Fadli Zon Getol Serang Para Menteri Jokowi, Ini Alasannya

Rabu, 14 Februari 2018 – 21:25 WIB
Presiden Joko Widodo dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam sebuah pertemuan konsultasi pimpinan lembaga tinggi negara pada 2015. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon dikenal sering mengkritik Presiden Joko Widodo. Bahkan, wakil ketua umum Partai Gerindra itu juga getol menyerang para menteri Kabinet Kerja secara terbuka di media.

Belum lama ini, Fadli mengkritik Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Selain itu, wakil ketua DPR yang membidangi politik, hukum dan keamanan itu juga mempertanyakan prestasi Sri Mulyani sehingga bisa memperoleh penghargaan sebagai menteri keuangan terbaik di dunia.

BACA JUGA: Jokowi dan Ratu Maxima Bahas Solusi untuk Inklusi Keuangan

Fadli pun memiliki alasan atas sikap kritisnya. Menurutnya, kritikannya tak pernah menyasar personal. "Yang saya serang itu logika kita," kata Fadli di gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/2). 

Peraih gelar master studi pembangunan dari London School of Economics and Political Science itu menambahkan, saat ini logika yang mengemuka justru sudah terbolak-balik. Menurutnya, penghargaan untuk Sri Mulyani sebagai menteri keuangan terbaik dunia pun ironis karena faktanya pemerintah tak mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA: Fadli Zon Minta KPK Bungkam

"Kan waktu kampanye itu janjinya pemerintah pertumbuhan ekonomi 7-8 persen," kata Fadli. 

Selain pertumbuhan ekonomi, Fadli juga menyoroti pencabutan subsidi untuk rakyat. Akibatnya, rakyat pun mengalami kesulitan.

BACA JUGA: Anak Buah Prabowo Sebut Era Jokowi Ugal-ugalan Impor & Utang

"Subsidi kan dicabuti semua, seperti subsidi BBM, subsidi listrik, subsidi untuk para petani," ungkapnya. 

Fadli menambahkan, utang Indonesia juga makin meningkat. Bahkan, dia menyebut utang Indonesia mencapai rekor tertinggi dalam sejarah sejak republik ini berdiri.

"Utang kan mencapai rekor dalam sejarah RI yakni hampir Rp 4000 triliun," jelasnya. 

Persoalan lain adalah kurs mata uang rupiah yang anjlok, terutama terhadap dolar Amerika Serikat. Fadli mengatakan, saat Pemilu 2014 lalu kurs USD sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 11 ribu. "Sekarang sudah Rp 13.600," sebut Fadli dengan nada heran. 

Belum lagi, ada persoalan tentang daya beli masyarakat yang melemah dan banyaknya usaha gerai ritel gulung tikar. "Tapi, dianggap ekonomi meroket. Jadi logikanya di mana?" kata Fadli.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siaran Pers Istana Dibikin Hoaks untuk Serang Sri Mulyani


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler