jpnn.com, JAKARTA - Ferdinand Hutahaean menilai pernyataan yang menyebut rencana menjadikan Moeldoko sebagai Capres 2024 melatarbelakangi upaya kudeta di Demokrat, tidak masuk akal.
Sebelumnya, pernyataan itu disampaikan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.
BACA JUGA: Herzaky: Kudeta di Demokrat untuk Jadikan Moeldoko Capres 2024
"Pernyataan Herzaky memang menarik, tetapi tidak masuk akal," ucap Ferdinand yang belum lama ini mundur dari Partai Demokrat kepada jpnn.com, Kamis (4/2).
Dia menganggap hal itu tak masuk akal karena Moeldoko pasti mengerti posisi politik sekarang bahwa namanya tidak masuk sebagai salah satu kandidat capres maupun cawapres di 2024 nanti.
Ferdinand juga meyakini Moeldoko yang merupakan seorang jenderal dan mantan Panglima TNI, tentu punya pemahaman dan ilmu tentang sosial politik yang tinggi.
Selain itu, pensiunan TNI kelahiran Kediri, 8 Juli 1957 itu pasti membaca peta dan mengetahui pergerakan politik jelang Pilpres 2024.
BACA JUGA: Razali Cuma Divonis 7 Bulan, Jadi Buronan Selama 8 Tahun, Tertangkap
"Maka, tudingan untuk menjadikan Demokrat sebagai kendaraan poltiik Pilpres 2024 itu tidak masuk akal. Kenapa? Karena Partai Demokrat hanya punya tujuh persen suara. Suara yang serba tanggung untuk memimpin koalisi Pilpres nanti," sebut Ferdinand.
Mantan ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral DPP Demokrat ini juga menganalisis lebih jauh. Kira-kira kalau Moeldoko akan menjadi kandidat Capres atau Cawapres, dengan siapa dan partai mana dia akan berpasangan.
Sebab, kata Ferdinand, bila melihat peta politik partai-partai lain jelang Pilpres 2024, itu arahnya sudah mulai terlihat.
"Jadi, agak lucu bagi saya, agak tidak masuk bagi saya kalau disebut Moeldoko ingin menjadi Capres 2024 dan mengudeta Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya. Sangat tidak masuk akal," sebutnya.
Argumentasinya ini didasari dua alasan tadi. Pertama, tidak masuk akal karena Moeldoko pasti tahu dan membaca peta politik di tanah air.
Kedua, Demokrat hanya memiliki 7 persen suara. Artinya, partai berlambang bintang mercy itu menjadi partai yang serbatanggung untuk memimpin koalisi.
"Tetapi kalau untuk mengikuti koalisi, tentu bisa. Namun kalau untuk memimpin koalisi, agak sangat sulit. Partai Demokrat hampir tidak punya peluang untuk memimpin koalisi, meskipun Moeldoko katanya mau mengudeta. Sangat tidak mungkin," tutur Ferdinand.
Karena itu, pria yang pernah memimpin Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) memandang pernyataan Herzaky hanya untuk membumbui, membuat riuh isu kudeta di Demokrat dan tuduhan kepada Moeldoko.
"Bagi saya itu sebuah pernyataan yang tidak punya alasan, kecuali hanya membuat riuh saja," pungkas mantan Caleg dari Demokrat ini.(fat/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam