Fenomena Berbagi Foto dan Data Diri Anak di Media Sosial, Keamanan Digital Dipertanyakan

Rabu, 10 Juli 2024 – 20:04 WIB
Ilustrasi unggahan media sosial. Foto: ilustrasi/ Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nur Hidayah Perwitasari

Euforia mengunggah foto dan video di media sosial sedang marak di masyarakat belakangan ini. Masyarakat bahkan nyaris tidak menyaring informasi pribadi saat mengunggah konten di media sosial. Bayangkan di media sosial tersebar foto seorang anak kecil dengan senyuman manis, lengkap dengan informasi sekolah dan nama panjangnya. Lalu, belum lama ini di media sosial juga viral story template unggahan yang berisi nama panjang, panggilan akrab dan arti nama anak. Sebelumnya juga pernah ramai story template yang berisi tentang tanggal lahir anak, tempat, klinik atau rumah sakit kelahirannya hingga pengalaman sang ibu ketika proses melahirkan.

BACA JUGA: Kemenkominfo Mengajak Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta Menjaga Keamanan Digital

Bagi sebagian besar orang, ini mungkin hanya sebuah momen bahagia yang ingin dibagikan oleh orang tua. Namun, bagi orang yang berniat jahat, hal itu adalah tambang emas informasi pribadi. Di era digital ini, berbagi momen bahagia dengan teman dan keluarga di media sosial sudah menjadi hal yang biasa. Namun, apakah semua kalangan benar-benar memahami risiko di balik tindakan tersebut?

Mengapa Ini Berbahaya?

BACA JUGA: X Umumkan Layanan Live Streaming Bakal Berbayar, Media Sosial Lain Gratis

Berbagi foto anak di media sosial secara sepintas terlihat tidak berbahaya. Namun, tanpa disadari, tindakan ini membuka pintu bagi berbagai risiko keamanan digital. Informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan nama sekolah bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, bisa disalahgunakan untuk pencurian identitas, penipuan, atau bahkan kejahatan yang lebih serius seperti penculikan.

Sebagai contoh, di Indonesia pernah terjadi kasus penculikan yang berawal dari informasi di media sosial. Seorang ibu tanpa sadar membagikan informasi lokasi sekolah anaknya, yang kemudian digunakan oleh pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. Ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan risiko berbagi informasi pribadi di dunia digital.

BACA JUGA: Menkominfo Budi Tegaskan Media Sosial X Harus Mengikuti Aturan

Selain itu, foto-foto atau video yang dibagikan di media sosial sebaiknya tidak menunjukkan bagian tubuh sensitif anak. Vincent Mosco dalam bukunya The Digital Sublime: Myth, Power, and Cyberspace menyebutkan bahwa digitalisasi telah mengubah cara kita berinteraksi dan berbagi informasi. Namun, tanpa kesadaran akan risiko yang ada, digitalisasi ini bisa menjadi ancaman bagi keamanan kita sendiri (Mosco, 2004).

Studi Kasus dan Data Pendukung

Menurut Norton Cyber Security Insights Report 2021, sekitar 46 persen orang tua di seluruh dunia pernah membagikan foto atau video anak mereka di media sosial dalam sebulan terakhir. Banyak dari orang tua yang tidak menyadari bahwa tindakan tersebut bisa menempatkan anak dalam situasi yang berbahaya (Norton, 2021). Pew Research Center juga menemukan bahwa hanya 34 persen orang tua yang mengambil langkah-langkah untuk melindungi informasi anak mereka di media sosial (Pew Research Center, 2021). Ini menunjukkan bahwa masih banyak orang tua yang perlu lebih sadar akan pentingnya menjaga privasi digital anak-anak mereka.

Contoh Kasus di Indonesia

Di Indonesia, beberapa kasus telah menunjukkan betapa rentannya data anak-anak yang dibagikan secara online. Sebagai contoh, pada 2020, seorang ibu di Jakarta mengalami pencurian identitas anaknya setelah secara rutin membagikan foto dan informasi pribadi di media sosial. Data tersebut digunakan oleh penipu untuk membuat akun palsu yang kemudian digunakan untuk menipu kerabat dan teman-teman keluarga tersebut. Kejadian ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial tetapi juga menimbulkan trauma psikologis bagi keluarga tersebut.

Kasus lain melibatkan seorang remaja yang menjadi korban perundungan daring setelah orang tuanya membagikan foto dan informasi pribadi tentang kehidupannya. Data tersebut digunakan oleh pelaku perundungan untuk mengintimidasi dan mempermalukan remaja tersebut di depan teman-temannya. Insiden ini menunjukkan bahwa risiko berbagi informasi pribadi anak di media sosial bisa berdampak serius pada kesehatan mental anak-anak.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Kerja sama semua pihak perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ini termasuk pemerintah, penyedia layanan TIK, dan sekolah. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi data dan privasi digital anak Anda:

1.     Edukasi dan Kampanye Kesadaran

Mengadakan kampanye yang mengedukasi orang tua tentang pentingnya menjaga privasi digital dan risiko berbagi informasi pribadi di media sosial adalah langkah penting. Contohnya, melalui media massa, seminar, atau workshop yang mengajarkan praktik keamanan digital. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat bekerja sama dalam menyebarkan informasi ini melalui berbagai saluran, termasuk media sosial itu sendiri.

2.     Peraturan yang Lebih Ketat

Pemerintah seharusnya bisa memberlakukan regulasi yang mengharuskan platform media sosial menyediakan panduan dan alat keamanan bagi pengguna, terutama orang tua. Meskipun YouTube telah menerapkan panduan tentang keamanan digital bagi anak-anak, regulasi yang lebih luas dan ketat dari pemerintah akan lebih efektif melindungi privasi digital anak. Misalnya, peraturan yang mengharuskan platform media sosial untuk memberikan peringatan atau panduan ketika pengguna hendak membagikan informasi pribadi anak.

3.     Kerja Sama dengan Sekolah

Sekolah harus berperan aktif dalam mengedukasi siswa dan orang tua tentang keamanan digital melalui kurikulum atau seminar khusus. Workshop secara berkala tentang digital security yang wajib diikuti oleh orang tua bisa menjadi langkah konkret yang sangat efektif. Selain itu, sekolah dapat menyediakan materi pembelajaran yang mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga privasi di dunia maya.

4.     Mengembangkan Literasi Digital

Literasi digital penting tidak hanya bagi orang tua tetapi juga anak-anak. Program-program literasi digital yang mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga privasi di dunia maya harus diadakan secara rutin oleh sekolah dan komunitas. Literasi digital mencakup pemahaman tentang risiko berbagi informasi pribadi, cara mengatur pengaturan privasi di akun media sosial, dan bagaimana melaporkan konten yang tidak pantas.

5.     Menggunakan Alat Keamanan Digital

Orang tua harus memanfaatkan alat-alat keamanan digital yang tersedia untuk melindungi anak-anak mereka, seperti mengatur pengaturan privasi di akun media sosial dan menggunakan aplikasi pengawasan orang tua. Banyak aplikasi dan perangkat lunak yang dapat membantu orang tua memantau aktivitas online anak-anak mereka dan memastikan bahwa mereka tidak membagikan informasi pribadi yang sensitif.

6.     Peran Media Sosial

Platform media sosial harus menyediakan fitur-fitur yang memungkinkan orang tua memantau aktivitas anak-anak mereka dan melaporkan konten yang tidak pantas. Selain itu, mereka harus terus mengedukasi pengguna tentang pentingnya menjaga privasi. Misalnya, platform dapat mengirimkan notifikasi atau pengingat kepada pengguna ketika mereka hendak membagikan informasi pribadi anak.

7.     Mendorong Diskusi Keluarga

Diskusi terbuka dalam keluarga tentang keamanan digital sangat penting. Orang tua perlu berbicara dengan anak-anak mereka tentang risiko berbagi informasi pribadi di media sosial dan pentingnya menjaga privasi. Anak-anak harus diajarkan untuk memahami bahwa tidak semua informasi dapat dibagikan secara bebas di dunia maya dan bahwa ada risiko yang terkait dengan setiap tindakan online.

8.     Menjadi Teladan yang Baik

Orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam penggunaan media sosial dan menjaga privasi digital. Orang tua bisa memulai dengan tidak membagikan informasi pribadi anak mereka di media sosial dan selalu memikirkan risiko sebelum mengunggah sebuah konten.

Keamanan digital adalah aspek yang sangat penting di era modern ini tetapi sering diabaikan oleh masyarakat, termasuk oleh orang tua. Fenomena berbagi foto anak di media sosial secara masif menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang risiko keamanan yang terkait. Dengan kerjasama antara pemerintah, penyedia layanan TIK, dan sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan melindungi identitas generasi mendatang. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi pribadi anak-anak mereka tidak jatuh ke tangan yang salah. Dengan langkah-langkah sederhana namun efektif, kita dapat melindungi privasi digital anak-anak dan menciptakan dunia online yang lebih aman.  

Sumber: Mosco, V. (2004). The Digital Sublime: Myth, Power, and Cyberspace. MIT Press.

Norton Cyber Security Insights Report. (2021). Norton website.

Pew Research Center. (2021).  Parents, Kids, and Digital Safety. Pew Research Center website.

 


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler