu, 24 Agustus 2022 – 05:53 WIB
Ketua Pansus BLBI DPD RI Bustami Zainudin. Foto: Dok. Pansus BLBI DPD RI

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) akhirnya angkat bicara terkait penarikan Fadel Muhammad sebagai Wakil Ketua MPR RI.

Mereka menegaskan keputusan pencopotan Fadel ini sangat tepat demi menjaga martabat dan marwah DPD RI.

BACA JUGA: Fadel Muhammad: Pencopotan Saya Itu Inkonstitusional

Oleh karena itu, mereka menyarankan agar politikus Partai Golkar itu fokus menyelesaikan masalah utang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang belum lunas atas nama bank yang dimilikinya, yakni Bank Intan ketimbang meributkan masalah pencopotannya dari pimpinan MPR RI dari unsur DPD RI.

Ketua Pansus BLBI DPD RI Bustami Zainudin mengatakan keputusan penarikan Fadel Muhammad sudah menjadi keputusan kolektif DPD RI.

BACA JUGA: Tamsil Linrung Terpilih Menggantikan Fadel Muhammad

Keputusan ini diambil dalam forum tertinggi, yakni Sidang Paripurna ke-2 DPD RI Masa Sidang I Tahun Sidang 2022-2023.

“Dari 136 anggota DPD, 96 anggota menginginkan Pak Fadel diganti. Dari perspektif saya, sebaiknya Pak Fadel menerima ini dan segera fokus menyelesaikan masalahnya dengan Satgas BLBI,” kata Bustami dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (23/8).

BACA JUGA: Bamsoet Menilai Fadel Muhammad sebagai Sosok yang Komplet

Bustami menjelaskan Pansus BLBI DPD RI bekerja berdasar temuan BPK dan Kemenkeu.

Oleh karena itu, pada 10 Agustus lalu, Pansus BLBI DPD RI memanggil Fadel Muhammad untuk dikonfirmasi mengenai data Kemenkeu dan BPK terkait soal BLBI yang diterima Bank Intan.

Pasalnya, dalam data Kemenkeu dan BPK, disebutkan bahwa per Desember 2020 Bank Intan masih memiliki utang kepada negara sebesar Rp 136,43 miliar.

Namun kepada Pansus BLBI DPD, menurut Bustami, Fadel terus ngotot bahwa masalah utang BLBI Bank Intan sudah selesai.

Bustami menilai pengakuan Fadel ini tidak didukung oleh bukti, yakni Surat Keterangan Lunas (SKL) oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

“Bapak Fadel mengeklaim bahwa kasus Bank Intan terkait dengan utang BLBI sudah selesai dan bahkan sudah ada Peninjauan Kembali dari MA. Akan tetapi, data Kemenkeu bilang sebaliknya. Makanya, kami konfrontir soal data ini,” ujar Bustami.

Berdasarkan pengakuan saat dipanggil Pansus DPD RI, kata Bustami, Fadel mengatakan utangnya sebagai pemegang saham Bank Intan sudah clear karena sudah menang di pengadilan sampai tingkat MA.

Akan tetapi, menurut Bustami, Fadel tidak bisa membuktikannya melalui Surat Keterangan Lunas (SKL).

“Padahal kalau dia (Fadel) bisa tunjukkan SKL dan tidak bermasalah secara hukum, baru bisa kami nyatakan clear. Gugatan di pengadilan untuk apa? Karena itulah DPD RI menonaktifkan Pak Fadel agar masalah hukum beliau ini clear dulu, sama Satgas BLBI dibereskan dulu, utangnya dilunasi dulu. Sebagai pimpinan MPR RI masak bermasalah hukum? Kan tidak bisa,” papar Bustami.

Sementara itu, anggota DPD lainnya Darmansyah Husein menjelaskan sebagai penerima fasilitas BLBI tahun 1997/1998 yang lalu, Fadel sebagai pemegang saham Bank Intan menerima BLBI senilai Rp 1,4 triliun.

Bahkan dari data Kemenkeu RI cq Tim Keppres BLBI tahun 2021, menurut Darmansyah Husein, Fadel dinyatakan masih belum melakukan pelunasan kewajiban fasilitas BLBI.

Yang masih harus dipenuhi para pemegang saham Bank Intan, termasuk Fadel senilai Rp 125 miliar.

“Kepada Pansus BLBI DPD, Fadel menyanggah bahwa Bank Intan menerima fasilitas BLBI senilai Rp 1,4 triliun. Namun mengakui menerima Rp 150 miliar dan sudah lunas. Ini kan artinya belum clear, karena BPK dan Kemenkeu menyatakan sebaliknya,” kata Darmansyah Husein yang juga anggota Pansus BLBI DPD.

Selain itu, anggota Pansus BLBI DPD Sukiryanto juga mempertanyakan sikap Fadel Muhammad saat menjadi Ketua Komisi XI Bidang Keuangan Perbankan DPR dari Fraksi Golkar di era SBY.

Saat itu, Komisi XI memberi persetujuan Kemenkeu RI untuk  Alokasi Dana Pemberian Bunga Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah (OR ex BLBI).

Data ini dapat dicek dari data valid selama 10 tahun Presiden SBY berkuasa telah dicairkan dana lebih kurang Rp 930-an triliun untuk pembayaran subsidi bunga obligasi rekap.

“Jawaban Pak Fadel ambigu. Dia berdalih, hanya anggota parpol dan kebijakan di DPR didominasi oleh kebijakal Parpol yang sangat tergantung pada pimpinan parpol sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ini kan tampak kualitas Pak Fadel sebagai wakil rakyat itu bagaimana?” kata Sukiryanto.

Sementara itu, Staf Ahli Pansus DPD, Hardjuno Wiwoho mengatakan apa yang diklaim Fadel Muhammad di hadapan Pansus BLBI DPD RI bahwa ia memenangkan seluruh putusan dan penetapan pengadilan sampai tingkat MA tidaklah benar.

“Saya sudah teliti semua berkas upaya banding Fadel Muhammad di pengadilan dan pada upaya banding kalah. Namun, inti dari utang BLBI ini kan SKL dan SKL pun kini juga terbuka diuji apakah melanggar hukum atau tidak. Namun, SKL itu kunci utama semua terkait utang obligor BLBI termasuk Pak Fadel,” pungkas Hardjuno.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler