Fisika Dapat 10, Matematika Raih 9,75

Kamis, 22 Mei 2014 – 08:35 WIB
KEBANGGAAN SEKOLAH: Ryan Aditya Moniaga (tengah, berbaju batik) bersama teman-temannya di SMA Kanisius Jakarta, Selasa (20/5). Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

BERBEKAL ketekunan dan menjunjung tinggi kejujuran, Ryan Aditya Moniaga, siswa SMA Kanisius Jakarta, meraih nilai tertinggi ujian nasional (unas) bidang IPA SMA dan sederajat se-Indonesia. Nilai totalnya mencapai 58,05 (dari angka maksimal 60) atau rata-rata 9,67.
----------------
 M. HILMI SETIAWAN, Jakarta
---------------
 
SUASANA di SMA Kanisius Jakarta, Selasa (20/5) siang relatif biasa-biasa saja. Seperti tidak ada kejadian istimewa. Padahal, hari itu ada pengumuman kelulusan siswa SMA dan sederajat serentak se-Indonesia. Nilai unas tertinggi untuk bidang IPA diraih siswa sekolah yang berlokasi di kawasan Menteng tersebut.
 
Ya, suasana di SMA Kanisius kemarin relatif lebih sepi karena kelulusan di sekolah itu baru diumumkan berbarengan dengan acara perpisahan siswa kelas III pada Sabtu (24/5). Karena itu, tidak banyak siswa kelas III yang datang di sekolah untuk melihat pengumuman kelulusan. Yang ada hanya murid-murid kelas I dan II yang belajar seperti sediakala.
 
Meski begitu, salah seorang siswa kelas III yang tampak datang ke sekolah adalah Ryan Aditya Moniaga. Dia datang bersama sang ayah, Ruffo Emry Moniaga. Itu pun karena pihak sekolah meminta Ryan datang ke sekolah.
 
Maklum, Ryan mendadak menjadi most wanted para wartawan di Jakarta karena prestasi luar biasa saat unas lalu. Remaja yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, itu mengumpulkan nilai 58,05 (dari angka maksimal 60).
 
Prestasi yang direngkuh Ryan tersebut seakan menjadi penghapus "kutukan" terhadap prestasi para siswa DKI Jakarta yang jarang mampu meraih nilai tertinggi unas SMA dan sederajat, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Meski berstatus ibu kota negara, siswa di DKI selalu kalah bersaing dengan siswa dari Bali, Jawa Timur, dan Jogjakarta.
 
"Saya sangat bersyukur atas raihan nilai ini. Terima kasih kepada orang tua, guru, serta teman-teman yang mendukung saya sehingga mampu meraih prestasi ini," ujar remaja kelahiran Jakarta, 21 Februari 1996, tersebut.

Peringkat kedua setelah Ryan diraih Annisa Azalia Herwandani dari SMAN 2 Bandung dengan nilai 57,65. Posisi ketiga didapat Hashina Zulfa dari SMAN 1 Jogjakarta, juga dengan nilai 57,65.
 
Untuk bidang IPS, peringkat pertama dicapai Nur Afifah Widyaningrum dari SMAN 1 Jogjakarta dengan nilai 55,85. Peringkat kedua diraih Rikko Sajjad Nuir dari SMAN 8 Jogjakarta dengan nilai 55,70. Peringkat ketiga direbut Afdhal Nur Muhammad dari SMAN Matauli Pandan, Sumatera Utara, dengan nilai 55,50.
 
Ryan amat bersyukur atas prestasi itu. Apalagi nilai yang berhasil dicapainya tidak hanya tertinggi di bidang IPA, tapi juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai tertinggi bidang IPS.
 
Putra pasangan Ruffo Emry Moniaga dan Wahyu Dewayanti tersebut lalu bercerita tentang kerja kerasnya dalam belajar sehari-hari dan persiapannya ketika menghadapi unas. Ryan setiap hari bangun sekitar pukul 04.30 untuk belajar dan bersiap berangkat ke sekolah.

BACA JUGA: Guru Kaget saat Tiba-Tiba Digerebek Mucikari

Maklum, jarak rumahnya dengan sekolah lumayan jauh. Dari Jakarta Timur ke Jakarta Pusat. Agar tidak terlambat karena terkena kemacetan, dia harus berangkat dari rumah sekitar pukul 05.30.
 
Pulang sekolah pukul 14.00, Ryan baru sampai rumah sekitar pukul 16.00. Setelah itu, dia selalu berusaha beristirahat sejenak. "Istirahat penting untuk menjaga stamina tubuh sehingga malamnya bisa belajar dengan nyaman," paparnya.
 
Jadwal belajar Ryan mulai pukul 19.00 hingga pukul 23.00. Tapi, selama empat jam itu, dia tidak terus belajar nonstop. Sesekali dia berhenti untuk istirahat, nonton TV, atau aktivitas lain sebagai penyimbang. "Biar tidak stres," ungkap sulung dua bersaudara itu.
 
Berbekal pengetahuan yang diserap setiap hari itulah, Ryan mengaku relatif tidak pernah mengalami kesulitan menjawab soal-soal latihan yang dikerjakan saat persiapan menghadapi unas. Dia paling suka mengerjakan soal-soal matematika, pelajaran favoritnya.
 
"Kuncinya ya itu, saya banyak mengerjakan soal latihan ujian hampir setiap hari," tuturnya.
 
Pola belajar Ryan menjelang unas lalu sebenarnya tidak banyak berbeda dengan jadwal belajar reguler setiap hari. Bedanya, ketika pelaksanaan unas sudah dekat, dia mengurangi jadwal istirahat di sela-sela belajar. Yakni, dari semula selama 30 menit menjadi 15 menit atau 10 menit.
 
Selain matematika dan fisika, pada detik-detik menjelang hari H, dia juga menggenjot empat pelajaran lain yang diujikan, yakni kimia, biologi, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Polanya sama, memperbanyak mengerjakan soal-soal.
 
Hal semacam diterapkan pihak sekolah dengan mengadakan tryout berkali-kali sejak November 2013. Dengan cara begitu, diharapkan para siswa bisa lebih siap mengerjakan soal-soal yang diujikan. Soal-soal yang dijadikan bahan tryout diambilkan dari materi unas beberapa tahun sebelumnya.
 
"Soal-soal itu kemudian dibahas dan dipecahkan bersama-sama, terutama yang sulit-sulit," papar Ryan yang juga memperbanyak kegiatan belajar kelompok pada hari-hari menjelang unas.
 
"Dengan belajar kelompok, soal yang sulit jadi mudah. Sebab, soal itu dikerjakan ramai-ramai sampai ketemu jawabannya," tambahnya.
 
Yang juga dipegang teguh oleh Ryan sebagai siswa adalah kejujuran. Di sekolahnya, kejujuran merupakan yang utama. "(Kejujuran) itu telah menjadi slogan sekolah. Be honest, jadilah jujur," kata siswa yang tengah menunggu pengumuman kelulusan SNM PTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri) di ITB Bandung itu.
 
Kepala SMA Kanisius J. Heru Hendarto membenarkan bahwa kejujuran menjadi nomor satu di sekolah. "Kejujuran sudah menjadi budaya di tempat kami," kata pendidik yang akrab dipanggil Romo Heru itu.
 
Penerapannya pun keras dan tegas. Terhadap siswa yang ketahuan tidak jujur atau menyontek saat ulangan harian, ujian sekolah, maupun unas, pihak sekolah tidak segan-segan mengeluarkannya.
 
"Saya yakin para siswa jujur. Sebab, sekali ketahuan tidak jujur, langsung out. Tidak hanya saat unas, tetapi juga saat ujian-ujian internal sekolah" tegasnya.
 
Berkat kejujuran yang ditanamkan itu, tahun ini siswa kelas III SMA Kanisius yang berjumlah 212 orang lulus 100 persen. Bahkan, salah seorang siswa, Ryan Aditya Moniaga, meraih nilai tertinggi unas bidang IPA se-Indonesia.
 
Hanya, Romo Heru belum bersedia menyebutkan secara terperinci nilai yang diraih Ryan. Dia hanya mengungkapkan, dari enam mata pelajaran yang diujikan, Ryan meraih nilai angka sempurna (10) untuk fisika dan 9,75 untuk matematika.
 
"Yang lain nanti saja pas pengumuman sekolah. Biar jadi surprise buat Ryan. Pokoknya, tidak ada yang di bawah 9,5," tegasnya. (*/c5/ari)

BACA JUGA: Anang Hermansyah, Belum Mengerti Gaya Orang Senayan

BACA JUGA: Geliat Klub-Klub Rugbi Indonesia Mencetak Pemain-pemain Andal

BACA ARTIKEL LAINNYA... Meiditomo Sutyarjoko, 25 Tahun Kerjakan 21 Proyek Satelit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler