jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritisi debat Pilpres 2019 yang digelar KPU. Mantan wasekjen PKS itu meminta KPU agar jangan lagi mengasumsikan debat seperti cerdas cermat dan cerdas tangkas atau kalau di kampung disebut kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa).
“Karena pertanyaanya dia buat, kemudian diberikan ke kandidat. Tentu kandidat akan memanggil stafnya membuat jawaban, dan dia akan menghafal jawaban tersebut,” kata Fahri dalam diskusi Menakar Efektivitas Debat Capres dalam Meraih Suara di gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/3).
BACA JUGA: Dapat Golok Harimau dari Rakyat Banten, Maruf Amin Tambah Berani
Nah, Fahri menilai di sinilah terjadi reduksi oleh KPU terhadap keinginan rakyat untuk mengetahui apa yang ada di dalam kepala kandidat. Dia menegaskan, rakyat bukan ingin mengetahui apa yang ada di kepalanya KPU, panelis-panelis debat, maupun para tenaga ahli dan staf-staf yang diangkat oleh calon presiden dan calon wakil presiden.
“Seharusnya debat ini adalah ajang bagi rakyat untuk mengetahui apa yang ada di dalam pikiran kandidat, dan itu menurut saya agak direduksi oleh KPU,” ungkap mantan aktivis mahasiswa 1998 ini.
BACA JUGA: Kiai Maruf Ungkap Kelemahannya Saat Berdebat
(Anda harus baca yang ini: Masa Jokowi Berantem Sama Prabowo?)
Fahri juga mengkritik bahwa soal yang tetap dibuat oleh panelis pada debat kedua lalu. Pada debat pertama, justru soal itu diberikan kepada paslon. Dalam debat kedua, hanya dibuat panelis tetapi tidak disebarkan ke paslon. Hanya saja, Fahri mengatakan, siapa yang bisa menjamin soal itu tidak bocor.
BACA JUGA: Agum Gumelar Dinilai Sedang Tunjukkan Mosi Tidak Percaya ke KPU
“Saya tidak akan mempersoalkan bahwa publik juga bisa ragu apakah betul soal itu tidak bocor. Bocor zaman sekarang ini bukan karena ada moral hazard, tapi karena ada teknologi yang bisa menyadap apa pun yang Anda lakukan di ruang tertutup, sehingga tidak ada yang tidak bocor sekarang ini,” paparnya.
Karena itu, Fahri mengusulkan supaya tidak perlu ada lagi pembuatan-pembuatan soal dalam debat ketiga, keempat dan kelima nanti. Dia menegaskan, biarkan para kandidat bertanya dari hulu sampai hilir persoalan sesuai tema. KPU hanya menyiapkan tema saja.
“Misalnya KPU bilang kepada kedua calon itu bahwa ini temanya tentang pendidikan dan budaya, kesehatan, tentang itu topiknya dan silakan debat di wilayah itu dan jadi serulah perdebatannya,” katanya.
Fahri mengatakan bahwa dengan cara itu debat akan substantif, tidak hanya sekadar seremonial saja. Menurut dia, yang bertugas mengidentifikasi persoalan bangsa itu adalah para kandidat, bukan panelis. “Jadi saya tetap menekan KPU lepas dirilah dari keharusan membuat soal, mulailah memberikan kesempatan kepada para kandidat untuk saling bertanya sedalam-dalam yang mungkin mereka lakukan,” pungkas Fahri.
Seperti diketahui, debat ketiga Pilpres 2019 akan digelar Minggu 17 Maret 2019 mempertemuan cawapres KH Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Sedangkan debat keempat akan kembali mempertemukan capres Jokowi dan Prabowo. Debat kelima atau yang terakhir, akan mempertemukan pasangan calon nomor urut 01, Jokowi – KH Ma’ruf, dan nomor urut 02, Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri: Masa Jokowi Berantem Sama Prabowo?Â
Redaktur & Reporter : Boy