jpnn.com, HELSINKI - Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional Finlandia (THL) mulai Senin (5/5) akan mengambil sampel dari 28 pabrik pengolahan limbah, yang mencakup 60 persen dari populasi negara tersebut. Limbah tersebut akan digunakan untuk mendetaksi penyebaran virus corona.
Tarja Pitkanen, peneliti senior di THL, mengatakan bahwa analisis air limbah ini diharapkan akan menjadi alat yang mudah untuk mengukur epidemi tersebut.
BACA JUGA: Kabar Baik dari Karawang, 2 Hari Tanpa Kasus Positif Corona
"Jumlah salinan RNA (asam ribonukleat) coronavirusbaru akan menunjukkan sejauh mana virus itu telah menyebar di area tersebut," lanjut Pitkanen.
"Ini bukan sistem penilaian risiko dan tidak mengukur seberapa menular virus tersebut," kata Pitkanen. "Namun, alat ini diharapkan dapat memprediksi kemungkinan munculnya gelombang kedua (epidemi)."
BACA JUGA: Sembilan Orang Bebas dari Jeratan Corona, Siap Keluar dari Pulau Galang
Finlandia tidak melakukan pengujian terhadap orang-orang yang tidak menunjukkan gejala atau asimtomatik, sehingga jumlahnya masih belum diketahui. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa jumlah infeksi asimtomatik mungkin lebih tinggi dibandingkan jumlah pasien COVID-19 yang menunjukkan gejala atau sakit.
Meski demikian, THL pada pekan lalu melaporkan bahwa analisis antibodi coronavirus baru dalam sampel darah belum menunjukkan adanya penyebaran epidemi yang luas.
BACA JUGA: Aria Bima Tepis DPR Tidak Peduli Masalah Corona
Sebelumnya, air limbah dianalisis untuk data terkait penggunaan obat-obatan terlarang di Finlandia. Selama beberapa dekade, negara tersebut telah menguji air limbah untuk sisa-sisa virus polio.
Hingga Senin siang waktu setempat, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Finlandia bertambah 73 dalam 24 jam terakhir menjadi 5.327 kasus, dengan 240 kematian. Saat ini, 197 orang dirawat di rumah sakit, dengan 49 di antaranya berada di unit perawatan intensif (ICU). (xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil