Disampaikan oleh pejabat pemerintah Filipina, sebagaimana diberitakan situs New York Times, Rabu (25/11) dinihari WIB, pemerintah bahkan sudah menetapkan keadaan darurat khususnya di dua provinsi yang ada di kawasan tersebut
BACA JUGA: Obama akan Tuntaskan Urusan Afghanistan
Sementara, penemuan 22 tubuh korban tambahan menjadikan hanya tersisa beberapa korban lainnya yang belum ditemukan, dari sekitar 50-an orang yang diculik dan dieksekusi oleh gerombolan bersenjata itu.Sebagaimana diberitakan sebelumnya, rombongan pengacara, berikut jurnalis dan kerabat keluarga salah seorang politisi lokal itu, diculik Senin (23/11) lalu, saat akan mendaftar dalam proses pemilihan gubernur di Provinsi Maguindanao yang bakal digelar tahun depan
BACA JUGA: Langkah Maju Australia soal Karbon
Sementara pihak pemerintah menyebutkan pula bahwa setidaknya ada 20 orang jurnalis dalam rombongan yang dibunuh tersebut.Situasi darurat sendiri akhirnya diberlakukan di dua provinsi, yakni Maguindanao dan Sultan Kudarat, serta di Kota Cotabato, di kawasan Pulau Mindanao yang memang dikenal memiliki situasi keamanan tak stabil serta kerap diwarnai aksi kekerasan
"Ada situasi yang mendesak untuk mengantisipasi dan mencegah munculnya insiden kekerasan dan pelangaran hukum lainnya," ungkap Cerge Remonde, Sekretaris Pers untuk Presiden Arroyo
BACA JUGA: Dua Produsen Susu Bermasalah Dieksekusi
Selasa (25/11) waktu setempat, militer sendiri sudah mengirimkan dua batalyon pasukan ke kawasan itu, berikut perlengkapannya termasuk sejumlah helikopter.Dalam sebuah pertemuan kabinet, Selasa (24/11), Arroyo sendiri menyebut bahwa "tak ada pengecualian" dan "usaha maksimal akan dilakukan" dalam membawa para pengacau itu ke jalur pengadilanNamun sementara itu pada hari yang sama, Leila de Lima, pimpinan Komisi HAM negeri itu, mengingatkan bahwa intervensi dari pemerintah (pusat) beresiko memunculkan "aksi kekerasan (lainnya) yang lebih gawat"(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan PM Jago Masak Berpulang
Redaktur : Tim Redaksi