jpnn.com, PALANGKA RAYA - Memerangi terorisme bukan hanya tugas kaum pria. Kaum hawa pun berkewajiban untuk menangkal bahaya terorisme.
Seruan itu digaungkan Pengurus Pusat (PP) Fatayat Nahdatul Ulama saat menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakenas) di Palangka Raya pada 5–7 Mei.
BACA JUGA: Puan Maharani Diterima jadi Warga Kehormatan Fatayat NU
Rakernas itu dihadiri, antara lain, Ketua Umum PP Fatayat Anggia Ermarini, Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Puan Maharani.
Seluruh seluruh Pengurus Wilayah (PW) Fatayat NU di 34 provinsi di Indonesia hadir dalam rakernas itu.
BACA JUGA: Cegah Ambruknya Karakter Bangsa, Kemenko PMK Gandeng PBNU
Anggia mengatakan, Rakernas bertujuan menyinergikan strategi gerakan organisasi dalam merespons isu-isu terkini.
Di antaranya, radikalisme atau kekerasan atas nama agama atau yang sering disebut terorisme.
BACA JUGA: Menko PMK Ajak WNI Bermasalah di Arab Saudi Manfaatkan Amnesti
"Kekerasan atas nama agama atau yang sering kita kenal radikalisme sudah mengancam kita semua, siapa saja, terutama anak-anak muda bahkan sekarang ini kaum perempuan," ujar Anggia.
Wanita yang beken disapa Anggi itu menambahkan, rakernas PP Fatayat NU kali ini mengambil tema Menguatkan Islam Nusantara melalui Penguatan Organisasi Perempuan.
Staf Khusus Kemenpora ini mengungkapkan, data BNPT menyebutkan 2,7 juta orang Indonesia terlibat aksi teror atau sekitar satu persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Sementara sumber lain menyebutkan 12 ribu orang aktif dalam jaringan yang diduga terkait teroris.
sebanyak 2000–3000 orang adalah usia 18 sampai 23 tahun.
Sementara tren terakhir menunjukan tingginya keterlibatan perempuan dalam kasus aktif terorisme.
"Para jihadis banyak mempergunakan perempuan sebagai alat untuk melancarkan aksinya. Di sini peran perempuan sangat signifikan, di samping untuk membendung generasi muda dari upaya ideologisasi radikal, juga sebagai upaya untuk membendung dirinya sendiri dan perempuan lain dari ideologi-ideologi yang merongrong NRKI," ungkapnya.
Merujuk data dari BNPT, ada banyak faktor pendorong dalam aksi terorisme.
Di antaranya, lemahnya ekonomi, sempitnya pengetahuan agama yang terbuka, minimnya aktivitas remaja yang produktif dan menyenangkan, dan akses informasi yang terbuka tidak diimbangi dengan pengetahuan yang menyeluruh.
"Dalam upaya mengadang laju keterlibatan anak-anak muda dan perempuan dalam terorisme, PP Fatayat NU meluncurkan seribu dai perempuan yang siap menyebar virus Islam damai di seluruh penjuru nusantara," ungkap Anggi.
Selain penyebaran perspektif keberagamaan yang terbuka dan toleran melalui dai wanita, PP Fatayat NU juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah dan komunitas mengadakan program parenting cerdas menjadi orang tua abad 21.
Selain itu, dalam upaya kemandirian ekonomi yang selalu menjadi alasan orang tertarik terlibat terorisme, PP Fatayat NU berkomitmen mengembangkan program-program pemberdayaan ekonomi perempuan.
"Dan di rakernas ini kami akan terus mencari format dan strategi program-program yang efektif mencegah laju radikalisme, dan kemudian kami sinergikan dengan semua pengurus wilayah di seluruh Indonesia," kata Anggi. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko PMK Beri Kabar Baik soal Kesiapan Fasilitas Ibadah Haji 2017
Redaktur & Reporter : Ragil