jpnn.com - JAKARTA -- Gagasan sekolah seharian penuh karya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menuai kontroversi. Pro kontra di publik tidak terhindarkan. Namun di sisi lain, wacana itu menciptakan efek produktif karena mampu mendorong terjadinya pertukaran pikiran dan gagasan di tengah masyarakat.
Pengamat komunikasi Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, menjadi tidak berlebihan jika Muhadjir termasuk sosok pemimpin mendahulukan komunikasi dialog. Artinya, sebelum mengambil kebijakan dia terlebih dahulu mendengar berbagai pandangan.
BACA JUGA: Politikus Demokrat Pertanyakan Landasan Hukum Full Day School
Muhadjir pun tidak hanya bersandar pada kajian semata oleh tim pakar, seperti yang lazim dilakukan para pemimpin yang lain. "Ia memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang mendengar," kata Emrus, Rabu (10/8).
Meskipun masih hitungan hari menjabat Mendikbud, Muhadjir sudah menunjukkan karakter komunikasi partisipatif dengan menyampaikan ide ke ruang publik sebelum kemungkinan menjadi kebijakan dan atau program Kemendikbud.
BACA JUGA: Akom Minta Mendikbud Urungkan Penerapan Full Day School
Sebagai suatu gagasan, kata dia, ide Mendikbud tentang full day school bertujuan sangat baik dalam penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia. Karenanya, Mendikbud menyampaikan hal tersebut kepada publik agar dapat mendegar kritik dan solusi dari berbagai kalangan.
"Ternyata benar. Publik antusias. Lontaran ide dari berbagai kalangan sehingga terjadi wacana publik yang sangat produktif," kata dia.
BACA JUGA: Jika FDS, Guru Privat Bakal Gigit Jari
Setidaknya ada tiga pandangan yang mengemuka yaitu setuju, moderat dan ada pula yang menolak. Yang menarik, ujar Emrus, semua pandangan masyarakat tersebut disertai uraian faktual, analisis dan argumentasi tentang kondisi penyelenggaraan pendidikan dasar kekinian di Indonesia.
Karena itu Emrus berpendapat, apa yang dilakukan oleh Mendikbud Muhadjir dapat dijadikan sebagai acuan oleh pejabat publik yang lain sebelum membuat kebijakan yang terkait dengan kepentingan publik yang lebih luas.
"Pola komunikasi yang diperankan Mendikbud tersebut merupakan upaya pelibatan dan menciptakan kondisi munculnya partisipasi publik dalam upaya kita melakukan perubahan positif yang lebih masif," katanya.
Berdasarkan berbagai pandangan tersebut, Kemendikbud dapat membentuk tim kajian untuk mengurai dan menyusun strategi jitu terkait dengan segala aspek penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia.
"Dengan demikian, kebijakan, program dan implementasi penyelenggaraan pendidikan dasar tidak parsial tetapi menyeluruh, subtantif dan dapat belaku jangka panjang, sebagai cetak biru," pungkas direktur EmrusCorner itu. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dispendik: Daripada Anak Dijaga Pembantu, Lebih Aman di Sekolah
Redaktur : Tim Redaksi