Festival Sains dan Budaya 2019, Satukan Dua Olimpiade

Jumat, 22 Februari 2019 – 21:36 WIB
Festival Sains dan Budaya 2019 resmi dibuka dihadiri Presiden ISPO dan Presiden OSEBI. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Festival Sains dan Budaya (FSB) 2019 resmi dibuka hari ini, 22 Februari. Iven yang merupakan gabungan dari ISPO (Indonesia Science Project Olympiad) dan OSEBI (Olimpiade seni dan Bahasa Indonesia) diikuti oleh ratusan finalis siswa peneliti maupun seniman se Indonesia. Festival yang digelar di Sekolah Kharisma Bangsa ini berlangsung hingga 24 Februari.

Presiden ISPO Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MSc MM mengungkapkan, untuk pertama kalinya, dua olimpiade disatukan dalam FSB. Ini untuk meningkatkan minat siswa dalam meneliti dan mengembangkan bakat seninya.

BACA JUGA: Ribuan Siswa Bakal Ikut Festival Sains dan Budaya 2019

Khusus untuk ISPO, menurut dosen di Universitas Indonesia ini, ada 25 provinsi yang ikut. Sedangkan sekolahnya ada 112, dan 120 kelompok siswa. Mereka adalah para finalis yang akan menampilkan proyek-proyek penelitiannya. Tercatat ada enam cabang yang diikuti yaitu lingkungan, teknologi, fisika, kimia, biologi, komputer.

Dari enam cabang itu yang paling diminati adalah lingkungan karena lebih banyak bersentuhan dengan masyarakat.

BACA JUGA: Asian Games Tolak Ukur Bisa jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032

"Saya lihat budaya meneliti siswa masih rendah. Budaya meneliti akan terpacu bila ada tokoh ilmuwan yang jadi sumber inspirasi generasi milenial," kata Prof Riri saat pembukaan FSB 2019 di Sekolah Kharisma Bangsa, Jumat (22/2).

Saat ini tokoh inspirasi masih pada sosok Prof BJ Habibie. Mereka kagum dengan kecerdasannya dalam membuat pesawat terbang.

BACA JUGA: UTI Pro Bertekad Kirim Wasit Taekwondo ke Olimpiade 2020

Sayangnya, saat ini sosok inspiratif di bidang sains sangat jarang, bahkan tidak ada. Milenial lebih banyak disodorkan tokoh-tokoh para YouTubers yang menampilkan kemewahan.

"Bagaimana bisa siswa tertarik meneliti kalau sosok inspiratifnya tidak ada. Di sinilah butuh kerja keras guru-guru. Guru harus mampu melihat bakal meneliti siswa yang terpendam," terangnya.

Dia menambahkan, dengan adanya ISPO minat siswa meneliti makin diasah. Apalagi banyak jawara ISPO diikutkan dalam olimpiade serupa di Amerika, Belanda, Hongkong, Thailand, Asia Tengah, Afrika, dan Kazakhstan.

"Dukungan pemerintah memang ada. Namun, akan lebih baik bila masyarakat dan swasta ikut mendorong ini agar meneliti menjadi budaya siswa hingga mereka ke perguruan tinggi nanti," tutupnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kirim 16 Karateka ke Spanyol , Indonesia Tak Target Medali


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler