Fakta Unik Lobster, Kini Jadi Komoditas Top yang Bantu Pemulihan Ekonomi

Senin, 24 Oktober 2022 – 23:09 WIB
Seorang penyelam menunjukkan lobster yang dibudidayakan di 'A Lobster Farm' di Pantai Amed, Bali. Foto: Dokumentasi Aruna Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Aruna Indonesia, startup yang bergerak di industri perikanan bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno meluncurkan Kampung Wisata dan Budidaya Lobster 'A Lobster Farm' di Pantai Amed, Bali, pada Kamis (6/10).

Berbicara tentang lobster, rasanya jadi tertarik untuk mengulik secara lebih dalam cerita tentang komoditas lobster.

BACA JUGA: Andi Akmal Minta Pemerintah Serius Memperkuat Industri Perikanan

Beberapa tahun belakangan ini, eksistensi startup yang bergerak di industri perikanan pun semakin banyak terdeteksi, Aruna adalah salah satunya.

Berikut fakta unik lobster, yang kini menjadi komoditas top yang batu pemulihan ekonomi:

BACA JUGA: Bawa Misi Jokowi, Megawati Gaet Korsel untuk Peningkatan Sektor Perikanan

1. Kecoa laut ini harus dikelompokkan dulu sesaat setelah ditangkap

Setelah ditangkap oleh nelayan, lobster biasanya diterima dalam kondisi hidup dan sehat.

Tak hanya itu yang boleh diterima hanyalah lobster yang tidak sedang dalam keadaan bertelur dan undersize.

BACA JUGA: Gus Mis Jajaki Kerja Sama Kelautan dan Perikanan dengan Tunisia

Hati-hati! Jika nekad, bisa melanggar Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP), lho!

Setelah itu, hewan yang dulunya sering disebut sebagai kecoa laut ini pun dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran dan jenisnya, kemudian ditimbang satu per satu.

Salah satu jenis lobster, yakni crustacea, memiliki harga yang tergolong mahal karena masa pertumbuhannya yang cukup lambat.

Kuantitas makan lobster crustacea ini cenderung banyak, tetapi tetap saja mudah terkena penyakit.

Ketika dibudidaya, cara pengambilan telurnya juga sulit karena tubuhnya yang bersegmen.

Karena itu, wajar saja harga lobster kerap kali dijual mahal ya.

2. Lobster bisa dibius?

Fakta unik lainnya packing lobster tidak boleh asal penuh dan padat.

Sebab, lobster bisa kehabisan oksigen dan mati di tengah perjalanan.

Namun, harus diingat bahwa lobster yang hendak diproses sebaiknya dibius terlebih dahulu.

Bagaimana caranya? Letakkan bongkahan es di setiap sudut styrofoam.

Es batu dengan dingin 15-20 derajat Celcius berfungsi sebagai obat bius yang menghambat metabolisme tubuh lobster.

Bius akan bekerja dalam waktu 10-13 menit untuk lobster kecil dan 13-15 menit untuk lobster besar.

Perlahan, lobster akan bergerak lambat dan bahkan cenderung diam.

Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty mengatakan jika bergerak lambat atau bahkan cenderung diam, pasokan oksigen di dalam styrofoam pun akan semakin terjamin.

Karena itu, sebaiknya lobster ditaburi juga dengan bubuk gergaji atau pasir sebelum dibungkus dengan koran.

Es batu juga harus dibungkus koran terlebih dahulu agar tak mudah leleh.

3. Si capit kuat harus terus dalam keadaan kering

Es batu yang dimaksud pada poin kedua sebaiknya terbuat dari air laut, yang biasanya akan keras dalam waktu 3-4 hari.

Hal ini dilakukan sebagai antisipasi saat terjadi trouble dab di tengah perjalanan, seperti botol pecah atau bocor.

Melalui antisipasi tersebut, kemungkinan membuat lobster mati atau di-reject pun menjadi lebih kecil.

Jangan lupa juga untuk masukkan aerator atau blower guna menjaga ketersediaan oksigen di dalam wadah, ya.

“Untuk diketahui, penanganan lobster dengan cara yang dijelaskan di atas diestimasi dapat membuat lobster tetap hidup dalam perjalanan maksimal 20-22 jam dengan reject rate maksimal 5 persen," kata Utari, inisiator startup perikanan Aruna berusia 29 tahun itu.

Dia menyampaikan penanganan komoditas laut terkadang memang terkesan rumit.

"Namun, pasti ada hacks yang dapat membantu kita untuk melakukannya dengan baik dan benar,” terang Utari.

Dia mengingatkan agar tetap hati-hati dengan capit lobster hidup.

Capit lobster hidup bisa memecahkan cangkang kerang, tiram, dan kepiting!

Ilmuwan mengatakan bahwa tekanannya bisa mencapai 100 Psi. Padahal, tekanan ban mobil cuma 28-33 Psi.

4. Permintaan lobster terus naik

Fakta lain yang harus diketahui adalah permintaan pasar terhadap komoditas lobster, mulai dari pasar domestik hingga internasional, selalu meningkat tajam setiap tahunnya.

Aruna pun mengambil peluang tersebut dengan menciptakan inovasi budidaya dasar laut untuk menjaga keseimbangan produksi dan kelestarian pertumbuhan lobster di wilayah perairan Indonesia.

Pengembangan budidaya ini dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat pesisir sehingga menunjang peningkatan kondisi nelayan di wilayah pesisir sekitar menjadi lebih makmur.

Pemilihan lokasi di Pantai Amed, Bali, menjadi salah satu lokasi yang sangat strategis dan cocok untuk budidaya dasar laut.

Hal ini telah sesuai dengan arahan Dinas Kelautan dan Perikanan setempat.

5. Lobster jadi salah satu komoditas yang bantu pemulihan ekonomi negara

Sejumlah ekowisata di Indonesia, termasuk “A Lobster Farm", mengangkat konsep from sea to table di mana hasil tangkapan para nelayan lokal langsung disalurkan untuk mendukung industri pariwisata setempat.

Wisatawan dapat menikmati seafood khas Indonesia dengan kualitas dunia ketika berkunjung di hotel, restoran, dan kafe di wilayah tersebut.

Itulah fakta-fakta unik tentang lobster.

Harapannya, komoditas lobster dan peran sektor ekowisata seperti ini dapat berkontribusi bersama pemerintah dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia.

Semoga juga akan ada lebih banyak pelaku bisnis di sektor perikanan yang mau untuk terus menangkap peluang inovasi bisnis baru sehingga keberlanjutan ekosistem kelautan dan perikanan dapat berjalan seimbang serta semakin memberikan dampak positif bagi masyarakat pesisir. (mar1/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler