jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah melihat adanya gejala publik mencari calon presiden alternatif, selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Karena itu, Fahri sejak awal sudah menantang figur-figur yang potensial untuk mengeluarkan ide-ide mereka.
BACA JUGA: Azwar Anas Mundur, Fahri: Politik Memang Kejam
"Petahana jelaskan apa yang sudah dikerjakan dan mari mulai buka perdebatannya dari awal," kata Fahri di gedung parlemen, Jakarta, Jumat (5/1).
Politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menuturkan, seharusnya perdebatan ide itu sudah dimulai lebih lama. Bahkan, awal 2018 ini seharusnya sudah ada kontestasi ide.
BACA JUGA: Ada Aspirasi agar Jokowi Gaet Prabowo, Ini Kata Elite PDIP
"Jadi, jangan nanti dipojokkan diujung cuma debat tiga kali di televisi setelah itu masyarakat harus milih. Kan seperti beli kucing dalam karung juga," ungkapnya.
Fahri juga menilai presidential threshold (PT) 20 persen juga menyebabkan kerugian. Sebab, capres-capres akan terhalang untuk maju. "Kalau setiap partai punya capres, tentu sudah mulai bertarung dari awal dan itu sehat bagi publik," tutur Fahri.
BACA JUGA: Fahri Hamzah Isyaratkan Ada Pihak Mau Habisi Ganjar Pranowo
Menurut dia, publik akan memiliki alternatif-alternatif pemikiran. Sehingga pikiran tidak seperti dikunci yang akibatnya rakyat tidak mengetahui apa yang menjadi pemikiran-pemikiran calon pemimpin.
Misalnya soal pajak, tenaga kerja, mengentaskan kemiskinan, memberantas korupsi, terorisme dan narkoba. "Masalah tambah banyak tapi kok menganggap sukses. Korupsi tambah banyak dibilang sukses, teroris tambah banyak dibilang sukses, narkoba tambah merajalela juga dibilang sukses," paparnya.
Padahal, ujar Fahri, sebarusnya rakyat sudah bisa mendapatkan solusi yang kelihatan dari awal. Sehingga korupsi, teroris, narkoba bisa hilang dan kesempatan kerja tambah banyak, kemiskinan menurun.
"Tapi ini tidak ada dan tiba-tiba harus tetap bilang ini sukses. Padahal, karena tidak ada alternatif-alternatif," ujarnya.
Karena itu, Fahri pun mengusulkan kampus-kampus maupun daerah harus mulai mengundang calon-calon untuk berdebat. Hal ini penting untuk mengetahui misalnya apa sikap capres tersebut untuk Maluku Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua hingga Aceh dan lain sebagainya.
"Semua buka dong, masa ini ditutup-tutupi, nanti bengong saja melihat dia lima tahun tidak jelas," kata Fahri. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Usung Prabowo, PKS Ingin Kader Sendiri jadi Capres
Redaktur & Reporter : Boy