jpnn.com - BAGI pasangan Yusra Fitriani dan Suharnas, sebenarnya Kamis (8/12) merupakan hari bahagia.
Pada hari itu mereka berencana melangsungkan pernikahan. Namun, takdir berkata lain.
BACA JUGA: Sudah 66 Tahun Pergi dari Kampung, Dikabarkan Meninggal di Malaysia, Ternyata...
Sehari sebelum hari H, gempa besar terjadi di Pidie Jaya sehingga menewaskan calon mempelai pria.
AMRIZAL ARNIDA, Pidie Jaya
BACA JUGA: Bumi Berguncang Sebelum Azan Subuh, La Ilaha Illallah
Semua persiapan pernikahan itu sudah rampung. Undangan telah disebar, tenda dan peralatan pesta mulai dipasang, bahkan busana yang akan dikenakan kedua mempelai sudah disiapkan secara khusus. Kamar pengantin untuk menyambut malam pertama pun sudah ready.
Mempelai perempuan, Yusra Fitriani, 31, sudah tidak sabar menunggu saat paling sakral dalam perjalanan hidupnya itu. Dia berkali-kali mematut di depan cermin.
BACA JUGA: Adityawarman Thaha, SBY, dan Tuanku Imam Bonjol
Perempuan asal Desa Dayah Timu, Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, itu tidak ingin mengecewakan kekasihnya, calon suaminya, Suharnas, 33, pemuda asal Kota Meureudu, Pidie Jaya.
Karena itu, setiap saat Fitri –panggilan calon mempelai perempuan– memandangi diri dari ujung kaki hingga pucuk rambutnya di depan cermin.
Namun, siapa yang menyangka, sehari sebelum hari H pesta pernikahan digelar (7/12), gempa dahsyat berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) terjadi di wilayah Pidie Jaya.
Ratusan rumah hancur. Sejumlah fasilitas umum ambruk. Tidak sedikit rumah ibadah yang rusak. Ratusan orang menjadi korban, luka-luka maupun meninggal dunia tertimpa reruntuhan bangunan.
Tak diduga, salah seorang korban meninggal itu adalah sang calon pengantin pria, Suharnas. Dia tewas tertimpa bangunan rumah toko (ruko) milik orang tuanya, Suhatril dan Muharnizar (keduanya sudah meninggal).
Saat kejadian, Suharnas tengah tidur di ruko lantai 2 tersebut. Pagi itu, sekitar pukul 05.00, dia belum bangun dari tidur lelapnya.
Akibatnya, ketika gempa terjadi, almarhum tidak sempat menyelamatkan diri. Jasad tubuhnya ditemukan tertimbun reruntuhan bangunan tempat usahanya itu.
Tragisnya lagi, tujuh anggota keluarga Suharnas juga menjadi korban meninggal dengan posisi yang hampir sama, tertimpa dinding beton ruko di pinggir jalan besar tersebut.
Tujuh anggota keluarga Suharnas tersebut adalah Rina, 45 (kakak kandung) dan Heru, 50 (suami Rina), serta 3 anaknya, Nanya, 13; Nabil, 5; dan Nauval, bayi 3 bulan.
Korban lainnya, Riska Sukma Aini, 23 (adik kandung), bersama suaminya, Murhadi, 24, warga Desa Meunasah Bi, Meurah Dua, Pidie Jaya.
Sudah pasti duka mendalam dirasakan keluarga Suharnas. Juga keluarga Fitri, calon mempelai perempuan. Fitri ketika ditemui Rakyat Aceh (Jawa Pos Group) di rumahnya tak mampu menahan kesedihan yang dirasakan.
Sepanjang hari dia hanya menangis di kamar. Tubuhnya lemas tak berdaya. Matanya sembap.
Setelah kondisi memungkinkan, Fitri bercerita bahwa rencana pernikahannya sudah dipersiapkan dengan matang. Dia bersama sang kekasih sudah siap menyongsong hari bahagia itu.
Namun, takdir telah berkata lain. Sang Khalik menjemput calon mempelai pria sehari sebelum hari H pernikahan. Fitri dan keluarga pun tak bisa menolak takdir Tuhan itu.
’’Kami sudah lama menunggu hari pernikahan itu...,’’ ungkap Fitri dengan mimik menahan tangis. Dia mungkin membayangkan saat-saat bahagia duduk berdampingan dengan pujaan hatinya di pelaminan.
Menurut Fitri, sebenarnya, sebelum menentukan hari akad nikah, kedua calon mempelai mengikat hubungan mereka dengan pertunangan yang direstui kedua keluarga awal November lalu.
’’Dengan pertunangan itu, sebenarnya kami tinggal meresmikan dengan akad nikah yang dijadwalkan hari ini (8/12),’’ ujar putri keluarga M. Yunus dan Raziati tersebut.
Karena itu, berbagai persiapan sudah lama dilakukan kedua pihak keluarga.
’’Beli baju pengantin untuk abang juga bersama-sama. Rumah adat Aceh yang berisi bawaan pengantin ala budaya Aceh juga sudah siap,’’ ujar Fitri.
Untuk melengkapi rencana mereka menikah itu, Fitri dan Suharnas pun sampai perlu membuat foto pre wedding dengan busana khusus. Foto itu dijadikan bagian dari undangan resepsi pernikahan.
’’Jadi, persiapannya benar-benar sudah lengkap. Insya Allah sudah 99 persen. Namun, apa boleh buat, kehendak Allah berkata lain,’’ tambah Nuriyah, salah seorang kerabat yang mendampingi Fitri.
Fitri mengaku punya banyak kenangan manis bersama almarhum. Selain sifatnya yang ngemong, Suharnas contoh pemuda yang bertanggung jawab.
Karena itu, hanya dalam waktu singkat, Fitri bisa merasa yakin Suharnas adalah pilihan hatinya.
”Belum, kami belum berkenalan. Tapi, rasanya kami sudah sangat cocok. Itu sebabnya, kami pun cepat-cepat melakukan pertunangan dan menentukan hari pernikahan. Apalagi, usia kami sudah lumayan,” papar pegawai TU SMPN 1 Meureudu itu.
Jenazah almarhum Suharnas kemarin (9/12) dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tangsi, belakang kantor Koramil Meureudu. Puluhan warga, sanak keluarga, dan teman-teman almarhum mengantar jenazah dari RSUD Pidie Jaya ke peristirahatan terakhir bagi pengusaha muda itu.
Tak terkecuali Fitri yang bersikeras ingin mengantar calon suaminya hingga liang lahad.
Meski beberapa kali histeris dan pingsan, Fitri bisa menyaksikan saat jasad Suharnas dimasukkan ke liang lahat. Saat itulah tangisnya makin menjadi-jadi.
”Kami sedih dan prihatin, terutama terhadap calon adik kami, Fitri. Kami berharap Fitri dan keluarganya bersabar dan tabah menghadapi cobaan Allah SWT ini,” ujar Yudi, abang almarhum. (*/c10/c9/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polwan Cantik Ini Cerita soal Ketagihan Moge, Lantas Tertawa
Redaktur : Tim Redaksi