Fahri Hamzah Sebut Karena Lobi Singapura, Wali Kota Bilang Begini

Soal Dua Kali Investor Pelabuhan Gagal Masuk Batam

Selasa, 22 Desember 2015 – 04:53 WIB
Ilustrasi. foto: dokumen JPNN.com

jpnn.com - BATAM - Pernyataan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yang menyebut adanya lobi Singapura terkait batalnya pembangunan pelabuhan peti kemas di Batam menuai beragam tanggapan. Namun menurut Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, hal ini terjadi karena murni persaingan bisnis.

Dahlan mengakui, beberapa operator terminal peti kemas (container port) kelas dunia pernah berencana menjalankan operasionalnya di Batam. Di antaranya Evergreen Marine yang berminat mengoperasikan pelabuhan kontainer Tanjungsauh dan CMA-CGM yang berencana menjadi operator pelabuhan Batuampar.

BACA JUGA: Gali Harta Karun Lima Warga Kaur Ditangkap

"Tapi kita dua kali gagal. Evergreen sudah confirm (pasti) pindah ke Batam dari Singapura, ternyata gak jadi," kata Dahlan, seperti dikutip batampos.co.id (group JPNN), Senin (21/12).

Dahlan mengatakan, saat ini Evergreen megoperasikan sejumlah pelabuhan peti kemas di berbagai negara. Termasuk di pelabuhan peti kemas Singapura. Operator di Singapura ini berencana bergeser ke Batam karena berbagai alasan meski akhirnya batal.

BACA JUGA: Mantan Polisi yang Jadi Bandar Narkoba itu Akhirnya...

Penyebab batalnya Evergreen ini, kata Dahlan, karena Batam kalah lobi. Sebab begitu mengetahui perusahaan pelayaran asal Taiwan itu akan hengkang ke Batam, pihak Singapura gencar melakukan pendekatan dengan menawarkan beragam kemudahan.

"Salah satunya, Singapura menawarkan insentif yang menarik," katanya.

BACA JUGA: Kaltara Digoyang Gempa, Muncul Isu Tsunami

Selain Evergreen, perusahaan shipping skala internasional yang juga kesengsem menjalankan bisnisnya di pelabuhan Batam yakni CMA CGM asal Prancis.

"Ini yang di Batuampar, tapi juga gagal," kata Dahlan tanpa menjelaskan lebih jauh batalnya rencana CMA-CGM itu.

Terkait tudingan adanya lobi Singapura ke pejabat baik di tingkat pusat maupun daerah, agar pelabuhan internasional Batam tak terwujud supaya tak menyaingi pelabuhan internasional milik Singapura, Dahlan menampik.

"Saya kira tidak, mana mungkin kita mau mengorbankan pembangunan Batam yang luar biasa kalau kita punya pelabuhan transhipment internasional sendiri hanya karena lobi Singapura," jelas dia.

Menurut Dahlan, jika pemerintah pusat komitmen dengan pembangunan Batam, maka mestinya pusat membangun pelabuhan bongkar-muat internasional di Batam. Jika pemerintah pusat mau membangun pelabuhan peti kemas skala besar di Batam, ia yakin pergerakan ekonomi kawasan barat Indonesia ini bakal tumbuh signifikan.

"Bisa dibayangkan, kalau ekspor atau impor skala besar masuknya lewat Batam, kita bisa head to head (berhadapan) dengan kemajuan Singapura," Dahlan mengumpamakan.

Namun Dahlan mengatakan, dibanding beberapa wilayah di kawasan Asia Pasifik yang kemudian juga ditetapkan sebagai kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas atau free trade zone (FTZ), Batam lebih dulu eksis. 

Bahkan, Dahlan menyebut wilayah lain seperti Shenzen di China dan Iskandar Malaysia, pernah menyambangi Batam sebelum akhirnya wilayah itu juga ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas. 

"Tapi sekarang kita kalah dengan mereka, karena pergerakan barang kita terhambat dengan minimnya container port (pelabuhan peti kemas) di Batam," jelas Dahlan. 

Karena itu, ia berharap pusat turun tangan untuk merealisasikan mimpi Batam memiliki pelabuhan transhipment skala internasional tersebut.

"Saya lebih cenderung pemerintah pusat yang membangun pelabuhan Batam, karena bisa disinkronkan dengan pembangunan Poros Kemaritiman yang diagungkan Presiden Joko Widodo," kata dia.(ian/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Ingin Berlibur, Waspadai Cuaca Buruk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler