jpnn.com, SOLOK SELATAN - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan (Solsel) terus mematangkan persiapan menyambut ajang balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS).
Selain hal bersifat teknis, sarana dan prasarana pendukung, Pemkab menggelar Festival Seribu Rumah Gadang untuk memeriahkan ajang sport tourism itu.
BACA JUGA: Kakek 60 Tahun Ini Akhiri Hidup dengan Bakar Diri
Bupati Solsel Muzni Zakaria mengungkapkan bahwa masyarakat Solsel sudah tak sabar menanti even balap sepeda internasional TdS.
Sesuai agenda, TdS di Solsel masuk etape V pada Rabu (22/11) mendatang.
BACA JUGA: Perguruan Tinggi di Pulau Jawa Masih Mendominasi
“Tepat pada momen itu kita akan gelar Festival Seribu Rumah Gadang untuk menyambutnya. Festival ini kita gelar dengan tema ‘Manjapuik nan tatingga, mangumpuan nan taserak, mangambang pusako lamo’," katanya.
Festival tersebut diadakan di kawasan Seribu Rumah Gadang lantaran telah menjadi destinasi wisata unggulan Solsel yang telah dikunjungi ribuan orang.
BACA JUGA: Polisi Gandeng Komunitas Motor Demi Keamanan Pessel
Festival akan digelar selama tiga hari berturut-turut sejak Minggu hingga Selasa (19-21/11) dengan agenda di antaranya arak-arakan prosesi adat, tari-tarian adat, dan penampilan musik tradisional.
Kemudian memeragakan empat jenis pencak silat yaitu Silat Luncua, Silat Harimau, Silat Langkah 4 dan Silat Pangiyan Rajo Bungsu.
“Festival ini kita gelar juga bagian dari promosi agar adat dan budaya Solsel bisa dikenal di dalam dan luar negeri. Apalagi keberadaan kawasan Seribu Rumah Gadang sekarang sudah mendunia,” jelasnya.
Dalam festival itu nantinya masyarakat akan memperagakan tradisi adatnya, kesenian masyarakat yang disebut pamenan anak mudo seperti randai, silat, barabab dan lain sebagainya. “Ini dilakukan supaya kesenian itu tidak dilupakan seiring perkembangan zaman,” terang Muzni.
Pada pagelaran festival perdana itu, Pemkab menggandeng seniman atau koreografer ternama, yaitu Hartati untuk mengarahkan dan membuat konsep pelaksanaannya. Meski baru kali ini digelar, tapi pihaknya berharap bisa berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya.
Koreografer yang akan mendampingi iven ini, Hartati menjelaskan bahwa festival tersebut diyakini mampu mengembalikan ingatan masyarakat terhadap bagaimana tradisi adat dahulunya di Solsel yang selalu bergotong-royong.
“Tujuannya, tradisi yang dirasa sudah mulai memudar itu kita bangkitkan kembali. Seperti jiwa gotong-royong yang dulunya sangat dikenal begitu kuat di Solsel. Semua peristiwa adat atas partisipasi masyarakat, bukan instruksi pimpinan. Prinsip ‘duduak samo randah, tagak samo tinggi, dan pemimpin ditinggikan sarantiang’ itu jadi acuan untuk festival ini,” putrii Solsel itu.
Festival itu bukan melakukan hal yang luar kebiasaan masa lalu. Festival tersebut mencoba mengingatkan kembali apa yang sebetulnya dilakukan masyarakat Solsel di masa lalu. “Untuk itulah dipilih temanya menjemput yang tertinggal tersebut,” imbuhnya.
Pada saat festival, pihaknya akan merangkul masyarakat setempat. Masyarakat bukan sebagai penonton tapi langsung sebagai pelakunya dan melakonkan kehidupan keseharian di kawasan Seribu Rumah Gadang.
“Saat festival nantinya, wanita diharuskan memakai baju kurung dan pria pakai taluak balango. Bahkan, wisatawan yang datang, hadir atau menginap di Seribu Rumah Gadang, kita imbau berpakaian yang sama seperti masyarakat setempat,” jelasnya.
Salah seorang pegiat wisata, Yulnofrins Napilus menyambut antusias pesta rakyat di Negeri Empat Raja itu. “Inilah yang kita tunggu-tunggu dari kawasan Seribu Rumah Gadang, sebagai sebuah tujuan wisata yang sebenarnya. Sehingga kawasan ini menjadi daya tarik nasional dan internasional,” puji Nofrins. (cr19)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Truk Terjun Bebas ke Sungai, Begini Nasib Dua Penumpangnya
Redaktur & Reporter : Budi