Ferdinand Nilai FKPD Demokrat Tidak Mengerti Aturan

Selasa, 02 Juli 2019 – 19:35 WIB

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Bidang Hukum dan Advokasi DPP Demokrat Ferdinand Hutahaean mengaku sudah mendengar manuver dari Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) Demokrat yang ingin mengevaluasi kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ketua umum partai berlambang Mercy.

Ferdinand menjelaskan partai tidak ingin menanggapi lebih lanjut manuver dari FKPD Demokrat. Sebab, FKPD Demokrat hanya kelompok yang tengah mencari perhatian di internal partai.

BACA JUGA: SBY Dinilai Gagal Urus Partai, Pendiri Demokrat Desak Gelar Kongres

"Istilahnya mereka ini hanya kelompok yang sedang cari perhatian saja. Tidak perlu ditanggapi serius, nanti mekanisme partai akan berjalan untuk memproses mereka ini secara aturan,” kata Ferdinand saat dihubungi awak media, Selasa (2/7).

BACA JUGA: SBY Dinilai Gagal Urus Partai, Pendiri Demokrat Desak Gelar Kongres

BACA JUGA: Soal Ucapan Selamat, Bang Sandi Singgung Bu Mega dan Pak SBY

Menurut dia, FKPD Demokrat ialah kelompok yang tidak mengerti aturan. FKPD Demokrat tidak punya hak untuk mengevaluasi kepemimpinan SBY di partai. Hak mengevaluasi kepemimpinan SBY itu, murni berada di tangan DPC dan DPD Demokrat.

"Mereka lupa bahwa bahwa mereka bukan siapa-siapa dan tidak punya hak suara," ucap Ferdinand.

BACA JUGA: Politik Sedang Riuh, Pak SBY Tetap Fokus Tulis Buku dan Naskah Lagu Tentang Bu Ani Yudhoyono

Sebelumnya, sekelompok elite yang tergabung di dalam Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) Demokrat menuntut partai segera menggelar kongres untuk mengganti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum partai.

Hengky Luntungan, seorang pendiri partai mengatakan, SBY gagal membesarkan partai selama dua periode memimpin Demokrat. Sebab itu, FKPD Demokrat mendesak segera digelar kongres.

"SBY gagal selama menjadi Ketua Umum dalam dua periode Pemilu yaitu tahun 2014 dan 2019," kata Hengky ditemui saat FKPD menggelar keterangan resmi di Jakarta Selatan, Selasa (2/7).

Bahkan, Hengky menyindir, SBY tinggal kelas dua kali setelah menghilangkan setengah suara Demokrat di dua periode pemilu.

Catatan Hengky, Demokrat mendapat suara hingga 20,40 persen saat Pemilu 2009. Namun, angka itu menurun menjadi 10,19 persen pada 2014.

"Hasil kerja SBY pada periode kedua gagal lagi menjadi 7,77 persen atau suara hilang menjadi 61,91 persen," ucap dia.

Selain itu, ucap dia, SBY tidak menjalankan manajemen partai dengan baik. SBY dianggap telah merusak tatanan partai dengan melanggar sejumlah AD/ART.

Kemudian, SBY juga tidak segan membuat Demokrat menjadi partai dinasti. FKPD juga menganggap SBY menghancurkan Demokrat dengan membuat jabatan struktur yang bukan hasil kongres hingga rangkap jabatan.

"SBY menganut sistem Partai Dinasti dan sering melakukan manajemen konflik atau menyingkirkan para pejuang partai yang telah berjasa kepadanya," kata dia.(mg10/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Senior Demokrat Mulai Gerah dengan Tindakan Ferdinand, Andi Arief dan Rachland


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler