jpnn.com - JAKARTA - Partai Demokrat (PD) dalam waktu dekat ini akan menggelar kongres di Surabaya. Sebagaimana kongres sebagai pengambilan keputusan tertinggi di partai, maka soal pemilihan ketua umum di partai yang kini dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu juga menjadi sorotan.
Posisi SBY pun kini jadi sorotan dan menimbulkan polemik. Sebab, Presiden RI dua periode itu dalam kongres luar biasa (KLB) PD di Bali dua tahun lalu memang sempat menyatakan sementara saja menjadi ketua umum hingga kongres reguler. Namun, kini tetap saja banyak kader PD yang masih ingin dipimpin SBY.
BACA JUGA: Syarief Hasan: Sejujurnya Pak SBY Ingin Pensiun dan Istirahat
Di sisi lain, muncul pula anggapan yang menyebut memertahankan SBY di posisi ketua umum berarti menghambat regenerasi di PD. Karenanya muncul kritikan ke SBY jika masih tetap mau menjadi ketua umum PD.
Namun, pemerhati politik dari Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal A Budiyono melihat majunya SBY untuk menjadi ketua umum lagi bukan semata-mata kondisi internal PD. Menurut Zaenal, ada kondisi di luar PD yang ikut menjadi penentu sehingga SBY mau kembali memimpin partai pemenang Pemilu 2009 itu.
BACA JUGA: Ganjal Rudi, Ismeth Abdullah dan Ria Daftar Balon Wali Kota Batam dari PDIP
“SBY tentu sudah berhitung bahwa dia akan dikritik jika tetap mengambil posisi ketua umum lagi. Tapi yang harus diingat, ada situasi yang dinamis dan saling memengaruhi, sehingga perubahan politik yang terjadi di luar PD turut mempengaruhi sikap SBY, termasuk kesediaannya dicalonkan kembali,” kata Zaenal kepada JPNN, Sabtu (2/5).
Lebih lanjut Zaenal memaparkan faktor eksternal yang ikut memengaruhi sikap politik SBY terhadap PD. Di antaranya adalah perpecahan partai politik sebagaimana terjadi di PPP dan Golkar.
BACA JUGA: Komisi II Ancam Persoalkan KPU
“SBY sebagai tokoh sentral PD tentu SBY tak ingin melihat partainya terbelah, apalagi hancur. Maka ia merasa harus mengambil peran lebih di tengah situasi yang destruktif sekarang ini. Walaupun untuk itu ia harus membayarnya dengan adanya kritik dianggap tidak mendukung regenerasi,” tutur Zaenal.
Pengamat yang mendirikan gerakan Modernisator bersama tokoh-tokoh muda seperti Dino Patti Djalal, Sandiaga Uno dan Emirsyah Satar itu menambahkan, kalaupun SBY akhirnya tetap menjadi ketua umum PD, maka hal itu juga bukan fenomena baru di Indonesia. Sebab, tokoh-tokoh sentral di partai lain pun melakukan hal serupa.
Zaenal lantas menyebut Prabowo Subianto yang awalnya menjadi ketua dewan pembina Gerindra, lantas mau jadi ketua umum di partai berlambang kepala burug garuda itu. Demikian pula dengan Megawati Soekarnoputri yang tetap menjadi ketua umum di PDIP setelah dikukuhkan dalam kongres di Bali April lalu.
“Jadi kalau SBY tetap menjadi ketua umum berdasarkan kongres Surabaya, tentu itu bukan fenomena tunggal tentang kembalinya tokoh-tokoh senior dalam mengendalikan partai. Dalam kondisi seperti ini memang butuh kepemimpinan yang kuat, dan di Partai Demokrat strong leadership itu ada di SBY,” pungkas Zaenal.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Tetapkan Sepuluh Pedoman Pelaksanaan Pilkada
Redaktur : Tim Redaksi