FBI Turun Tangan Selidiki Pembunuhan Jurnalis Panama Papers

Kamis, 19 Oktober 2017 – 11:07 WIB
Daphne Caruana Galizia. Foto: Times of Malta

jpnn.com, VALLETTA - Keberanian Daphne Caruana Galizia mengkritisi pemerintahan di negaranya membuat perempuan 53 tahun itu kehilangan nyawa.

Jurnalis yang dikenal terus-menerus meminta pemerintah terbuka soal keterkaitan Malta dalam Panama Papers itu tewas Senin (16/10) ketika mobilnya meledak akibat bom yang terpasang di dalamnya.

BACA JUGA: Keji, Bom Mobil Sasar Jurnalis Investigator Panama Paper

”Kini apa yang sudah berkali-kali ditegaskan, dilontarkan dalam bentuk ancaman, dan diharapkan oleh orang-orang yang membencinya telah terjadi.” Demikian kalimat yang tercantum pada halaman editorial The Malta Independent, harian yang tiap dua kali dalam sepekan selalu memuat tulisan berbobot Galizia.

Dua pekan sebelum insiden maut tersebut terjadi, wartawan yang masih terlihat ayu di usia yang lebih dari separo abad itu sempat mengeluhkan ancaman-ancaman yang menghampirinya.

BACA JUGA: Pastikan tak Ada Kaitan dengan Isu Panama Papers

Fakta bahwa Galizia meninggal dunia setelah menerima ancaman membuat putra bungsunya, Matthew, yakin bahwa ibunya dibunuh.

”Ibu saya kehilangan nyawanya karena kukuh berdiri di jalur hukum dan menentang mereka yang berusaha melanggar jalur tersebut,” tulis pria yang juga berprofesi jurnalis itu di akun Facebook pribadinya.

BACA JUGA: Koran Berhenti Terbit Setelah Wartawannya Tewas Dibunuh

Di Malta, Galizia menjadi satu-satunya jurnalis yang konsisten menjadi kritikus pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Joseph Muscat itu.

Di mata publik, dia adalah politikus yang memiliki citra positif. Dia punya hubungan baik dengan para pebisnis Malta. Dia juga dikenal sebagai tokoh yang liberal. Banyak kebijakan Muscat yang populis.

Tapi, karena nama Muscat tercantum dalam Panama Papers, Galizia terus-menerus mengkritiknya. Baik lewat artikel di surat kabar maupun blog, ibunda Matthew itu tidak berhenti menyoroti skandal tersebut.

Ancaman kematian yang berkali-kali menghampiri tak menciutkan nyali Galizia. Dia tetap mendesak Muscat buka suara terkait skandal yang juga menyeret nama sang istri, Michelle, itu.

Selasa (17/10), Muscat mengecam insiden yang merenggut nyawa Galizia tersebut. Seperti Matthew, dia pun yakin Galizia dibunuh. Namun, pernyataan Muscat itu justru mendatangkan olok-olok.

Oposisi menganggap pemimpin 43 tahun tersebut hanya bersandiwara. ”M (Muscat) dan pemerintahannya bertanggung jawab atas insiden ini. Mereka berusaha membungkam kita semua,” tuding Adrian Delia, ketua kubu oposisi.

Yakin Muscat berada di balik kematian Galizia, Delia mendesak lawan politiknya itu mengundurkan diri. Tapi, Muscat bertahan.

Dia berjanji menciptakan suasana yang kondusif dalam investigasi kematian Galizia. Dia juga mengizinkan tim internasional terlibat dalam penyelidikan.

Kini Malta sedang menantikan kedatangan FBI dan tim forensik Belanda. Uni Eropa (UE) juga berjanji mengawal penyelidikan. (AP/Reuters/theguardian/hep/c6/any)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler