jpnn.com, KABUL - Sesi yoga di studio milik Fakhria Momtaz hari itu berjalan seperti pelatihan seni kuno India pada umumnya. Denting piano mengalun syahdu. Sinar matahari masuk dari jendela superlebar di studio beralas kayu. Setiap murid duduk di atas matras.
Yang sedikit berbeda, peserta sesi yoga memakai ''seragam'' jubah putih dan pasmina hijau muda. Froohar Momtaz, 18, instruktur saat itu, mengenakan pasmina merah muda. Froohar adalah putri Fakhria yang diajarkan untuk meneruskan Momtaz Yoga Center miliknya.
BACA JUGA: Dua Wartawan Afghanistan Tewas Ditembak Gerombolan Misterius
Bagi Fakhria, keberadaan studio itu penting bagi perempuan di Afghanistan. ''Semua orang pasti ingin mencari kedamaian setelah perang bertahun-tahun. Tapi, kedamaian negara tak akan terjadi jika kita tak berdamai dengan diri sendiri,'' ujarnya kepada Al Jazeera.
Studio keluarga Momtaz di Kabul tersebut merupakan pusat pelatihan yoga satu-satunya di Afghanistan. Namun, bagi Fakhria, arti studio itu lebih dari sekadar tempat meraup nafkah. Sebagaimana diketahui, perempuan 42 tahun tersebut tidak pernah kekurangan rezeki.
BACA JUGA: Olahraga Yoga Efektif Turunkan Kolesterol?
Sarjana bisnis dari American University itu mempunyai perusahaan TI Momtaz Host sejak 2010. Jauh sebelum lahirnya Momtaz Yoga Center pada 2016. Namun, dia merasa bahwa pusat pelatihan merupakan kewajibannya untuk membantu kaum perempuan di Afghanistan.
''Jika tak sehat secara mental dan fisik, perempuan tak bisa mendidik generasi masa depan dengan baik,'' jelasnya.
BACA JUGA: Brutal, Taliban Bantai Ratusan Orang di Markas Intel Afghanistan
Pada 2016, dia hanya iseng mengajar yoga di pusat kebugaran. Namun, kelasnya terus dibanjiri peminat. Sejak itu, dia membangun studio yoga khusus perempuan. Setiap pria yang muncul di pintu studio untuk ikut kelas ditolak.
''Ruang ini khusus perempuan. Sebab, kami tak punya banyak tempat yang nyaman, aman, dan terlindungi di negara ini,'' tegasnya kepada The National.
Ketika masa kejayaan Taliban pada 1996, perempuan Afghanistan benar-benar terkekang. Meski pada 2001 rezim Taliban sudah digulingkan, sisa-sisa budaya mereka masih tertinggal.
Fakhria tahu, kelas yoganya bakal terpengaruh dengan perundingan perdamaian antara AS dan Taliban. Namun, dia tidak pernah khawatir jika memang Taliban kembali berkuasa. ''Kalau misalnya Taliban kembali, kami akan mengajak mereka ikut kelas yoga,'' tandasnya. (bil/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Apartemen Terbakar saat Penghuni Masih Lelap, Tiga Tewas
Redaktur & Reporter : Adil