FBI Makin Dekat Mengungkap Kolusi Trump-Rusia

Sabtu, 17 Maret 2018 – 23:58 WIB
Agen FBI. Foto: Reuters

jpnn.com, MOSKOW - Rusia babak belur. Di dalam negeri, pemerintahnya tengah menyiapkan pemilihan presiden (pilpres). Pada waktu yang sama, rezim Presiden Vladimir Putin harus berhadapan dengan dua negara kuat terkait kebijakan luar negerinya.

Setelah Inggris mengusir 23 diplomat Rusia, kini giliran Amerika Serikat (AS). Kamis (15/3), Departemen Keuangan AS mencantumkan nama 19 warga Rusia dalam daftar hitam.

BACA JUGA: Ini Direktur CIA Gina Haspel, Hobinya Menyiksa Tawanan

Mereka tidak diperbolehkan memasuki Negeri Paman Sam. Seluruh aset mereka, terutama simpanan uang dalam bentuk USD, dibekukan.

Sanksi serupa dijatuhkan kepada lima perusahaan Rusia. AS yakin 19 oknum dan lima perusahaan Rusia tersebut berperan aktif dalam memenangkan Trump di Pilpres AS 2016.

BACA JUGA: 5 Momen Perseteruan Donald Trump Vs Rex Tillerson

’’Mereka melakukan serangan siber dan gangguan serius dengan menargetkan infrastruktur penting negara,’’ kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, sebagaimana dilansir Reuters.

Dia menegaskan, sanksi AS terhadap orang-orang dan entitas Rusia itu merupakan cara terbaik untuk memaksa Moskow menyetop perilaku merugikannya.

BACA JUGA: Trump Bersih-Bersih Pejabat Kritis, Eropa Pusing

Oleh AS, mereka dituding memotori penyebaran berita bohong melalui media sosial. Tujuannya, memenangkan Trump yang ketika itu bersaing dengan Hillary Clinton.

Dugaan keterlibatan Rusia tersebut sedang diselidiki lebih dalam. Robert Mueller, jaksa khusus yang didapuk Departemen Kehakiman untuk menjadi penasihat FBI, mengendus jejak Rusia dalam pilpres dan pemerintahan Trump.

FBI pun gencar menghimpun bukti. Mulai menginterogasi orang-orang penting dalam tim sukses Trump sampai menanyai staf Gedung Putih dan mantan ajudan sang presiden.

Yang terbaru, Mueller mengirimkan subpoena ke Trump Organization. Organisasi milik Trump itu diminta menyerahkan seluruh dokumen yang berkaitan dengan pilpres.

Mantan direktur FBI tersebut curiga bahwa Trump Organization mengetahui kesepakatan penting antara kubu Trump dan Rusia terkait Pilpres AS 2016.

Mendengar sanksi baru AS terhadap 19 warga dan lima perusahaan Rusia, Kremlin tak bisa menutupi kegeramannya. Seperti halnya terhadap Inggris, kemarin (16/3) Rusia berancang-ancang membalas sanksi AS.

’’Kami akan menambahkan sejumlah nama dalam daftar hitam AS,’’ tegas Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kepada RIA Novosti.

Agar sebanding dengan sanksi yang diterima, Rusia juga menambahkan sejumlah perusahaan AS ke dalam daftar hitam.

’’Kami masih membuka pintu dialog dan tidak mau gegabah menanggapi sifat keras kepala AS. Tapi, para politikus bodoh itu malah menghancurkan hubungan dua negara dan menghadirkan ancaman baru bagi dunia,’’ ucapnya, sebagaimana dikutip Associated Press. (hep/c18/pri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipecat dari Kabinet, Ternyata Sering Menghina Trump


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler