jpnn.com, BANDUNG - Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini yang jatuh hari ini, Kamis (21/4), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Fatayat NU melantik 500 dai wanita anti-radikalisme di sela-sela sarasehan pencegahan paham radikal terorisme di Bandung.
Para dai wanita Fatayat NU itu akan menjadi mitra strategis BNPT dalam menggaungkan pencegahan terorisme dari kalangan perempuan dan anak-anak.
BACA JUGA: Keluarga Densus 88 Diberi Jatah Haji, Suhardi Apresiasi Arab Saudi
"Hari ini bertepatan dengan Hari Kartini, hari emansipasi wanita, BNPT bersama Fatayat NU resmi me-launching daiyah anti-radikalisme. Ini adalah bagian dari upaya BNPT dalam memperkuat sinergi dalam penanggulangan terorisme melalui media dakwah. Apalagi, faktanya kaum perempuan juga menjadi sasaran utama radikalisme dan terorisme," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius.
Dia menambahkan, peran perempuan sangat penting dalam membendung radikalisme dan terorisme dari level paling dasar yaitu keluarga.
BACA JUGA: Cegah Radikalisme di Kampus, BNPT Gandeng Umaha
Karena itu, para perempuan harus dibekali dengan pemahaman tentang bahaya dan ancaman radikalisme dan terorisme, serta dikuatkan rasa cinta tanah air dan bela negara. Itulah yang menjadi tugas dai wanita anti-radikalisme.
"Kami berharap dengan adanya daiyah anti-radikalisme upaya kami untuk membendung penyebaran radikalisme dan terorisme di Indonesia bisa lebih maksimal. Tentu ini harus terus digalakkan,” imbuhnya.
BACA JUGA: Perangi Radikalisme, Fatayat NU Siapkan 1.000 Dai Wanita
“Tidak hanya Fatayat NU, kami juga telah bersinergi dengan Muslimat NU, juga dalam rangka membentengi keluarga dan lingkungan agar tidak terpapar radikalisme dan terorisme. Ini penting karena kecenderungan akhir-akhir ini, perempuan dan anak-anak menjadi sasaran radikalisme dan terorisme tersebut," ungkap mantan Kabareskrim Polri ini.
Suhardi berharap banyak dari organisasi perempuan seperti Fatayat dan Muslimat NU serta organisasi lain di Indonesia agar terus bergandengan tangan menyebarkan nilai agama serta ideologi bangsa sesuai dengan NKRI.
Selama ini, lanjut Suhardi, kaum perempuan telah banyak dimanfaatkan kaum radikalisme dan terorisme untuk melakukan aksi.
Fenomena itu sudah terjadi di luar negeri. Beruntung, upaya itu berhasil dicegah di Indonesia, seperti kasus bom panci di Bekasi, d imana calon 'pengantinnya' seorang perempuan.
Mereka bisa memanfaatkan kelemahan dan kodrat perempuan untuk direkrut menjadi teroris.
Contohnya, mungkin ada wanita dengan latar belakang tidak baik langsung dibaiat. Untuk menebus dosanya, perempuan itu harus menjadi 'pengantin'.
"Banyak kasus lain yang melibatkan perempuan seperti menjadikan perempuan sebagai kurir dan juga memanfaatkan perempuan untuk merekrut anggota lain. Itu dilakukan karena perempuan lebih bisa masuk ke mana-mana, bahkan mampu mengelabui petugas," tegas Suhardi.
Sementara itu, Ketua Fatayat NU Anggia Ermarini mengatakan, dai wanita anti-radikalisme siap berusaha keras untuk menjadi fasilitator di tengah-tengah masyarakat, terutama dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap ancaman radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, dewasa ini kaum perempuan menghadapi sebuah tantangan baru dengan menyebarnya paham-paham radikal di tengah-tengah masyarakat. Ironisnya kini yang menjadi sasaran adalah kaum perempuan dan anak-anak.
"Sudah banyak bukti di depan mata kita bahwa betapa banyak anak-anak yang terpengaruh radikalisme dan terorisme. Kami berharap dengan adanya sinergi dengan BNPT melalui daiyah anti-radikalisme ini, kami juga bisa berperan dalam menangkal paham radikal terorisme," kata Anggia Ermarini.
Menurut Anggia, pihaknya akan terus bersinergi dengan BNPT untuk memassalkan dai wanita anti-radikalisme ini.
Pasalnya, ini baru 500 dai wanita dari Pulau Jawa yang di-launching. Ke depan, dia berharap dai wanita anti-radikalisme juga menyebar ke seantero Indonesia. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suhardi Ajak Generasi Muda Lawan Terorisme
Redaktur & Reporter : Ragil