Festival Setara Oktoberfest, Bebas Minum sampai Mabuk

Sabtu, 11 Juni 2011 – 08:08 WIB
BELUM MUSIM: Salah satu Bar di Jalan Dengzhou, yang terlihat lengang. Suasana bakal berbeda saat festival bir Internasional dimulai pada Juli- Agustus. Foto: Muhammad Amjad/Jawa Pos

LEWAT pabrik dan museum bir di Beer Street Qingdao, bisa disimak pertumbuhan kota tersebut hingga menjadi kota paling layak huni di TiongkokBerikut laporan wartawan Jawa Pos MUHAMMAD AMJAD yang baru kembali dari sana

BACA JUGA: Pemeriksaan Berlapis, Narkotika Tetap Saja Masuk


--------------------
REPLIKA tiga kaleng bir raksasa yang menjulang di atas atap salah satu gedung itu sebenarnya sudah cukup mengabarkan identitas jalan kebanggaan Kota Qingdao, Tiongkok, tersebut
Itulah Beer Street atau yang oleh warga setempat lebih dikenal dengan nama Pi Jiu Jie

BACA JUGA: Ke Lokasi Petilasan The Beatles, Stasiun Harry Potter dan Notting Hill di London



Bir memang menjadi "jati diri" Qingdao yang paling dikenal
Sebab, di kota di Provinsi Shandong itulah berdiri pabrik bir tertua sekaligus terbesar di Tiongkok, Tsingtao Beer

BACA JUGA: Dibukukan, Sisi Pelik Kehidupan Pribadi Pak Harto di Mata Orang-Orang Dekatnya

Nah, gedung di bawah kaleng bir raksasa itu merupakan lokasi pabrik yang beroperasi mulai 1903 tersebut

Pabrik itu didirikan orang-orang Jerman yang menduduki kota tersebut mulai akhir 1800-an hingga 1914Ke sanalah sekarang mayoritas arus wisatawan ke Qingdao biasanya mengalirMisalnya, siang yang panas akhir Mei lalu saat Jawa Pos berkesempatan berkunjung ke sana.

"Ini adalah pabrik tuaKebanyakan alat yang digunakan juga masih berusia cukup tuaTapi, mereka bisa bekerja dengan maksimal," terang Leng Xue, salah seorang pekerja pabrik yang sekaligus bertugas menjaga museum bir.

Museum bir? Ya, bukan hanya pabrik yang ada di bawah tetenger tiga kaleng raksasa ituDi samping kanannya ada museum bir yang diklaim sebagai yang pertama sekaligus satu-satunya di seantero TiongkokMuseum tersebut baru didirikan pada 2003 setelah beberapa negara besar di dunia semakin mengenal minuman beralkohol produksi kota di pesisir Laut Kuning itu

Melalui museum tersebut, siapa saja tak hanya bisa menapaktilasi sejarah bir tertua di Tiongkok yang kini diproduksi 2 ribu ton per hari ituTapi, sedikit banyak mereka sekaligus bisa menyimak rekam jejak Qingdao hingga akhirnya terpilih sebagai kota paling layak huni di seantero Tiongkok pada 2009 versi The Chinese Institute of City Competitiveness.

Bangunan museum itu merupakan bangunan pabrik Tsingtao saat kali pertama dibangun orang-orang JermanSecara umum bentuknya masih asli, meski sudah ada perbaikan di beberapa sisi

Di dalamnya terdapat tiga bangunan yang harus dilewati setiap pengunjungSejarah Tsingtao Beer beserta produk-produknya yang hingga kini tetap menjadi yang terlaris di negeri dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tersebut bisa didapatkan di bangunan pertamaMenginjak bangunan kedua, akan tersaji proses pembuatan birMulai pengolahan bahan dasar seperti gandum maupun ketan hitam sampai proses fermentasi.

Di bangunan kedua itu pula terdapat mesin yang digunakan untuk memaksimalkan proses fermentasiIstimewanya, itu merupakan alat pertama yang dibawa JermanTertera pada bagian luarnya, mesin tersebut dibuat pada 1896 dan baru dioperasikan pada 1903, seturut dengan mulai beroperasinya pabrik.

Menurut Leng, hingga kini pun alat tersebut masih bisa digunakanBegitu pula dengan beberapa peralatan sepuh lain yang dibikin dan dibawa JermanNamun, perempuan 30 tahun itu juga mengakui ada beberapa alat tua lain yang sudah dipensiunkanBukan karena rusak, melainkan lebih karena masalah kecepatan yang tak sepadan dengan produksi yang harus dihasilkan.

"Anda bayangkan, dulu kami hanya memproduksi 2.000 ton bir per tahun saat pertama berdiriSekarang kami memproduksi total 2.000 ton bir per hariJadi, kami gunakan alat yang masih layak dan memuseumkan alat yang sudah tidak layak," ungkap perempuan asli Qingdao tersebutMasih di bangunan kedua museum bir itu, pengunjung bisa memperoleh sedikit gambaran mengapa Qingdao tumbuh menjadi kota yang elok dan nyaman dihuniYakni, karena lingkungannya yang terjaga

Pemerintah Kota Qingdao mewajibkan pabrik seperti Tsingtao yang didirikan di atas lahan 6 ribu meter persegi tersebut untuk mengolah limbah dengan benar dan baikDengan demikian, selain tak mengotori sekitar, limbah itu berfaedah

Pengolahan tersebut dijelaskan dengan gamblang di museum ituLimbah sisa beras ketan dan gandum yang sudah diolah digunakan sebagai campuran bahan pembuatan batu bataSementara itu, kulit gandum didaur ulang menjadi suvenirMisalnya, celenganAda pun sisa produksi yang halus seperti minyak-minyak yang keluar dari produksi bisa dijadikan bahan obat pijat

"Ini bagian dari komitmen Kota Qingdao menjadi kota yang hijauSemua limbah harus bisa didaur ulangSemua bisa berguna dan tidak ada yang terbuang percuma," tutur Leng

Sementara itu, di bangunan ketiga, pengunjung dibawa masuk ke ruang pabrik yang masih aktifMereka menyaksikan proses pembuatan bir yang sebenarnya sampai akhirnya dikemas dan siap dipasarkan

Selesai? Belum, masih ada bonus: mencicipi bir produksi Tsingtao yang terkenal ituCaranya, cukup dengan menukarkan tiket masuk seharga 50 yuanYang tak suka bir bisa langsung menuju tempat penjualan suvenir yang berkaitan dengan wajah Qingdao, si Kota Bir yang baru saja menjadi tuan rumah perhelatan Piala Sudirman 2011 tersebut

Selain pabrik dan museum bir, ternyata ada alasan lain mengapa Pi Jiu Jie yang bernama resmi Dengzhou Lu itu dijuluki Beer StreetYaitu, gara-gara dihelatnya untuk kali pertama festival bir internasional di jalan yang tiap hari ramai oleh lalu lalang turis asing dan domestik tersebut pada 1991.

Ketika itu semua stan di sepanjang jalan, di sisi kiri dan kanan, membuka meja sampai ke pinggir jalan dan menyuguhkan sea food beserta bir dari berbagai negaraEven itu ternyata disambut dengan sangat antusiasPemerintah kota pelabuhan itu pun terdorong untuk menjadikannya kegiatan tetap tahunan pada setiap musim panasDari situlah lahir nama tersebut: Beer Street.

"Ini masih awal musim panasKalau datang pada Agustus atau September, Anda akan menyaksikan ramainya jalan ini dengan orang yang meminum birAroma yang ada hanya bir, sea food-nya sampai kalah," papar Leng yang memiliki nama Inggris Nancy itu.

Leng bahkan berani menyejajarkan festival di Beer Street Qingdao itu dengan Oktoberfest, festival ngebir tahunan yang berlangsung dua minggu di Muenchen, Jerman, yang tersohor tersebutBukan hanya warga lokal yang ikut dalam festival di Beer Street Qingdao tersebutPara wisatawan mancanegara pun bebas larut dalam acara minum sampai mabuk itu.

"Juga, tak perlu khawatir kepada petugas keamananSebab, itu adalah legal dan memang sengaja dijadikan tradisi untuk mengundang wisatawan asing," katanyaTertarik mencoba? (*/c5/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pabrik MA-60 di Tiongkok, dari Pembuat Pesawat Militer hingga Pemasok Merpati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler