Festival Bekarang Lopak Sepang jadi Cara Ampuh Menjaga Kelestarian Sungai Batanghari

Minggu, 25 Agustus 2024 – 16:37 WIB
Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi pada Sabtu (24/8). Foto: Dokumentasi Kemendikbudristek

jpnn.com, MUARO JAMBI - Kearifan lokal dan kelestarian lingkungan Sungai Batanghari terus mendapatkan perhatian dari Kemendikbudristek.

Salah satunya lewat Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal dalam Festival Bekarang Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi pada Sabtu (24/8).

BACA JUGA: Festival Sidang Balai Panjang Hidupkan Kembali Kebudayaan Lokal yang Hampir Punah

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Agus Widiatmoko mengatakan sarasehan itu menghadirkan diskusi mendalam tentang tradisi Bekarang, Lubuk Larangan, dan pentingnya etnosains ikan lokal sebagai upaya menjaga ekosistem dan ketahanan pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Sarasehan berfokus pada praktik Bekarang, sebuah tradisi tahunan masyarakat DAS Batanghari termasuk masyarakat Desa Tebat Patah yang telah dijaga sejak zaman dahulu.

BACA JUGA: Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk: Merawat Lingkungan Melalui Kearifan Lokal

"Bekarang bukan sekadar kegiatan menangkap ikan di Lubuk Larangan—wilayah perairan yang dilindungi secara adat—tetapi juga wujud nyata dari solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat" kata Agus.

Agus menjelaskan melalui Bekarang, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan dari ikan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sungai dengan memastikan bahwa Lubuk Larangan hanya dipanen satu kali dalam setahun.

BACA JUGA: Festival Payung Api, Sajikan Karya Kolaboratif dengan Perpaduan Tradisi & Seni

“Kita datang ke sini bukan sekadar untuk festival atau hiburan kesenian, tetapi untuk melestarikan tradisi yang ada sekarang ini dan menjaganya untuk masa depan. Dengan melihat ikan sebagai indikator lingkungan, makin banyak ikannya, makin baik lingkungan kita,” ujar Agus.

Peneliti ikan unja dari Universitas Jambi Tedjo Sukmono memaparkan hasil riset tentang keragaman ikan yang masih ada di DAS Batanghari, meski ekosistemnya terancam oleh berbagai aktivitas manusia, seperti MCK, penambangan emas tanpa izin (PETI), dan aktivitas lainnya.

“Penelitian kami terakhir menemukan 38 spesies ikan setiap tahun di Sungai Batanghari,” ungkap Tedjo.

Tedjo melanjutkan perlindungan ikan paling efektif yakni dengan sistem zonasi.

Adapun sistem zonasi perairan ini sudah diterapkan secara tradisional menjadi warisan budaya DAS Batanghari, yakni Lubuk Larangan.

Konsep penetapan Lubuk Larangan menjadi bukti upaya perlindungan melalui peraturan adat sehingga kelestarian ikan dapat terjaga.

“Dengan lubuk larangan, kita bisa menjaga kelestarian ikan. Tradisi seperti Bekarang tidak hanya mempertahankan kebudayaan, tetapi juga berkontribusi besar dalam melestarikan lingkungan. Saya berharap masyarakat terus menjaga tradisi ini dan menyadari manfaat besarnya bagi kelestarian sungai kita,” sambungnya.

Sebagai bagian dari upaya nyata melestarikan lingkungan, sarasehan juga menekankan pentingnya aksi langsung seperti penanaman bibit pohon dan pelepasan benih ikan di DAS Batanghari.

Kegiatan ini adalah bagian dari kampanye lingkungan yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi Evi Sahrul menambahkan kampanye lingkungan harus terus dilakukan guna memperkuat rasa kepemilikan bersama akan pentingnya menjaga lingkungan, utamanya lingkungan sungai.

“Kegiatan seperti Festival Bekarang Lopak Sepang dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi harus dilakukan di berbagai daerah, agar wawasan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan terus berkembang,” tegas Evi Sahrul.

Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.

Kenduri Swarnabhumi akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.

Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya.

Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Kearifan lokal dan kelestarian lingkungan Sungai Batanghari terus mendapatkan perhatian dari Kemendikbudristek.

Salah satunya lewat Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal dalam Festival Bekarang Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi pada Sabtu (24/8).

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Agus Widiatmoko mengatakan sarasehan itu menghadirkan diskusi mendalam tentang tradisi Bekarang, Lubuk Larangan, dan pentingnya etnosains ikan lokal sebagai upaya menjaga ekosistem dan ketahanan pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Sarasehan berfokus pada praktik Bekarang, sebuah tradisi tahunan masyarakat DAS Batanghari termasuk masyarakat Desa Tebat Patah yang telah dijaga sejak zaman dahulu.

"Bekarang bukan sekadar kegiatan menangkap ikan di Lubuk Larangan—wilayah perairan yang dilindungi secara adat—tetapi juga wujud nyata dari solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat" kata Agus.

Agus menjelaskan melalui Bekarang, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan dari ikan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sungai dengan memastikan bahwa Lubuk Larangan hanya dipanen satu kali dalam setahun.

“Kita datang ke sini bukan sekadar untuk festival atau hiburan kesenian, tetapi untuk melestarikan tradisi yang ada sekarang ini dan menjaganya untuk masa depan. Dengan melihat ikan sebagai indikator lingkungan, makin banyak ikannya, makin baik lingkungan kita,” ujar Agus.

Peneliti ikan unja dari Universitas Jambi Tedjo Sukmono memaparkan hasil riset tentang keragaman ikan yang masih ada di DAS Batanghari, meski ekosistemnya terancam oleh berbagai aktivitas manusia, seperti MCK, penambangan emas tanpa izin (PETI), dan aktivitas lainnya.

“Penelitian kami terakhir menemukan 38 spesies ikan setiap tahun di Sungai Batanghari,” ungkap Tedjo.

Tedjo melanjutkan perlindungan ikan paling efektif yakni dengan sistem zonasi.

Adapun sistem zonasi perairan ini sudah diterapkan secara tradisional menjadi warisan budaya DAS Batanghari, yakni Lubuk Larangan.

Konsep penetapan Lubuk Larangan menjadi bukti upaya perlindungan melalui peraturan adat sehingga kelestarian ikan dapat terjaga.

“Dengan lubuk larangan, kita bisa menjaga kelestarian ikan. Tradisi seperti Bekarang tidak hanya mempertahankan kebudayaan, tetapi juga berkontribusi besar dalam melestarikan lingkungan. Saya berharap masyarakat terus menjaga tradisi ini dan menyadari manfaat besarnya bagi kelestarian sungai kita,” sambungnya.

Sebagai bagian dari upaya nyata melestarikan lingkungan, sarasehan juga menekankan pentingnya aksi langsung seperti penanaman bibit pohon dan pelepasan benih ikan di DAS Batanghari.

Kegiatan ini adalah bagian dari kampanye lingkungan yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi Evi Sahrul menambahkan kampanye lingkungan harus terus dilakukan guna memperkuat rasa kepemilikan bersama akan pentingnya menjaga lingkungan, utamanya lingkungan sungai.

“Kegiatan seperti Festival Bekarang Lopak Sepang dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi harus dilakukan di berbagai daerah, agar wawasan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan terus berkembang,” tegas Evi Sahrul.

Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.

Kenduri Swarnabhumi akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.

Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya.

Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan. (mcr10/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler